"Doorr!!!." teriak Tasya tepat di telinga Putri yang sudah duduk cantik di bangku nya.
Putri melirik sinis ke arah Tasya, sedangkan Tasya justru memberikan cengiran bodoh nya saat melihat tatapan tajam sahabat nya.
"Nanti nanti kalau ditanya apa hobby kamu, kamu jangan jawab membaca deh! Hobby kamu yang sesungguhnya itu sebenarnya ngagetin aku!."
"Ish! Mput PMS ya?! Ngegas banget ngomong nya!." rajuk Tasya kemudian mengerucutkan bibir nya.
"Habisnya kamu suka banget kagetin aku." ketus Putri
"Iyaa maaf.."
Putri mengulum senyum nya melihat wajah Tasya yang cemberut. Ingin rasanya dia menggigit wajah Tasya jika sedang seperti itu.
"Hmmh, Caca ku.." Putri berbicara dengan nada yang dibuat selembut mungkin lalu merangkul Tasya. "Ehm, sahabat aku ini mau denger cerita aku gk? Aku lagi seneng loh."
"Senang? Hal apa yang membuat sahabat aku ini senang, hmm?." Tasya balik merangkul Putri dan menatap Putri penuh tanya.
"Emmm.. Cerita gk yaa.." ucap Putri sok mempertimbangkan.
"Kalau gk mau cerita, gk usah ngomong!."
"Hahahah.. Iya nanti aku cerita."
***
"Aku sayang sama kamu, tapi aku iri sama kamu."
Rara terus saja diam sambil memutar - mutar bolpoin di tangan nya. Nabila, teman nya sudah puluhan kali berdecak sebal melihat tingkah Rara. Dia sudah berbicara panjang lebar, namun sepertinya tak di dengarkan oleh Rara.
"Mohon maaf mbak, kalau lagi ada masalah mending cerita deh. Atau pulang, saya udah cape bicara eh mbak nya diem terus." ucap Nabila dengan sangat kesal nya, namun sepertinya Rara masih belum kembali ke alam sadar nya. "Ra!!."
"Eh iyaa.. Habis itu kemana?."
"Apa nya yang kemana? Gini nih kalau di ajak cerita malah ngelamun." ucap Nabila ketus. "Kamu kenapa sih? Aku perhatikan, kok akhir akhir ini kamu banyak ngelamun?."
Rara tersenyum tipis kemudian menggeleng pelan. "Emh, ngga kok. Lagi banyak kerjaan aja."
Jelas Nabila tau teman nya ini tengah berbohong. Dari cara bicara nya saja sudah berbeda, dan mata Rara enggan menatap mata nya. Jika Rara jujur, kenapa dia takut menatap Nabila?
"Ngelamun lagi. Bukanya lega malah tambah mumet liat temen ngelamun terus kayak gini." gerutu Nabila.
***
"Aahh Mpuuuttt.. Aku ikut seneng denger nya. Semoga aja nanti kamu bisa kumpul sama ke tiga kakak kamu, aku yakin cepat atau lambat kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang gk pernah kamu bayang kan selama ini."
Putri hanya tersenyum melihat Tasya yang begitu semangat mendengar cerita nya. Dia meng-Aamiin kan doa Tasya, dia juga yakin suatu saat kakak kakak nya akan memeluk nya kembali.
"Emm.. Mput, berhubung hari ini kamu lagi bahagia, lagi seneng, jadi aku mau.. Kamu teraktir aku makan."
"Makan aja terus Sya sampai makanan di kantin habis." ledek Putri kemudian bangkit dari duduk nya dan berjalan menuju kantin.
"Ledek aja terus Mput sampai kata kata mu habis." Tasya membalikkan perkataan Putri dengan sebal.
Putri terkekeh mendengar ucapan Tasya. Dia kemudian merangkul tubuh Tasya setelah Tasya berada di samping nya.
Terkadang Tasya memang menyebalkan, namun dia juga lah yang selalu menghibur Putri. Saat Putri kecewa pada kakak kakak nya, Tasya lah yang akan membuat nya tersenyum.
Menurut Putri, Tasya adalah manusia ajaib yang dikirim untuk nya. Kadang marah padanya, mengomel tak jelas, menyebalkan, menyenangkan, selalu membuat nya tersenyum dengan tingkah nya. Putri sangat bersyukur di pertemukan dengan Tasya dan menjadikan dia sahabat nya.
***
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsallam, non Mput." sapa bik Minah dengan sangat ramah nya pada Putri yang baru saja pulang. Putri membalas senyuman bik Minah kemudian masuk diikuti bik Minah.
"Bik, kak Rara udah pulang?." tanya Putri saat dia kembali mengingat mobil kakak bungsu nya yang terparkir di halaman rumah nya.
"Iya non, sekarang lagi bersih bersih kata nya." jawab bik Minah dan hanya mendapat anggukan dari Putri.
"Emh bik, tolong buat kan es teh ya?! Putri haus."
"Siap non, bibik ke belakang dulu ya."
Putri mengangguk, bik Minah pun pergi ke dapur sedangkan Putri duduk sambil menonton tv. Rasanya hari ini sangat melelahkan, apalagi Tasya yang meminta ditemani kesana kemari membuat nya sebal namun senang, huuh!!
Saat sedang asyik menonton tv, Rara tiba tiba turun dan duduk di samping nya. Putri tersenyum ke arah Rara kemudian mencium punggung tangan kakak bungsu nya itu.
"Sudah pulang kamu, adik kesayangan."
"Emmhh.." Putri hanya tersenyum simpul dan mengangguk menanggapi ucapan Rara.
"Enak ya jadi adik kesayangan, bisa habiskan waktu sama kak Lesti, dapat pembelaan terus dari kak Selfi, hmh.. Aku mah apa atuh?!." Rara berbicara dengan nada santai, mata nya memandang lurus ke depan.
Putri menoleh ke arah Rara, apa maksud kakak nya berbicara seperti itu?
"Kakak ini ngomong apa sih.." ucap Putri di akhiri dengan kekehan nya. Kekehan terpaksa. "Mereka kan kakak kita, gk ada adik kesayangan, semua sama."
"Oh ya?." Rara menatap Putri. "Emm.. Rasanya aku gk percaya. Kalau sama, kenapa kamu selalu dapat pembelaan dari kak Selfi? Kenapa kamu dapat perhatian lebih dari kak Lesti?."
Putri diam, dia masih mencerna ucapan Rara. Apa maksud Rara berucap seperti itu? Dan kemana arah pembicaraan nya?.
"Kamu tau, semenjak kamu hadir di kehidupan aku, kamu selalu rebut semua yang aku punya. Kamu ambil kasih sayang kakak kakak aku yang seharusnya untuk aku, kamu ambil perhatian kakak kakak aku yang juga seharusnya untuk aku."
"Kak.."
"Aku iri sama kamu. Kenapa sih kamu selalu jadi kesayangan semua orang?."
Putri menggeleng, dia tidak percaya jika yang ada di hadapan nya sekarang adalah kakak nya.
Rara terdengar menghembuskan nafas nya kasar, dengan cepat dia bangkit dari duduk nya dan pergi begitu saja dari hadapan Putri.
"Apa yang membuat kakak iri sama aku? Aku rebut semua milik kak Rara? Apa? Jangan kan mendapat perhatian lebih dari kak Lesti dan kak Selfi, mereka saja jarang ada waktu untuk aku." Putri memandang Rara yang lambat laun menghilang dari pandangan nya.
Berantakan sudah mood Putri, dia mengambil tas nya kemudian pergi ke kamar nya. Mencoba untuk melupakan ucapan kakak nya, Rara.
To Be Continued 💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah untuk Bersatu ✔
Conto•Tidak ada lagi yang egois, lebih baik pergi!! Aku bosan mendengar rengekan mu. ~Lesti Anintya Rashid •Dengan kepergian nya, tidak akan ada lagi keributan didekat ku. ~Selfi Anatasya Rashid •Mungkin memang ini, ini jalan terbaik untuk kita. ~Rara A...