Pengkhianatan

13 8 10
                                        

Setelah kehilangan kesadarannya akibat mengeluarkan kekuatan, akhirnya Caroline kembali tenang di pelukan Jack. Sudah Joe duga, apa yang dikatakan oleh Jack sebelumnya salah besar. Sampai kapanpun, Caroline akan selalu membutuhkan Jack. Kini tak ada alasan lagi bagi Jack untuk merasa bersalah kepada dirinya sendiri.

"Pak Hilman, Caroline minta maaf, pak..." Ucap Caroline.

"Tidak apa-apa, Car. Setidaknya kamu berhasil mengendalikan kekuatannya. Tapi kamu harus berlatih lagi." Ucap Pak Hilman.

"Iya pak."

Ting! Ting! Ting!

Pak Hilman mengangkat teleponnya yang berdering.

"Halo!" Pak Hilman berbicara di telepon.

Disaat Pak Hilman mengangkat teleponnya, wajah Pak Hilman tiba-tiba terlihat berubah seperti kepanikan. Apa yang terjadi? Siapa yang menelepon Pak Hilman?

"Baik saya ke sana." Ucap Pak Hilman sembari menutup teleponnya.

"Ada apa, Hilman?" Tanya Ibunda Joe.

"Tidak, semuanya baik-baik saja, saya hanya ada urusan sebentar. Kita sudahi saja latihan hari ini." Pak Hilman bergegas keluar dari ExterArena dan pergi untuk mengurus urusannya itu.

"Ya, besok kita akan lanjut berlatih." Ucap Kak Grace.

Mereka semua berjalan meninggalkan ruang ExterArena dan mengakhiri latihannya. Kini Exterminator lebih fokus untuk melatih Caroline agar Caroline bisa mengkontrol kekuatannya itu. Mungkin dengan kekuatan Caroline, dia bisa mengalahkan Vargos si pemimpin penyihir itu.

Joe masih penasaran dengan Pak Hilman yang tiba-tiba pergi setelah menerima telepon tadi. Sepertinya ada masalah yang Pak Hilman sembunyikan.

"Joe! Bunda mau bicara sebentar." Ibunda Joe melangkah menuju kamarnya.

Joe mengikuti Ibundanya dan masuk ke dalam kamar. Sepertinya ada hal yang serius yang ingin dibicarakan oleh Ibundanya. Ibunda Joe mengambil sesuatu dari tas berwarna hitam miliknya.

"Joe, ini milik ayah kamu. Kamu harus simpan ini baik-baik." Ibunda Joe memberi sesuatu yang di bungkus kain kepada Joe.

"Apa ini Bun?"

"Bunda rasa, kini sudah saatnya kamu memilikinya." Ucap Ibunda Joe.

Disaat Joe membuka kain tersebut, Joe terkejut melihat barang yang di bungkus kain tersebut ternyata berisi Pistol Colt 1911 milik ayahnya.

"Apa?! Joe tidak bisa Bun!" Joe yang menggenggam pistol ayahnya.

"Nak, dengar Bunda. Kamu harus menyimpannya untuk berjaga-jaga. Kini kehidupan kita tidak lagi sama dengan kehidupan yang kita jalani sebelumnya." Ucap Ibunda Joe dengan halus.

"Tapi kita akan baik-baik saja, Bun. Joe tidak butuh pistol ini." Ucap Joe kepada Ibundanya.

"Kamu tidak melihat reaksi Pak Hilman saat menelepon tadi? Pasti ada sesuatu yang disembunyikan Pak Hilman. Pokoknya kamu simpan ini baik-baik, kamu gunakan ini di saat mendesak saja." Ucap Ibunda Joe.

"Yasudah. Joe akan menyimpannya tapi Joe tak akan menggunakannya." Ucap Joe.

"Suatu saat kamu pasti akan menggunakannya." Ucap yakin Ibunda Joe.

Joe merasa gugup saat memegang pistol milik ayahnya ini karena sebelumnya Joe tidak pernah memegang atau menggunakan senjata api. Joe melangkah ke lemari dan menyimpan Pistol Colt 1911 di dalam lemarinya.

"Semuanya akan baik-baik saja, Bun." Joe memeluk sang Ibunda dengan erat.

"Iya, Nak. Bunda juga berharap seperti itu." Ibunda Joe memeluk anaknya sembari mengelus punggung Joe.

EXTERMINATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang