01

18.1K 706 13
                                    

"Hiks, tidak, hentikan!" Lelaki dengan tubuh yang penuh bercak keunguan itu menangis tersedu-sedu, ia memohon pada pria di depannya untuk berhenti bermain di tubuhnya.

"Haa, kau cantik sekali Arel." Pria tersebut bukannya berhenti menjilati leher Arel, ia malah semakin gencar memuaskan nafsunya. Ia merambatkan lidahnya di dada Arel yang mulus.

"Akh, hentikan hentikan, kumohon! Jangan lakukan ini, hiks, menjijikkan!" Arel menggeliat kesana-kemari untuk menjauhkan dirinya dari nafsu pria berusia 30 tahunan itu.

Plak!

Pria itu menampar pipi Arel, Arel seketika berhenti berteriak karena terkejut. Walupun sudah sering ditampar, namun rasa sakit itu tetaplah mengejutkan untuk dirasakan.

"Diam bodoh! Aku sudah menyewamu mahal-mahal. Bahkan, sudah seminggu ini, ku halangi pria gemuk di luar sana yang ingin merasakanmu. Setidaknya tunjukkan rasa terimakasih mu Arel!" pria itu melepaskan seluruh pakaiannya dan hanya menyisakan boxer ketatnya.

"Karena Gebora sialan itu, aku tidak diperbolehkan menusuk lubangmu. Tak masalah, ia tidak melarangku untuk yang lainnya." Pria itu menatap nafsu Arel yang pakaiannya sudah berantakan.

Kimono sutra merah itu, bahkan sudah melorot hingga ke pinggang, kakinya yang mulus terekspos kemana-mana. Hanya menyisakan boxer ketat mininya. Apalagi raut wajah Arel yang bisa membuat dunia ini iba.

"Hiks, kumohon tuan, jangan lakukan ini!" Arel bahkan menyatukan tangannya, memohon agar pria di depannya itu tak melakukan aksi bejatnya.

"Lalu apa gunanya aku menyewamu, kalau bukan untuk memuaskan nafsuku? Santailah, Arel. Kau baru berada disini seminggu. Pada awalnya semua akan sulit. Tapi nanti, lama-lama kau juga keenakan, dan betah di rumah bordil ini." Pria itu melepaskan satu-persatu kain yang menutupi kejantanannya, Arel memandang ngeri pada kejantanan pria itu.

"Ayo, hisap ini!" Lelaki itu menjambak rambut Arel, ia berusaha memberontak, bahkan mendorong pinggang pria itu untuk menjauhi kejantanannya.

"Tidak, hen- Mmpph!"

Kenjantanan pria itu menerobos mulut mungil Arel dengan sempurna. Arel membelalakkan matanya, masih tidak percaya dengan apa yang ada di dalam mulutnya.

"Ah, Arel gerakkan lidahmu sayang!" Tak ada respon dari mulut Arel, bahkan kini air matanya sudah mengalir deras.

"Fuck!"

pria itu mulai menggerakkan pinggangnya tak beraturan, ia memejamkan matanya berusaha menikmati sensai ketika miliknya bertubrukan dengan mulut Arel yang basah dan hangat.

"Mmhh, Mmmm!" Arel berusaha menarik kepalanya namun nihil, tenanga pria itu lebih mendominasi.

"Ahh, ahh, Fuck! Nikmat sekali." Ia terus memompa miliknya tanpa memperdulikan Arel yang sudah menangis tak karuan.

ini menjijikkan, menjijikkan!

Saat ia hampir klimaks, ia semakin memacu gerakannya, dan-

"Mmhh!"

Arel merasakan cairan kental pahit memenuhi mulutnya. Setelah pria itu mencabut kejantanannya, segera Arel memuntahkan cairan menjijikkan itu sambil tebatuk-batuk.

"Uhukk! Uhukk! Hoek!" Arel dengan wajah merah padamnya menatap nyalang pada pria itu.

"Ada apa sayang? Sudah bagus aku menyempatkan mandi, jadi kau bisa merasakan harumnya tubuhku. Dan apa ini? Mana ada jalang yang memuntahkan sperma tuannya." Pria itu mencengkram pipi Arel dengan tangan kekarnya.

Arel semakin menatap pria tu kesal, jangan lupakan air matanya yang terus mengalir akibat hinaaan yang ia dapat.

"Ck, ck, ck, lihatlah kelinci imut ini. Aku jadi merasa bersalah sudah memaksamu." Pria itu menjilati air mata Arel yang merembes di pipinya.

My Gigolo So Cute [Not Gay]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang