19

3.8K 364 48
                                    

Malam dimana hari pertemuan tiba.

Rea yang bersiap untuk pergi, mendapatkan pertanyaan dari Arel.

"Rea, lalu bagaimana dengan pertemuan nanti? Apa tidak sebaiknya aku pergi? Aku masih kuat, aku bahkan bisa berjalan." Arel yang tengah duduk berusaha untuk berdiri, ia ingin membuktikan pada Rea bahwa ia sudah sehat.

"Akh!"

hap!

Nyatanya kakinya masih lemas, dan hampir jatuh jika Rea tak cepat-cepat menangkapnya.

"Hati-hati. Aku tak ingin kau terluka lagi."
Rea lalu mengangkat Arel ala bridal style, lalu kembali membaringkannya.

"Kau tak usah khawatir untuk rencana nanti. Biar aku yang mengurus semuanya. Apa yang kau berikan tadi sudah cukup." Rea yang hendak menjauhkan tubuhnya dari Arel malah ditahan.

"Ada apa?" tanya Rea heran.

"Kau melupakan sesuatu, hm?" Arel lalu menangkup pipi Rea, menarik wajahnya perlahan untuk mempertemukan kedua bibir mereka.

Arel menciumi Rea gemas, Rea yang sedikit terkejut mulai membalas ciuman Arel.

"Mmm.."

Arel menikmati balasan ciuman Rea, ia mengalungkan tangannya pada leher Rea, sementara Rea menaruh satu tangannya pada pinggang Arel, dan satunya pada pipinya.

"Nggh.." Arel melenguh saat Rea memainkan lidahnya, mengobrak-abrik mulut Arel.

Rea melepaskan ciumannya, dan sedikit menunduk menuju leher Arel.

"Emm.. Rea.." Arel sedikit menggeliat saat Rea bermain di lehernya.

cup

cup

Rea senang sekali menciumi leher Arel. Leher Arel jenjang dan harum. Bagaikan alkohol yang memabukkan.

Namu Rea teringat bahwa Arel sedang sakit, dan berada di rumah sakit. Jadi Ia tak ingin meninggalkan bekas di sana, karena itu akan membuat image Arel buruk di mata perawat.

cup

cup

"Ahhh... Rea!" Arel kesal karena Rea hanya menciumi lehernya, ia menekan tengkuk Rea, pertanda menginginkan lebih.

Rea memahaminya, dan bermain lidah di sana.

slrrp   

slrrp    

slrrp

"Ahh.." Arel tersenyum puas, lidah Rea sangat memuaskannya. Namun ia dilanda kecewa, saat Rea menjauhkan dirinya.

"Aa... kenapa dihentikan...?" rengeknya manja.

"Kan aku harus pergi. Nanti kalau diteruskan, bisa-bisa aku terlambat menyiapkan segalanya." Rea mengusap lembut pipi Arel yang menggembung.

dia selalu saja berhenti saat aku sedang enak-enaknya!

"Huh, baiklah. Pergilah!" Arel menoleh ke arah lain malas menatap Rea.

"Haha, lucunya..." Rea mencium kedua pipi Arel gemas.

Baru saja ia sok marah pada Rea, nyatanya dicium sedikit saja sudah meleleh.

"K-kalau begitu berhati-hatilah. Cepat pulang juga!" Arel menatap Rea dengan khawatir.

aku tak mau kau terluka

My Gigolo So Cute [Not Gay]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang