Berpisah untuk Bersatu - 06

905 98 18
                                    


"Non."

Panggilan lembut itu berhasil membuat Putri kembali ke alam sadar nya setelah lama dia melamun. Dia membalikkan badan nya dan mendapati sosok bik Minah yang sudah ia anggap sebagai ibu nya sendiri tengah berdiri di ambang pintu kamar nya yang memang terbuka dengan teh hangat di tangan nya. Dia tersenyum.

"Masuk, bik!?."

Bik Minah mengangguk kemudian masuk setelah mendapat izin dari sang pemilik kamar.

"Non bukanya bersih bersih badan malah ngelamun." ucap bik Minah setelah meletakkan secangkir teh hangat itu di atas nakas yang berada di samping tempat tidur Putri.

"Putri gk ngelamun kok, bik." ucap Putri lalu duduk di ujung tempat tidur nya. "Bik, kenapa ya kakak marahin Putri?." tanya Putri sendu dan wajah yang berubah menjadi lesu. Bik Minah tersenyum.

"Mereka begitu karna mereka sayang sama non, mereka khawatir sama non, mereka takut non kenapa - napa diluar sana, mereka takut non di apa apain sama orang jahat. Bagaimana pun non itu tetap masih kecil di mata mereka." ujar bik Minah sambil mengelus lengan Putri. "Non gk boleh beranggapan buruk ke mereka, ya!?."

Putri mengangguk kemudian tersenyum.

"Yaudah, ini kan udah malem, non bersih bersih, ganti baju, minum teh terus istirahat ya!? Besok kan kuliah."

Putri tersenyum. "Iya. Makasih ya bik." ucap Putri. Bik Minah tersenyum lalu pergi setelah pamit pada Putri.

"Sayang? Aku pulang larut baru kali ini, tapi kakak langsung semarah itu sama aku? Kata kata yang kakak keluar kan saat bicara pun rasanya bertolak belakang dengan kata sayang. Sama yang lain apa pernah marah? Dan aku, apa pernah aku marah sama mereka yang selalu pulang larut hampir setiap hari nya." batin Putri menatap nanar pintu kamar nya yang sudah tertutup rapat.

Putri menghembuskan nafas berat nya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan nya yang memang sudah terasa lengket. Setelah selesai dengan ritual mandi nya dan sudah memakai setelan baju tidur nya, Putri meminum teh hangat nya sedikit kemudian membaringkan badan nya.

Keesokan paginya, Putri terbangun tepat saat adzan subuh berkumandang. Dia menyibak selimut tebal nya kemudian pergi ke kamar mandi untuk mandi dan mengambil wudhu, setelah selesai dia melaksanakan kewajiban nya sebagai seorang muslimah.

Pukul 06.00 WIB Putri telah selesai dengan urusan di kamar nya, dia pun beranjak keluar dari kamar dan mulai menuruni tangga.

"Pagi, bik." sapa Putri pada bik Minah yang tengah menyiapkan sarapan.

"Pagi juga non."

"Mereka udah berangkat ya." ucap Putri di akhiri senyum getir nya. Dia kemudian duduk di kursi nya dan membalikkan piring nya.

"Non, bibik permisi ya." pamit bik Minah dan mendapat anggukkan kepala dari Putri. Bik Minah pun pergi dari hadapan Putri.

Setelah kepergian bik Minah, Putri menatap satu persatu makanan yang sudah terhidang di hadapan nya. Dia kembali melamun, dan kilasan masa lalu seketika berputar di ingatan nya.

•••

"Assalamualaikum, kakak pulang." pekik Lesti menghampiri ketiga adik nya yang sudah lama menunggu nya. Ketiga adik nya menatap kakak nya dengan mata berbinar, berharap kakak nya itu membawa makanan untuk mereka makan hari ini.

"Waalaikumsallam."

"Yeeeaayy!! Kakak pulaanngg.." seru bocah paling kecil di antara yang lain. Putri.

Selfi, Rara, dan Putri berlari menghampiri kakak sulung nya yang sudah merentangkan tangan nya untuk memeluk ketiga adik tersayang nya.

"Kakak bawa kan makanan buat kita?." tanya Rara setelah dia melepas pelukan nya. Lesti semakin melebarkan senyum nya hingga gigi gingsul nya terlihat.

"Nih." ucap Lesti sambil mengangkat kantong plastik berisi sebungkus nasi.

Ketiga adik nya bersorak senang. Mereka pun kembali duduk di gubuk kecil kumuh yang mereka tempati beberapa hari ini.

"Kok cuma satu, kak?." ucap Selfi saat melihat kakak nya hanya mengeluarkan satu bungkus nasi saja.

"Terus, lauk nya juga cuma tempe, tahu sama bakwan doang." ucap Rara menekuk wajah nya.

"Emh, uang nya cuma cukup buat beli ini dek. Tapi kalian gk usah khawatir, kalau kita makan bareng bareng pasti rasanya lebih enak." ucap Lesti dengan senyum yang terus mengembang.

Ketiga nya mengangguk, mereka pun mulai menikmati nasi bungkus itu bersama sama. Hal yang sangat sederhana namun bisa menciptakan kehangatan dan kebahagiaan.

•••

"Dulu, kita makan sebungkus nasi sama sama dengan lauk yang sangat sederhana, dan kebahagiaan tercipta. Tapi sekarang, makanan banyak, lauk nya juga enak enak, tapi kebahagiaan itu hilang."

Putri menggelengkan kepalanya. Seharusnya dia bersyukur dalam keadaan apapun.

"Bik, tolong buat kan bekal untuk kakak kakak Putri, ya!?." ucap Putri setelah dia memanggil bik Minah. Bik Minah mengangguk lalu membuat bekal untuk nona nya.

"Memang non mau apa?." tanya bik Minah di sela kegiatan nya.

"Putri mau kasih makanan ini ke kakak, mereka pasti lupa sarapan. Emm.. Siapa tau Putri bisa sarapan bareng mereka -- Eh, salah satu di antara mereka maksud Putri. Kalau bareng semua mana bisa, mereka kan kerja di tempat yang beda." gerutu Putri. Bik Minah yang melihat nya hanya terkekeh dan menggelengkan kepala nya.

"Jadi non juga gk sarapan di rumah nih?." tanya bik Minah dan mendapat gelengan dari Putri. "Hmmh.. Yaudah, bibik buatin bekal non juga, ya?! Emh, takut nya kakak kakak nya non gk ada waktu nemenin non sarapan. Syukur syukur kalau mau." ucap bik Minah dengan tangan yang masih sibuk dengan nasi dan lauk nya.

"Ini bekal nya non." ucap bik Minah setelah dia selesai membuat bekal. Putri tersenyum lalu mengambil keempat kotak makan itu.

"Makasih ya bik. Putri pergi dulu, assalamualaikum." ucap Putri lalu pergi dari rumah megah nan mewah itu menuju tempat bekerja kakak kakak nya.

Di sepanjang perjalanan menuju tempat ketiga kakak nya, senyum Putri tak pernah pudar. Mungkin dengan cara ini dia bisa makan bersama kakak nya, walaupun hanya salah satu di antara ketiga nya.

To Be Continued 💕.

Berpisah untuk Bersatu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang