Berpisah untuk Bersatu - 11

751 97 43
                                    

Hari mulai gelap, namun Putri tak melihat tanda tanda kakak bungsu nya pulang, dia sudah mencoba menelfon nya namun tak pernah di angkat oleh Rara. Ingin bertanya pada dua kakak sulung nya pun dia ragu, takut mengganggu mereka.

"Non, bibik sudah hubungi asisten non Lesti dan non Selfi, tapi mereka bilang non Rara ngga sama mereka." ucap bik Sari setelah menghubungi kedua asisten majikan nya.

Putri mendesah lelah, dia kemudian meminta bik Sari untuk pergi dan meninggalkan nya sendiri di kamar.

Lain dengan Putri yang cemas dengan keadaan kakak nya, Rara justru nampak biasa saja. Sekarang dia tengah berada di rumah Nabila dan bergurau dengan teman nya itu, dia seakan lupa dengan perdebatan kecil yang tercipta di rumah nya tadi sore.

***

Hari sudah malam, namun Putri masih enggan masuk ke dalam kamar nya dan mengistirahatkan tubuh nya, dia malah memilih diam di balkon kamar nya. Dia cemas pada kakak bungsu nya yang kini entah berada dimana. Dia tau kakak nya itu sudah besar dan bisa menjaga diri nya sendiri dengan baik, namun Putri takut Rara masih terbawa emosi dan melakukan hal yang tidak tidak.

Ucapan Rara tadi sore pun terus saja terngiang di telinga nya. Banyak pertanyaan yang muncul di benak nya, dia masih bingung kenapa kakak bungsu nya itu iri pada nya, sedangkan dia sendiri selalu merasa kesepian selama ini. Baru kemarin kakak sulung nya menghabiskan waktu bersama nya setelah sekian lama kakak nya itu sibuk, dan pembelaan dari Selfi? Dia sendiri tidak tau Selfi selalu membela nya.

"Kenapa kak Rara bicara seperti itu? Dan dimana dia sekarang?." gumam Putri menatap langit malam yang terasa hampa, tanpa ada bintang, sinar bulan pun tertutup oleh awan.

Tiba tiba angin berhembus dengan kencang nya, sangat dingin. Tiba tiba terdengar suara benda jatuh di dalam kamar nya, detik berikutnya angin kencang itu sudah tidak ada.

Putri menoleh ke dalam kamar nya, perasaan nya tiba tiba aneh. Dengan cepat dia masuk dan mengecek benda apa yang jatuh.

"Foto ini.." Putri berjongkok dan mengambil foto yang sudah terpisah dengan figura nya. Kaca di figura itu jelas pecah. Di foto itu terdapat dirinya dan Rara, di foto itu juga mereka terlihat akrab, tidak seperti sekarang yang seperti orang asing.

"Astaghfirullah, kok perasaan aku mendadak aneh gini ya." gumam Putri sambil mengelus dada nya, namun dengan cepat dia menepis pikiran buruk yang mulai menghampiri nya.

Saat sedang membersihkan serpihan kaca yang berserakan di kamar nya, tiba tiba bik Minah datang cukup tergesa - gesa.

"Non.."

Putri menoleh kemudian menghampiri bik Minah.

"Kenapa, bik?."

"Non Rara, non.. Non Rara.."

Putri mengerutkan kening nya, perasaan nya semakin tidak enak.

"Kak Rara kenapa?! Coba bibik tenang dulu! Ada apa?."

Bik Minah mengatur nafas nya, kemudian mulai menjelaskan pada Putri.

"Tadi bibik terima telfon, katanya non Rara kecelakaan, dan sekarang sudah di bawa ke rumah sakit."

"Astaghfirullahaladzim.. Putri ke rumah sakit dulu."

Dengan cepat Putri mengambil tas selempang serta kunci mobil nya, tanpa membuang waktu lama Putri segera pergi ke rumah sakit.

***

Putri menghentikan langkah nya di depan pintu kamar inap Rara yang telah diberi tahu kan oleh suster. Dia mengurungkan niat nya saat akan masuk karna mendengar suara kedua kakak sulung nya, Lesti dan Selfi.

Berpisah untuk Bersatu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang