Berpisah untuk Bersatu - 07

932 93 12
                                    


Putri turun dari mobil nya dengan langkah gontai. Dia pikir dengan cara dia mengantar makanan untuk kakak kakak nya, dia bisa makan bersama salah satu di antara mereka. Tapi ternyata tidak.

•••

"Assalamualaikum, kak Rara." ucap Putri memberi salam sembari membuka pintu ruangan Rara.

"Ketuk pintu dulu dong, Put!." ucap Rara tanpa menjawab salam dari Putri. Dia langsung memprotes adik nya yang masuk ke ruangan nya tanpa mengetuk pintu.

"Emh, maaf kak." ucap Putri menundukkan kepalanya. Dia kemudian berjalan menghampiri kakak nya itu dan menyimpan kotak makan di hadapan Rara. "Emh kak, kita makan sama sama yuk?! Putri bawakan makanan."

Rara menghentikan kegiatan nya lalu menatap adik nya. "Ekhm, kakak lagi sibuk, kamu makan sama kak Lesti atau kak Selfi aja, ya?!."

Rara memang berucap dengan nada lembut, tapi kata kata nya berhasil membuat Putri kecewa. Dengan terpaksa dia mengangguk dan tersenyum.

"Yaudah. Ehm, Putri pamit ya kak, assalamualaikum. Kakak jangan lupa sarapan." ucap Putri setelah dia mencium punggung tangan kakak nya dengan penuh hormat.

"Waalaikumsallam."

Putri akhirnya keluar dari ruangan Rara dengan harapan yang patah.

Tapi dia berharap diantara kedua kakak nya ada yang bisa menemaninya sarapan pagi ini. Walau hanya sebentar.

Setelah dari butik Rara, Putri bergegas pergi ke resto milik Lesti yang tak jauh dari sana. Hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk sampai kesana.

Setelah sampai disana, Putri segera menuju ke ruangan Lesti. Dia hendak membuka pintu ruangan Lesti, namun dia teringat ucapan Rara sewaktu dia masuk begitu saja ke ruangan nya. Itu memang salah nya.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk!." sahut seseorang di dalam sana yang diyakini adalah Lesti, kakak nya. Setelah mendapat izin dari sang kakak, Putri segera masuk.

"Assalamualaikum, kak."

Lesti menoleh sekilas dan mendapati adik nya yang tengah berjalan menghampiri nya. Dia kembali fokus pada laptop nya kala mengingat pertengkaran yang terjadi semalam.

"Waalaikumsallam. Ehm, ada apa kamu kesini?."

Putri tersenyum lalu duduk dihadapan Lesti yang masih betah menyibukkan diri nya dengan pekerjaan nya.

"Kak, Putri bawakan makanan buat kakak. Kakak pasti belum sarapan, kita sarapan bareng yuk?!." ucap Putri membuka kotak makanan yang ia bawa. Namun gerakan nya terhenti saat Lesti berdehem.

"Dua menit lagi kakak mau meeting keluar, kamu mau nunggu?." ucap Lesti menatap Putri sekilas.

Putri menghembuskan nafas nya pelan, kakak kakak nya memang begitu sibuk, sampai sampai tidak ada waktu untuk sarapan bersama. Putri bagkit dari duduk nya dan meraih tangan Lesti, lalu diciumnya punggung tangan kakak nya itu.

"Putri pamit aja kak, assalamualaikum."

"Yaudah, waalaikumsallam."

Putri menutup pintu ruangan Lesti sedikit kasar, dia ingin marah namun tidak bisa. Apa salah jika dia ingin makan bersama kakak kakak nya?. Dia hanya ingin merasakan kehangatan keluarga nya lagi.

Putri akhirnya memutuskan untuk pergi ke toko kue milik Selfi. Dan hanya Selfi harapan nya. Semoga saja kakak kedua nya itu mau dan bisa menemaninya sarapan.

Setelah menempuh perjalanan lima belas menit, Putri sampai di toko kue milik kakak nya, Selfi. Dia tersenyum dan mulai melangkahkan kaki nya memasuki toko yang cukup ramai itu. Di dalam hati nya dia mengucap syukur karna banyak orang yang menyukai kue buatan kakak nya.

Putri tau dimana Selfi sekarang. Dengan senyum yang terus mengembang, Putri memasuki dapur yang langsung tercium bau khas nya. Dan benar, kakak nya ada disana.

"Kak Selfi!."

Selfi menoleh mendengar suara adik bungsu nya. Dia tersenyum saat melihat Putri yang tengah berdiri tak jauh dari nya, membawa sesuatu yang Selfi tak tau apa isi nya.

Dia membuka celemek yang sedari tadi menggantung di leher nya kemudian menghampiri Putri yang sudah merentangkan tangan nya. Setelah Selfi berada di depan nya, dengan cepat Putri memeluk Selfi. Mungkin hanya Selfi yang mengerti dirinya.

"Ada apa sayang?." ucap Selfi setelah dia melepaskan pelukan nya. Dia menangkup wajah Putri dan mengelus kedua pipi Putri.

"Makan bareng yuk, kak?! Putri mau sarapan bareng kakak."

Selfi tersenyum mendengar suara manja adik nya. Adik nya ini memang paling pengertian, tau saja dirinya tengah lapar. "Adek nya kakak tau aja sih kakak belum sarapan."

Putri tersenyum. "Kakak gk lagi sibuk, kan?."

"Ngga kok, tadi cuma bantu bikin kue aja. Yuk ke ruangan kakak, kakak lapar." ajak Selfi merangkul tubuh mungil Putri. Putri tersenyum senang, akhirnya Selfi bisa menemaninya untuk menikmati masakan lezat bik Minah.

Setelah sampai di ruangan Selfi, Selfi segera menyuruh adik nya duduk dan makan bersama. Sesekali mereka tertawa saat Selfi maupun Putti berceloteh. Namun tawa mereka terhenti saat pintu ruangan Selfi di ketuk oleh asisten Selfi, Sinta.

"Permisi bu." ucap Sinta setelah Selfi mempersilahkan nya masuk.

"Ada apa?."

"Tamu nya sudah datang."

Selfi langsung terdiam mendengar ucapan Sinta. Dia lupa jika pagi ini ada tamu yang berkunjung ke toko nya. Dia kemudian menatap Putri yang juga sudah terdiam.

"Saya segera kesana."

Sinta mengangguk kemudian pergi dari sana setelah izin pada atasan nya.

"Yaudah kak, Putri pamit aja ya. Kakak kan ada tamu, Putri juga harus ke kampus." ucap Putri menatap jam yang melingkar cantik di pergelangan tangan nya. Dia kemudian bangkit dari duduk setelah merapihkan penampilan nya.

"Maaf ya dek."

"Gapapa kak. Putri duluan, assalamualaikum." ucap Putri lalu mencium punggung tangan Selfi.

"Waalaikumsallam."

•••

"Mput!!!."

Lamunan Putri buyar, dia berdecak sebal dan menoleh ke arah Tasya yang berteriak dan berlari menghampiri nya. Untung saja diri nya tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, jika punya maka Tasya harus bertanggung jawab.

"Teriak aja terus sampai suara mu hilang, Sya." ucap Putri dengan ketus nya.

"Jahat! Kalau suara ku hilang, kamu akan kesepian karna gk ada lagi yang ganggu kamu." ucap Tasya sebal sambil bersedekap dada dan memalingkan wajah nya.

"Ck! Yang seharusnya marah itu aku. Dasar! Udah lah, temenin aku makan." ucap Putri menarik tangan Tasya.

"Teraktir!."

"Iyaa.."

"Asiikk!."

Tasya balik menarik tangan Putri dan cepat membawa nya ke kantin. Putri menggelengkan kepala nya dan sedikit menyunggingkan senyum nya. Mungkin hanya Tasya yang selalu ada bersama nya dan bisa menghiburnya.

Kakak kakak nya memang hanya sedikit memberi nya perhatian, tapi Allah mengirimkan Tasya untuk nya. Untuk menghibur nya, untuk memberi nya semangat, dan untuk memberi nya perhatian. Allah memang adil.

To Be Continued 💕.

Berpisah untuk Bersatu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang