04

10.2K 747 24
                                    

Brak!

Pintu kamar Arel terbuka dramatis. Ia yang sedang berada di alam mimpi pun, terpaksa bangun.

"Bangun! Aku lapar." setelah mengatakan hal sesingkat itu Rea segera pergi.

"Duh, dia membangunkanku hanya untuk itu saja?!"

Kini Arel sedang berkutat dengan wajan dan kompor, jangan lupakan apron manis yang ia pakai. Setelah menyiapkan segela masakannya dan menatanya di meja. Arel segera memanggil Rea.

"Rea! Ini aku sudah selesai." Teriaknya karena ia sendiri tak tahu dimana Rea, ingin ke kamarnya pun ia tidak tahu.

Drap drap drap drap

Langkah kaki tergopoh itu berasal dari Rea yang kini sudah duduk begitu saja di depan meja makan.

"Duduk, ayo makan!" Arel hanya memandangnya heran. Pasalnya apa yang ia kerjakan, dengan kelakuannya sangat berbanding terbalik.

Rea segera menyendokkan omelette hangat itu ke mulutnya. Matanya terbuka lebar merasakan masakan buatan Arel.

Dia benar-benar menyalurkan Seluruh perasaannya pada wajahnya

Arel terkekeh pelan lalu memakan masakannya dengan tenang. Beda sekali dengan Rea yang sedikit-sedikit melebarkan mata, sedikit-sedikit menatap makanan itu kagum.

"Rea, apa kau menyukainya?" Arel menatap Rea yang bahkan tak meliriknya.

"Ya, tak sia-sia aku memperkerjakanmu." Lupakan Arel, kini dunianya hanya pada makanan.

"Haha, baiklah. Kau bisa menghabiskan semua ini." Arel segera membereskan piringnya dan meninggalkan Rea yang masih sibuk makan.

andai saja Aron seperti itu ketika memakan masakanku

nyut!

"Hah, lupakan Aron. Dia bahkan tak merasa berdosa menjual kakaknya. Dasar bajingan!" Arel segera mencuci piringnya lalu menyibukkan diri dengan menata kamarnya.

Rea kini sudah bersiap untuk pergi. Ia memang sudah memberikan kepala Leonard tadi malam, juga menerima bayaran yang sangat tinggi sebelumnya+bonus.

Namun, jangan lupakan klien lain yang mengantri jasanya. Butuh cukup waktu untuk mengamati dan menetapkan waktu yang tepat bagi Rea membunuh targetnya, agar tak meninggalkan sedikitpun jejak. Karena itu pula, ia cukup dikenal di dunia gelap sebagai pembunuh bayaran profesional.

"Rea, ada yang ingin kubicarakan!" Arel menghampiri Rea yang hendak mengambil tas nya.

"Ada apa?"

"Kurasa kau sedang sibuk, aku bisa menundanya nanti. Kalau begitu, bolehkah aku berjalan-jalan keluar?" tanya Arel gugup. Salah kata saja, bisa-bisa Rea akan menjadikannya target.

"Tidak boleh. Kau ingin aku terpancing dalam kasusmu? Mereka pasti akan mencarimu selama beberapa hari. Dan, aku masih belum bisa mempercayaimu sepenuhnya."

Setelah berkata seperti itu, Rea segera melenggang keluar menemui kliennya.

"Hah, aku benar-benar bodoh dalam bertanya." Arel merutuki kebodohannya. Mana ada pembunuh yang membiarkan kelincinya lepas?

My Gigolo So Cute [Not Gay]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang