Marah, takut dan kecewa. Semua perasaan itu bercampur aduk disaat Joe melihat semua ini. Joe terdiam duduk di ruang bawah tanah dengan rasa kecewa kepada dirinya sendiri. Dia merasa sangat hampa dan tak berguna.
Disaat Joe merenung akan kesalahannya, terdengar suara motor yang sepertinya berhenti tepat di hadapan rumah pak Hilman.
kiikk!! (suara pintu terbuka)
"apa itu?"
Joe curiga dengan suara pintu itu. Joe langsung bergegas mengambil bat baseball yang terpajang di pojok kamar Caroline.
Tek!! Tek!! Tek!!
Mendengar suara itu, Joe semakin tegang dan bergetar ketakutan. Perlahan Joe melangkah naik menuju lantai atas dengan keringat dinginnya. Joe menggenggam erat bat itu dengan nadi yang berdetak kencang. Joe merasa takut jika suara itu adalah suara dari Herry Walter, tetapi di sisi lain, Joe merasa semangat untuk bisa menghajarnya jika itu benar Herry Walter.
Sesampainya di lantai atas, Joe tidak melihat seorangpun. Mungkin orang itu bersembunyi di suatu tempat.
Joe melangkah perlahan dengan tetap menggenggam bat itu. Melihat pintu kamar pak Hilman yang tertutup, Joe merasa curiga dengan itu. Satu-satu nya pintu yang tertutup hanyalah kamar itu. Pasti seseorang bersembunyi di sana.
Dengan memberanikan diri, Joe melangkah ke arah kamar tersebut. Joe mendekatkan telinganya ke pintu kamar itu berharap mendengar sesuatu. Sepertinya, Joe butuh sesuatu untuk memancingnya bersuara.
Joe melemparkan patung kecil yang terpajang di atas meja di hadapannya ke lantai untuk memancingnya. Suara tak terdengar sedikit pun dikamar itu, Joe menyentuh gagang pintu dengan hati-hati. Penasaran dengan apa yang ada di dalam kamar tersebut, Joe menurunkan gagang pintu itu untuk membukanya. Joe mendorong pintunya dengan perlahan tanpa suara dengan memegang bat di lengan satunya.
Masih tak melihat apapun, Joe mengintai kamar itu dengan hati-hati. Joe melangkah mendekati kursi yang tertutup kain merah di atasnya. Perlahan Joe menyentuh kain itu dan membukanya. Ternyata itu hanyalah sebuah bantal yang tertutupi kain. Tetapi Joe melihat bayangan seseorang yang sedang berdiri di belakangnya. Mata ekor Joe melihat orang itu menggunakan pakaian warna hitam dengan samar.
Menggenggam bat itu dengan kencang dan tanpa berfikir panjang, Joe mengayunkannya ke arah orang itu dengan keras. Orang itu menangkap bat Joe dengan hanya satu tangannya saja. Terkejut melihat orang itu dengan mudahnya menahan bat yang mengayun ke arahnya, Joe dengan keras menendang ke arah perut orang itu. Orang itu menunduk kesakitan dan melepas bat yang ditangannya, Joe langsung memukul belakang kepala orang berpakaian hitam itu. Seorang berpakaian hitam lainnya datang lagi menghampiri Joe dengan menggenggam pistol ditangannya. Pistol itu ditodongkan ke arah Joe. Joe mengangkat tangannya dengan pasrah, dan orang itu perlahan mendekat ke arahnya. Joe melihat aksesoris dengan lambang ular yang terpasang di jasnya dan tidak lama orang itu menarik pelatuk pistol. Joe langsung tergeletak jatuh ke lantai dengan dada yang tertancap peluru kawat pistol kejut itu. Perlahan, pandangan Joe memudar dan hanya aksesoris ular itu yang terakhir Joe lihat sebelum pandangannya berubah menjadi gelap.
Tek! Tek! Tek!
"bangun!!" bentakan seseorang.
Teriakan itu membuat Joe terbangun dari pingsannya. Joe melihat sekitar dengan kebingungan, mengapa dirinya bisa ada di gudang seperti ini dalam keadaan tangan terikat di tiang besi?.
"dimana anak itu!?" teriak orang itu lagi.
"cepat jawab!" orang itu sembari memukul kayu ke tiang besi.
"saya enggak tau," jawab Joe yang berusaha melepaskan tangannya dari ikatan itu.
"jangan bohong! Cepat jawab!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
EXTERMINATOR
Action[On Going] Seorang anak yang dendam kepada organisasi misterius karena telah membunuh ayahnya untuk menolong seorang anak setengah penyihir. Kini dirinya memutuskan untuk menjadi anggota superhero untuk meneruskan perjuangan sang ayah, yaitu melindu...