ExterArena

12 11 12
                                    

Merasa tak berguna, Jack hanya bisa menyesali dengan apa yang sudah terjadi. Jack sama sekali tidak melakukan apapun di saat penyihir itu menyerang Caroline dan yang lainnya, bahkan di saat Caroline pingsan pun dirinya tak melakukan apa-apa. Kini hanya penyesalan lah yang Jack rasakan.

"Jack! Ada yang ingin Pak Hilman bicarakan." Teriak Pak Hilman dari teras belakang rumah.

"Baik, pak." Jack yang sedang duduk di kursi kayu.

Jack bangkit dari kursi dan berjalan masuk ke ke dalam rumah. Semua orang di dalam rumah berkumpul di ruang keluarga.  Entah apa yang ingin di bicarakan Pak Hilman.

"Oke, sekarang kita semua sudah berkumpul. Saya ingin bicara kepada kalian semua. Seiring berjalannya waktu dan menghindar dari Herry Walter, tanpa disengaja kita memiliki musuh baru. Agar kita tetap aman, saya memutuskan untuk membuka kembali ExterArena." Ucap Pak Hilman.

"ExterArena?" Jack yang kebingungan.

"ExterArena adalah tempat di mana para EXTERMINATOR sebelumnya berlatih. Tempat itu sebenarnya sudah lima tahun tidak gunakan dan kini ExterArena akan di buka kembali." Ucap Kak Grace.

Jack, Joe, dan Caroline terkejut mendengarnya. Sepertinya ExterArena memang terdengar asing bagi Jack, Joe, dan Caroline.

"Apakah kaum penyihir itu akan kembali lagi menyerang kita?" Tanya Caroline.

"Mungkin saja, tapi jangan takut, kita akan berlatih sekuat tenaga agar suatu saat jika penyihir itu datang lagi kita bisa mengalahkannya." Jawab pak Hilman.

"Lalu tempat itu ada dimana?" Tanya Joe.

Pak Hilman beranjak dari sofa dan berjalan. "Ikuti saya!" Ucap Pak Hilman.

Jack dan yang lainnya mengikuti Pak Hilman yang berjalan ke suatu ruangan yang selama ini selalu terkunci dan tak pernah ada yang memasukinya. Mungkin ini tempat yang dimaksud ruangan ExterArena.

Pak Hilman membuka kunci pintu itu dan membuka pintunya. Saat ruangan itu di buka, ternyata ruangan itu hanyalah sebuah kamar yang berdebu dan tak berpenghuni. Lalu mengapa pak Hilman membawa kita semua ke kamar ini.

"Ini kan hanya kamar." Ucap Jack.

"Ya, ini hanya kamar biasa, tapi pintu itu akan menunjukan kita ke tempat tujuan sebenarnya." Pak Hilman berjalan menuju pintu besi yang berada di sudut kamar.

Pak Hilman membuka pintu besi itu dengan memasukkan kode untuk membuka kunci pintunya. Setelah pintu besi itu terbuka, apa yang telah di katakan pak Hilman ternyata benar. Di balik pintu itu ternyata ada ruangan luas yang terlihat canggih dan penuh dengan alat bertarung. Tak di sangka, ternyata EXTERMINATOR memiliki aset yang canggih seperti ini.

Jack, Joe, dan Caroline sangat terpaku melihatnya. Mereka hanya bisa menatap seisi ruangan dengan kagum. Ternyata inilah alasan mengapa pintu kamar itu selalu terkunci rapat-rapat.

Senjata api yang terpajang berbaris dengan gagahnya terlihat sangat elegan. Dan di salah satu sisi dinding terdapat bingkai foto besar anggota EXTERMINATOR sebelumnya yang sedang berbaris gagah yang beranggotakan, Bima Prayoga (Ayah Joe), Pak Hilman, Kak Grace, Kak Gordon (Kakak dari kak Grace), dan Kak Rachel. Mereka semua masih terlihat muda, mungkin ini foto 10 tahun yang lalu.

Walaupun Jack tidak mengenal semua anggota EXTERMINATOR yang sebelumnya, Jack sangat merasa terhormat bisa menggantikan posisi mereka.

"Joe! Ini ayahmu?" Tanya Jack sembari menunjukan foto itu ke Joe.

Joe berjalan mendekat ke arah Joe dan memandang kagum foto saat ayahnya yang masih terlihat muda dan masih menjadi anggota EXTERMINATOR.

"Ya, dia ayahku." Ucap Joe yang memandang bangga foto ayahnya itu.

EXTERMINATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang