Telepon

12 13 18
                                    

Setelah mendatangi kota kelahiran yang kacau itu, akhirnya Joe, Ibunda Joe, dan pak Hilman telah sampai di kota Yoko yang dimana rumah kak Grace berada. Saat ini pikiran Joe sangat kacau karena ulah si Herry Walter itu kepada keluarganya. Tak disangka, ternyata Herry Walter merusak semua aset keluarga Joe termasuk toko jahit Ibundanya.

Joe membuka pintu masuk rumah Kak Grace dan mereka memasuki rumah Kak Grace.

“hei, bagaimana keadaan di Vosmor?” tanya Kak Grace kepada Ibunda Joe yang baru saja memasuki rumah.

“rumahku dan rumah Hilman sudah di acak-acak oleh Herry Walter, termasuk toko ku juga.” Jawab Ibunda Joe.

“apa?! Sialan.” Ucap Kak Grace yang sedang duduk bersama Caroline.

“Bibi yang sabar ya." Ucap Caroline.

“terima kasih, Car.” Jawab Ibunda Joe.

“di mana Jack?” Joe yang tak melihat di sekitar ruang keluarga.

“dia di halaman belakang, dari tadi dia hanya menyendiri dan berlatih panah di sana.” Jawab kak Grace.

Joe berjalan menuju halaman belakang dan menghampiri Jack yang sedang memanah. Tidak biasanya dia berlatih panah di sore hari seperti ini.

“hei!” Joe mendekat ke arah Jack yang sedang memanah ke sebuah pohon.

“hei, Joe!” Jack dengan wajah yang murung.

“Jack, lo baik-baik aja?” tanya Joe yang heran mengapa Jack terlihat murung.

“maksudnya?”

“ya, muka lo terlihat seperti ada masalah.” Ucap Joe sembari duduk di bangku.

Jack menghentikan panahannya dan berjalan menghampiri Joe ke bangku kayu panjang sembari minum air.

“Jack, kalau ada masalah, lo cerita aja.” Ucap Joe.

Jack menarik napas dalam-dalam. “gue hanya merasa kalau mungkin kini Caroline tak membutuhkan gue lagi.” Ucap jack.

“maksudnya?” Joe yang bingung mengapa Jack mengatakan itu.

“lo inget kejadian di hutan? Di saat Caroline tak sadarkan diri karena tenggelam, gue hanya berdiam diri tak melakukan apa-apa, dan juga pada saat penyihir itu menyerang kalian, gue hanya tertidur pulas seakan tak terjadi apa-apa. Mungkin kini Caroline dan EXTERMINATOR tak membutuhkanku lagi.” Ucap panjang Jack.

“hei Jack, itu tak benar. Lo tahu apa yang terjadi sebelum lo ketemu dengan Caroline saat di Vosmor? Caroline tak mengatakan sepatah kata pun kepada semua orang. Pada saat itu dia sangat merasa bersalah dengan apa yang sudah terjadi tetapi setelah lo datang dan lo bertemu kembali dengan Caroline, dia berubah, Caroline kembali menjadi sifat Caroline yang asli setelah bertemu dengan lo.” Ucap Joe kepada Jack.

“pada saat itu mungkin Caroline membutuhkanku, tapi kini dia sudah tidak.” Ucap Jack.

“dia akan selalu membutuhkan lo, Jack, dan itu tak akan pernah berubah.” Ucap Joe.

Di saat Joe sedang berusaha membujuk Jack, tiba-tiba ponsel Jack bergetar.

Rrrrr! Rrrrr! Rrrrr!

Joe mengambil ponsel yang berada di saku celananya. Di saat Joe melihat layar ponselnya, ada telepon dari nomor asing yang tidak Joe simpan kontaknya. Joe bingung, apakah harus ia angkat telepon dari nomor asing ini, atau lebih baik tak usah di angkat.

Setelah berfikir beberapa detik, akhirnya Joe memutuskan untuk mengangkat teleponnya itu.

“Jack, gue angkat telepon dulu.”
Joe bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Jack yang sedang duduk di bangku kayu itu.

“halo!” Joe berbicara di teleponnya.

“halo Joe!” ucap seorang wanita di telepon.

“ini siapa, ya?” tanya Joe yang penasaran dengan siapa yang bicara denganya di telepon.

“Joe, ini aku, Sophie.” Ucap wanita itu di telepon.

“Sophie! Kamu dapat nomorku dari mana?” Joe yang terkejut karena ternyata yang meneleponnya ini Sophie, wanita yang sedang Joe dekati.

“kamu lupa, kan kamu sendiri yang kasih nomor kamu ke aku di saat kita pertama ketemu.” Jawab Sophie.

“oh iya, aku lupa.” Ucap Joe.

“dasar kamu, Joe. Kamu kemana aja? Udah hampir seminggu kamu enggak masuk kuliah.” Ucap Sophie.

“sebenarnya aku lagi ada urusan keluarga keluar kota.” Ucap Joe.

“oh gitu, aku kira kamu sakit. Tadinya aku mau ke rumah kamu tapi aku enggak tahu rumah kamu dimana.” Ucap Sophie.

“aku enggak sakit, kok. Ini Cuma urusan keluarga aja.” Joe yang terlihat sedikit canggung berbicara dengan Sophie.

Joe terpaksa harus berbohong kepada Sophie tentang dirinya yang sedang ada urusan keluarga, padahal ini bukan hanya urusan keluarga seperti biasanya.

“oh, syukurlah kalau begitu. Jadi, kamu kapan masuk kampus lagi?” tanya Sophie.

Joe jadi kebingungan untuk menjawab pertanyaan Sophie, karena Joe sendiri pun tidak tahu kapan dirinya bisa kembali ke kota Vosmor dan masuk kuliah kembali.

“aku juga enggak tahu kapan bisa masuk kuliah lagi tapi mungkin minggu depan aku baru bisa masuk.” Jawab Joe.

“oh begitu.” Ucap Sophie.

Tiba-tiba Joe menjadi canggung dan bingung harus berkata apa lagi. Walaupun Joe dan Sophie sudah pernah bertemu, tapi kecanggungan ini tetap saja terjadi antara Joe dan Sophie.

"Oh ya, kamu apa kabar?" Tanya Joe.

"Aku baik, Joe. Tapi selama satu Minggu kamu enggak masuk kuliah, aku merasa kesepian, Joe, karena aku enggak ada teman lagi di kampus." Ucap Sophie.

"Ya, tenang aja, aku Minggu depan akan masuk kuliah lagi, kok." Ucap Joe.

"Memang kamu lagi di kota mana, Joe?" Tanya Sophie.

Joe lagi-lagi kebingungan harus menjawabnya apa, karena Joe tak boleh memberitahu keberadaannya ke siapapun untuk menghindari Herry Walter, tetapi kalau memberi tahu kepada Sophie mungkin tak akan menjadi masalah.

"Ehmm... Aku ada di kota Yoko, di rumah saudaraku." Jawab Joe.

"Oh, di kota Yoko. Sepertinya di sana terlihat lebih damai daripada kota Vosmor yang kacau ini, haha." Ucap Sophie.

"Hahaha... sebenarnya di sini udaranya lebih sejuk karena di kota Yoko masih banyak hutan dan pepohonan." Ucap Joe.

"Sophie... Ayo cepat..." Suara samar seseorang di telepon Sophie.

"Sophie?" Ucap Joe.

"Iya sebentar pah... Joe udah dulu ya, aku harus pergi. Nanti aku telepon lagi ya." Ucap Sophie.

"Oh iya, Sophie. Terima kasih."

Yang tadinya hati Joe sangat panas dan tak karuan, kini hatinya menjadi berbunga-bunga setelah mendapat telepon dari Sophie. Joe Hanya tersenyum-senyum sendiri sembari berjalan ke dalam rumah. Dia menjadi rindu masuk kampus dan ingin bertemu Sophie lagi, tapi Joe tak tahu kapan dirinya sudah bisa pulang ke kota Vosmor dan kembali masuk kampus.

Sophie sudah bagaikan obat hati bagi Joe. Sebelumnya Joe sangat merasa kesal dan marah atas kejadian rumah dan toko nya yang acak-acakan layaknya kapal pecah, tapi setelah mendengar suara Sophie, hati Joe langsung merasa sejuk. Mungkin kini benih cinta Joe kepada Sophie sepertinya sudah mulai tumbuh walaupun hanya berbicara lewat telepon.

To Be Continued...

EXTERMINATORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang