Senja Kelima Belas

93 11 2
                                    

Subuh belum lama usai. Delman yang membawa Haji Said dan Raden Soeryo bergerak cepat meninggalkan rumah menuju Hotel Medan. Sepanjang perjalanan, takbanyak kata terucap dari bibir Haji Said. Ia tenggelam bersama putaran biji tasbih dalam genggaman. Mata lelaki tua itu menatap lurus ke depan sementara bibirnya komat-kamit menyebut asma Allah. 

Di bangku belakang, Raden Soeryo duduk terkantuk-kantuk. Semilir angin dan udara pagi yang sejuk adalah paduan sempurna untuk membuat kelopak matanya kembali terkatup sempurna. Belum lama delman menyusuri jalanan yang masih lengang, kepala pemuda itu sudah tertunduk, bertumpu pada koper berukuran sedang yang ada di pangkuannya, melanjutkan tidur semalam yang belum tuntas. 

Lima belas menit sebelum jam tujuh, delman memasuki halaman Hotel Medan. Tepukan Haji Said menarik Raden Soeryo dari alam mimpi. Gegas ia turun dan mencuci muka lalu menemui Haji Said yang tengah berbincang dengan seorang lelaki berwajah oval. Senyum tulus terpancar dari wajah dengan kumis tipis yang tengah duduk di teras hotel . Jas hitam yang dipakainya membuat lelaki berusia jelang empat puluh tahun itu terlihat berwibawa. 

Raden Soeryo menghapus bayangan lelaki tua bersorban putih dan berjenggot tebal dari benaknya. Rupanya, Kiai Halim sangat jauh dari sangkaannya. Dengan menahan rasa malu, pemuda ningrat itu mengangguk hormat pada Sang Kiai lalu mencium punggung tangan lelaki dengan manik mata sewarna madu yang tersembunyi di balik kaca mata berbingkai bulat. 

“Saya titip anak saya, Ajengan,” ujar Haji Said penuh hormat.  “Ramanya di Muntilan sangat berharap anak kebanggaannya ini mendapat pendidikan budi pekerti yang baik dari Ajengan.”  Haji Said kemudian menyodorkan amplop berisi sepucuk surat dari Kanjeng Rama kepada Kiai Halim. “Salam takzim dari Dimas Djojohadikusumo untuk Ajengan.” 

“Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Salam kembali untuk Mas Djojohadikusumo. Semoga masa-masa belajar Nak Mas Soeryo di tempat saya mendapat ridho dari Allah.” 

Setelah beramah-tamah sekian menit dan menghabiskan teh yang tersaji, Kiai Halim pun pamit.  Tepat jam delapan pagi, taksi yang disewa Haji Said untuk mereka meninggalkan halaman Hotel Medan menuju Majalengka. 

Seiring berlalunya taksi, mata Raden Soeryo terus memandang keluar melalui jendela samping seolah ada sebagian miliknya yang tertinggal. Semua kenangan dengan Juliana berkelebatan di benaknya seperti putaran film di bioskop dekat Passer Baroe. Ia mengganjur napas. Raganya bahkan belum meninggalkan Batavia, tetapi hatinya telah tertutup bongkahan rasa rindu yang menyesakkan dada. Rasa rindu yang membuat perjalanan kali ini terasa sangat lama seolah taksi berjalan seperti siput dan detak jarum jam melambat. Ia menarik napas berat. Kepada angin yang menyelusup lewat jendela, ia menitipkan sepotong hati  dan membiarkannya tetap berada di Batavia. 

Suara merdu Kiai Halim yang membaca surah Al Baqarah menarik Raden Soeryo dari kecamuk pikiran. Mata kiai muda itu menatap lurus ke depan. Takada Al Quran di tangannya. Raden Soeryo kembali disergap rasa malu mengingat dirinya yang hanya mampu menghapal bagian depan dan akhir surah Al Baqarah sedangkan tak ada satu ayat pun di bagian tengah yang terekam syaraf-syaraf otak di kepala. Mirip kendang, tertutup di depan dan belakang, tetapi berongga di tengah. Demikian selalu Ali meledeknya. 

Menjelang tengah hari, mobil memasuki kota Subang melewati jalanan yang tidak begitu ramai. Tatapan Raden Soeryo terkunci pada sebuah bangunan megah dua lantai bercat putih di sisi kanan jalan di tengah kota. Satu-satunya gedung megah yang ditemuinya di Subang.  Sebuah tiang dengan bendera tiga warna di puncaknya berdiri angkuh di tengah halaman berbentuk setengah lingkaran yang tertutup rumput serupa karpet berwarna hijau. Deretan huruf membentuk kata P&T Lands terpasang di dinding bagian depan. Gedung itu berdiri sendiri di antara pepohonan besar di sekelilingnya sehingga terlihat seperti serdadu tua kesepian.

Senja di Batavia Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang