Kata orang, terkadang kita harus merelakan sesuatu demi mendapatkan sesuatu. Dan sekarang, Putri merelakan kakak kakak nya demi mendapatkan kakak kakak nya. Dia merelakan kakak kakak nya yang tak peduli pada nya demi mendapatkan kakak kakak nya yang nyata sayang pada nya.
Dulu dia hidup bersama kakak kakak nya namun terasa hidup sendiri, tapi sekarang dia benar benar hidup sendiri. Ya, sudah satu tahun lebih dia pergi meninggalkan kakak kakak nya dan tinggal di rumah hasil kerja keras nya sendiri, kerja keras nya menjadi seorang dokter. Dia pikir, mungkin dengan kepergian nya dari rumah kakak nya, bisa membuat diri nya terlepas dari belenggu ego kakak nya. Kesepian memang, tapi dia sudah terbiasa karna beberapa tahun ke belakang pun ini lah yang dia rasakan. Kesepian meskipun dia tinggal bersama 3 kakak nya.
"Selamat siang ibu dokter kesayangan semua umaattt!!??"
Putri, gadis dengan jas putih kebanggaan nya yang melekat di tubuh nya seketika membalikkan badan nya dan menatap teman nya jengkel. Dari dulu sampai sekarang, tak ada sedikit pun perubahan pada teman nya itu, masih suka berteriak.
"Tasya, suka banget teriak!"
Tasya hanya cengengesan saat Putri mengomeli nya. Dia tak mengindahkan ucapan Putri, dia langsung masuk begitu saja ke dalam ruangan Putri dan duduk di depan Putri, setelah sebelumnya dia masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.
"Apa kamu gk bisa hilangin kebiasaan kamu itu?! Kamu itu udah tua, Tasya!" ucap Putri geram, dia gemas dengan tingkah Tasya yang masih seperti anak kecil, padahal usia nya sudah 20 tahun lebih.
"Ck, enak banget ngatain aku tua." sahut Tasya kesal. "Lagi pula ‘teriak’ itu udah jadi bagian dari hidup aku, separuh jiwa aku, dan udah mendarah daging di tubuh aku, buat apa di hilangin?"
Putri menatap Tasya datar. Lihat lah cara bicara teman nya itu, penuh dengan drama.
"Aku cuma kasian aja, Sya, sama laki laki yang deket sama kamu nanti nya, apa gk pecah gendang telinga dia denger kamu teriak teriak terus?" kali ini, ucapan gadis itu sedikit banyak meledek teman nya.
"Aku teriak juga tau tempat ya, Mput."
"Tau tempat, tau tempat, rumah sakit juga jadi korban teriakan nya." gumam Putri yang sudah membuka jas kebanggaan nya. Tasya hanya berdecak sebal mendengar gumaman teman nya.
"Udah lah, Mput, lebih baik sekarang kita makan." ucap Tasya mengalihkan topik pembicaraan, dia kemudian mengeluarkan dua nasi kotak dari papper bag yang ia bawa dan menyimpan satu di antara kedua nya di hadapan Putri.
"Spesial untuk kamu." ucap Tasya yang kembali dengan nada manis nya, juga senyum manis di akhir kata nya.
Putri hanya menggelengkan kepala nya melihat tingkah teman nya, teman yang selama bertahun tahun ini menemani nya, teman yang selalu ada untuk nya, dan teman yang selalu menghibur nya, apapun keadaan nya. Dia sering jengkel pada Tasya, tapi sejujurnya rasa beruntung memiliki Tasya lebih besar.
"Kok makanan nya kayak gk asing, Sya?"
Tasya yang hendak memasukkan makanan ke dalam mulut nya seketika menghentikan gerakan tangan nya, dia menatap Putri.
"Ya iya gk asing, itu kan makanan kesukaan kamu." jawab Tasya seadanya.
"Bukan itu maksud aku, aku kayak kenal sama__"
"Alah udah lah Mput, perkara mau makan aja ribet nya naudzubillah." Tasya langsung melahap makanan nya setelah mengucapkan itu, dia sudah sangat lapar, tapi teman nya selalu mengajak nya berdebat, ck!
"Kenapa makanan nya mirip sama masakan... Ah tapi gk mungkin, emang dia aja yang bisa masak kayak gini?" di dalam hati nya Putri menerka nerka.
Saat suapan pertama masuk ke dalam mulut nya, dia terdiam untuk beberapa saat, hingga akhirnya suapan pertama berhasil ia telan.
"Rasa nya sama,"
Tasya yang mendengar gumaman Putri langsung menatap Putri, dia mengamati wajah teman nya yang nampak tengah berpikir.
"Mput, kenapa sih?!"
Putri menoleh ke arah Tasya. "Uhm, Sya, kamu beli makanan ini dimana?"
Tasya terdiam sejenak, awalnya dia gelagapan, tapi kemudian wajah nya berubah kesal.
"Di kedai es krim sana aku beli makanan ini." ucap Tasya dengan sangat ketus nya, membuat Putri mengangkat alis nya heran. Kedai es krim? "Ya di resto lah, Mput."
"Ck, maksudnya resto mana?"
"Resto.. Restoran yang di depan itu. Kenapa sih? Makanan nya gk enak? Atau porsi nya kurang banyak?"
Putri memicingkan mata nya saat melihat Tasya yang sedikit gelagapan, kesal nya pun agak dibuat buat menurut nya. Tasya seperti menyembunyikan sesuatu dari nya.
"Emh, gapapa sih, cuma.. Rasa nya sama kayak masakan dia." ucap Putri di akhiri dengan gumaman nya. Tasya masih bisa mendengar nya.
"Gapapa kali ya pura pura o'on di depan Mput sekali ini aja?" batin Tasya terkekeh.
"Dia? Siapa?" tanya Tasya dengan wajah sok polos nya.
"Ah, eh-- Ngga ada, lupain aja."
Tasya mengerutkan kening nya. "Gk jelas kamu, Mput!"
Putri tak lagi menghiraukan ucapan Tasya, dia kembali memakan makanan yang Tasya bawa kan. Makanan kesukaan nya. Dan, andai saja kakak sulung nya yang memasakkan ini untuk nya, dia akan sangat senang, tapi.. Ah sudah lah, lupakan itu.
Di balik wajah sok polos nya, Tasya diam diam tersenyum. Senyum kebahagiaan dan senyum kemenangan.
"Kak Lesti, iya kan? Itu maksud kamu kan, Mput? Kenapa kamu gk mau sebut nama dia? Aku tau kamu akan langsung ingat kepada kakak kamu saat kamu makan makanan ini." Tasya kembali membatin, dan sekarang senyum nya semakin tertarik lebar.
Iya, Tasya sengaja membeli makanan itu di restoran milik kakak sulung Putri, Lesti. Bukan maksud apa apa, dia hanya ingin melihat reaksi Putri saat kembali memakan makanan yang di buat oleh kakak sulung nya. Niat nya datang ke restoran milik Lesti juga bukan semata mata untuk membeli makan siang untuk nya dan Putri, tapi dia juga berniat menemui Lesti dan berbicara pada Lesti. Tapi sayang, para pekerja disana bilang kalau hari ini Lesti tidak datang ke restoran. Dan akhirnya, harapan Tasya untuk mempertemukan kedua nya pupus.
Tasya memang tidak suka saat Putri di perlakukan layak nya orang asing oleh kakak kakak nya, tapi dia juga tidak mau hubungan Putri dan ketiga kakak nya hancur seperti ini, dia mau Putri bahagia bersama kakak kakak nya, itu saja. Kelihatan hal kecil memang, tapi kenapa sulit sekali rasanya untuk meraih hal itu?
- To Be Continued 💕 -
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah untuk Bersatu ✔
Short Story•Tidak ada lagi yang egois, lebih baik pergi!! Aku bosan mendengar rengekan mu. ~Lesti Anintya Rashid •Dengan kepergian nya, tidak akan ada lagi keributan didekat ku. ~Selfi Anatasya Rashid •Mungkin memang ini, ini jalan terbaik untuk kita. ~Rara A...