Bik Minah keluar dari kamar Lesti setelah memastikan Lesti tidur dengan nyenyak, dia menutup pintu kamar Lesti hati hati. Bik Minah kemudian pergi ke dapur untuk menyimpan wadah berisi air dan handuk kecil yang dia gunakan untuk mengompres Lesti tadi, setelah meminum obat, semoga saja demam gadis itu turun.
Saat sedang membereskan dapur yang cukup berantakan, bel rumah tiba tiba berbunyi, dan tak lama pintu di ketuk, bik Minah mengerutkan kening nya mendengar ketukan pintu yang begitu keras, wanita itu menghela nafas nya pelan dan menyimpan lap yang tadi dia pegang.
"Hmm.. Ya ampun, iya iya sebentar.." ucap bik Minah setengah berteriak. "Kok gk sabar banget." gerutu nya kemudian, dengan langkah cepat wanita itu menuju pintu depan dan membuka pintu.
Deg.
Bik Minah mematung di tempat nya, cukup lama dia diam, sampai akhirnya dia kembali tersadar. Sebuah senyuman perlahan terukir di bibir nya, kedua tangan nya yang tadi nya berada di pintu dia turun kan.
"Non Putri,"
"Bibik,"
Tanpa ba-bi-bu lagi gadis itu, Putri, dia langsung memeluk bik Minah, wanita yang begitu baik pada nya dan wanita yang sudah selama satu tahun lebih ini tidak ia temui. Dia juga merindukan bik Minah.
"Ya Allah non Mput," bik Minah mengelus punggung Putri lembut, dia kemudian melepas lembut pelukan itu. "Alhamdulillah, bibik seneng non pulang. Non gk akan pergi lagi, kan?"
Putri tersenyum kecil mendengar ucapan bik Minah, dia meraih tangan kanan bik Minah dan mencium nya. "Ngga bik, Putri gk akan pergi lagi, Putri akan kembali."
Bik Minah tersenyum, air mata nya tak kuasa ia bendung, bik Minah mengelus lengan Putri kemudian mengajak nya masuk dan membawa koper milik Putri.
"Bik, kakak.."
Bik Minah menoleh, langkah mereka seketika terhenti. Bik Minah tersenyum kemudian mengajak Putri ke kamar Lesti.
Ceklek.
Pintu kamar Lesti terbuka, dan yang pertama mereka lihat adalah Lesti yang tengah berbaring di atas tempat tidur nya, wajah gadis itu pucat, tubuh nya semakin kurus, dia seperti bukan Lesti yang Putri kenal. Dia berbeda.
"Kakak hiks,"
Putri langsung menutup mulut nya, dia tidak boleh mengeluarkan suara, kakak nya sedang istirahat. Cepat cepat Putri kembali menutup pintu itu hati hati, ingin sekali rasa nya dia berlari menghampiri Lesti, memeluk nya, meminta maaf dan mencurahkan semua rasa rindu nya, tapi dia tahu, kakak nya baru saja beristirahat, tidak mungkin dia mengganggu nya.
Bik Minah langsung merangkul Putri yang saat itu juga langsung terisak, dia membawa Putri ke sofa yang ada di seberang kamar Lesti, mendudukkan nya dan menenangkan nya.
"Bik, kakak hiks.. Kenapa dia bisa seperti itu?!"
"Tenang, non," ucap bik Minah terus mengelus punggung Putri, dia menarik nafas kemudian membuang nya perlahan.
"Semalam non Lesti diem di kolam, pas lagi deras deras nya hujan. Satu jam lebih non Lesti disana, bibik sudah bujuk supaya non Lesti mau masuk dan ganti baju, tapi non Lesti gk mau. Jam setengah sembilan non Lesti baru mau masuk, non Lesti langsung minta di buat kan teh hangat, dan pas bibik hantar ke kamar nya, non Lesti sudah demam tinggi."
Di tengah isak nya, Putri mengerutkan kening nya. "Kenapa kakak sampai seperti itu, bik?" tanya nya lirih. Dia tahu Lesti bukan tipe orang yang suka main hujan, kakak nya itu tidak pernah seperti ini jika sedang banyak pikiran atau stres sekali pun, dia selalu memikirkan kesehatan nya, tapi sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
Berpisah untuk Bersatu ✔
Historia Corta•Tidak ada lagi yang egois, lebih baik pergi!! Aku bosan mendengar rengekan mu. ~Lesti Anintya Rashid •Dengan kepergian nya, tidak akan ada lagi keributan didekat ku. ~Selfi Anatasya Rashid •Mungkin memang ini, ini jalan terbaik untuk kita. ~Rara A...