☀️Part 30☀️

654 61 1
                                    

Sebulan berlalu, sebulan gita berbaring diranjang yang kecil ini membuat semuanya khawatir kata dokter dia akan pulih untuk beberaoa hari, kenapa sudah satu bulan dia tak kunjung membuka matanya.

Leonal masih setia menemani, sepanjang hari dia selalu berada disamping gita, menunggu gadis itu membuka matanya kembali untuk melihat dunia. Dia berharap dia adalah orang pertama yang dilihatnya.

"Kak lo makan dulu gue masak tadi ni" ucap dira yang baru saja datang dengan rantang ditangannya.

"Gue belom laper, lo duluan aja" sahut leonal tak mengalihkan pandannya.

"Lo ga bisa terus kayak gini kak, liat sekarang li udah kayak tulang hidup tau ga? Pipi yang tadinya berisi sekarang sampe keliatam tulangnya, disemilin parasit? Mening makan dah, nanti gita bangun lo kayak gini ga dikenalin baru tau rasa" cecar dira membuat leonal menatapnya jengkel jika saja bukan sahabat ayra dan gita mungkin dia sudah melemparnya dari tadi.

"Ribet bego" ucap leonal berdiri dan mengambil rantangnya lalu kembali ketempat semula memakan makanannya.

"Gue ngilu liat lo terus duduk disitu sini apa ada ada sofa kenapa dikursi gitu si" sewot dira yang tak ditanggapi oleh leonal yang sibuk makan.

"Gini ni kalo acing berubah wujud ngeselin" cibir dira menyalakan tv dan mulai menonton.

Hari sudah menjelang siang, leonal masih terduduk dengan laptop dipangkuannya mengerjakan sedikit sedikit pekerjaannya sedangakan dira, entahlah dia sedang berjalan kemana dimimpinya itu.

Ceklek

Pintu terbuka leonal menoleh dia menatap datar orang itu, ini sudah ketiga kalinya dia datang rumah sakit hanya untuk melihat gita, siapa?

"Ada perlu?" Tanya leonal.

"Cuman mau liat gita" jawab orang itu tersenyum tipis lalu berdiri disisi ranjang gita.

Leonal menatap tak suka orang itu yang mengusap kepala gita, ingin protespun dia takut orang itu kerabat atau sebagainya, tapi jika kerabat dira tak akan mengusirnya seperti hari itu bukan?

"Cepat sembuh sayang" bisik orang itu. "Gue pamit" lanjutnya lalu keluar ruangan meninggalkan leonal yang diam.

"Siapa si? So misterius banget" gumam leonal.

☀️☀️☀️☀️☀️

Ayra duduk dimeja makan, dirinya sudah cukup lelah mengerjakan semuanya hingga siang hari.

"A aku keringetan ih" ujar ayra menggerakan lehernya tak nyaman karena arya memeluknya.

"Cape hm" ucap arya memegang bahu ayra lalu memijatnya pelan membuat ayra memejamkan matanya merasakan sentuhan suaminya.

"Mau pembantu?" Tawar arya.

Ayra membuka matanya. "Engga"

"Kalo setiap hari gini kamu kecapean terus" ujar arya.

"Biarin itung itung olahraga" ucap ayra.

"Olahraganya terlalu over hm" ucap arya memeluk ayra.

"A ih gerah tau" kesal ayra menggerakkan lehernya.

"Makanya mandk, kita keluar" ucap arya mengangkat ayra menggendongnya brydal style menuju kamarnya.

"Kemana?" Tanya ayra menatap suaminya.

"Mall?" Beo arya masuk kekamar.

"Belanja?" Tanya ayra.

"Seterah kamu" jawab arya tersenyum lalu menurunkan ayra diambang pintu kamar mandi.

|| Untouchable Man || End ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang