Berpisah untuk Bersatu - 02

1.1K 87 13
                                    


"Mput."

Merasa ada yang memanggil, Putri pun menoleh ke belakang dan mendapati sahabat nya yang tengah berjalan cepat menghampiri nya.

"Pagi Mput." lanjut gadis itu bermaksud menyapa, Putri tersenyum kemudian membalas ucapan sahabat nya, Tasya.

Dengan tangan yang terus bergandengan, Putri dan Tasya terus berjalan menyusuri koridor kampus nya dengan ditemani candaan yang terus terlempar dari mulut Tasya, hingga akhirnya mereka sampai di kelas mereka.

"Mput, kok mata kamu kayak panda." ucap Tasya lalu memegang mata Putri yang memang sudah terlihat seperti panda. Mungkin itu akibat dia kurang tidur semalam.

"Gapapa Sya, mungkin karna semalam aku kurang tidur, makanya begini."

Tasya hanya mengangguk, dia tau apa penyebab sahabat nya ini kurang tidur. Hampir setiap hari Tasya mendapati hal seperti ini, apa setiap malam juga dia menantikan ketiga kakak nya hingga dia lupa dengan kesehatan nya sendiri?.

"Mput, aku tau kamu rindu mereka, aku tau kamu mau kumpul sama mereka, tapi kamu juga harus jaga diri kamu!! Kalau kamu sakit, apa mereka akan peduli sama kamu?."

Ingin rasanya Tasya mengatakan itu secara langsung pada Putri, namun dia juga sadar bahwa dia hanyalah teman Putri. Dia tidak berhak masuk terlalu jauh ke dalam urusan Putri yang terbilang cukup pribadi.

Dia juga ingin mengatakan pada ketiga kakak Putri agar tidak terlalu sibuk dengan dunia mereka sendiri. Tapi kembali lagi ke awal, dia hanya teman Putri.

***

Lesti terlihat sangat marah pada karyawan nya saat ada pelanggan yang meng-complain makanan yang tersedia di resto milik nya.

Baru kali ini ada pelanggan yang berani berteriak di depan umum seperti itu. Padahal jika di pikir lagi, itu hanya lah hal yang sepele.

"Saya gk mau ada pelanggan yang complain lagi."

Para pekerja nya yang kini sedang di sidang oleh Lesti hanya bisa mengangguk. Mereka tidak berani menatap mata bos mereka jika sedang murka seperti ini.

Lesti menghembuskan nafas berat nya lalu pergi dari dapur dan kembali ke ruangan nya untuk mengambil tas nya dan pulang, berniat untuk menenangkan pikiran nya.

***

"Non sudah pulang." sambut bik Sari -asisten rumah tangga- dengan senyum nya.

Berbalik dengan Lesti yang terus memasang wajah kusut nya karna masih marah pada para pekerja nya yang ia anggap tidak becus memasak untuk para pelanggan nya.

"Buatkan saya susu jahe hangat!!" perintah Lesti dengan tegas setelah dia duduk di sofa empuk nya.

Bik Sari hanya mengangguk patuh lalu pergi ke dapur, dia sangat hafal dengan sifat majikan nya ini. Jika sedang dalam mode marah seperti ini, Lesti paling tidak suka mendengar ocehan tak jelas dari orang orang di sekitar nya.

"Assalamualaikum." pekik si bungsu keluarga Rashid. Matanya langsung menangkap sosok sang kakak sulung yang sudah duduk manis di depan mata nya.

Dia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, dan kembali menatap kakak nya, kemudian di tatap nya kembali jam itu. Apa kakak nya salah melihat jam?

"Dek."

Sontak Putri langsung menatap kakak sulung nya sambil tersenyum. Lalu di hampiri nya sang kakak dan mengambil tempat duduk tepat di samping Lesti.

"Emh kakak udah pulang." ucap Putri berbasa basi.

"Hahh!! Kakak lagi pengen tenangin pikiran kakak, dek." ucap Lesti dan Putri hanya mengangguk pelan.

"Yaudah kita makan siang yu, kak?!" ajak Putri. "Emh udah lama juga Putri gk makan bareng kakak heheh.."

Lesti tersenyum lalu mengangguk, tidak ada salah nya jika dia menerima tawaran adik bungsu nya ini. Dia juga rindu suasana rumah, tapi ego nya untuk tetap sibuk dengan pekerjaan nya lebih menguasai diri seorang Lesti Anintya Rashid.

"Assalamualaikum!? Mput!" pekik seorang gadis berponi sambil mengetuk pintu utama kediaman Rashid yang sedikit terbuka.

Setelah tiga kali memanggil akhirnya datang bik Minah dengan tergesa gesa. Dia membuka pintu lebih lebar lalu mempersilahkan tamu nya masuk.

"Waalaikumsallam. Maaf ya non bibik baru denger." ucap bik Minah.

"Santai aja kali, bik!? Tasya gapapa." ucap gadis itu yang ternyata Tasya sambil tersenyum ramah. "Oh iya, Mput nya ada?" tanya nya kemudian.

"Ada non. Lagi makan sama non Lesti." jawab bik Minah, tentu saja membuat Tasya sedikit kaget.

"Kak Lesti udah pulang?" bik Minah hanya mengangguk.

"Mari non bibik antar ketemu non Mput?!" ajak bik Minah. Tasya mengangguk lalu mengikuti langkah bik Minah menuju ruang makan. Dimana Lesti dan Putri berada.

***

"Mput." panggil Tasya pada Putri yang terus sibuk dengan buku novel nya. Sedangkan dia sibuk dengan pikiran nya sambil rebahan di kasur empuk Putri.

Putri menoleh sekilas. "Kenapa?"

"Tumben kak Lesti udah pulang? Ada apaan?" tanya Tasya yang masih belum tau kenapa Lesti sudah berada di rumah. Sedangkan ini masih jam makan siang.

"Ada sedikit masalah katanya. Makanya dia pulang buat tenangin pikiran."

"Masalah apa?"

"Gk tau juga sih."

Tasya menoleh ke arah Putri yang masih sibuk dengan buku nya. Dia mendengus kesal. "Ah Mput!! Aku lagi ngomong tapi mata nya terus aja liat buku!!" ucap Tasya kesal sambil melempar bantal pada Putri, tapi Putri masih bisa menghindari nya dan kembali fokus dengan buku nya.

"Eh tapi kalau kakak kakak kamu itu selalu dapet masalah, pasti pulang jam segini buat tenangin pikiran."

buk!

Kali ini Tasya yang mendapat timpukkan bantal dari Putri. Tasya meringis karna bantal itu tepat mengenai kepala nya.

"Enak aja kalau ngomong!" ketus Putri dan mendapat cengiran bodoh dari Tasya.

"Iyaa maaf.. Bercanda kali, Mput!" ucap Tasya dengan nada sedikit manja nya sambil mengelus kepala nya.

"Awas aja ngomong macem macem lagi, aku timpuk kepala kamu pake buku ini." ancam Putri sambil mengangkat buku novel nya yang begitu tebal.

"Ish! Kejam banget kalau kamu timpuk aku pake itu." dumel Tasya berhasil membuat Putri terkekeh puas.

To Be Continued💕.

Berpisah untuk Bersatu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang