Tetaplah Tinggal

241 21 0
                                    

"Pacarmu berapa sebenarnya?"

Min Gyu yang tadinya asyik makan, sekarang menatapmu bingung.

"Kau saja."

"Benarkah? Jangan-jangan kau bohong lagi."

Kau mengaduk-aduk makananmu yang tinggal sedikit. Min Gyu kemudian meneguk minuman yang sebelumnya dia pesan.

"Kenapa kau berkata begitu? Ceritakan padaku."

Kau menaruh sendokmu lalu mengambil ponsel dari dalam tas selempangmu. Kau sibuk membuka sesuatu dalam benda pipih tersebut kemudian menyerahkannya pada Min Gyu.

Sebuah video dimana Min Gyu dan penggemarnya saling menggoda saat fansign berlangsung. Setelah selesai, Min Gyu melihat ke arahmu, ada senyum samar di bibir tipisnya.

Kau menyatukan jari-jari tanganmu. Perasaanmu campur aduk saat ini.

"Kau marah, karena video ini? Kau berpikir jauh tentang aku dan fans ini?"

Kau memilih diam, antara bingung dan enggan menanggapi. Kau sebenarnya tahu juga memahami fakta yang sesungguhnya, namun kau tetaplah perempuan biasa yang suatu ketika bisa goyah perasaannya.

Entah bagaimana kau akan membuat Min Gyu mengerti, sementara kau sendiri sejatinya juga sudah lelah dituntut untuk selalu mengerti.

"Kenapa sayang? Kenapa kau tiba-tiba begini? Kau tahu kan kalau itu hanya fansign. Ayolah sayang, biasanya kau tidak mempermasalahkan hal-hal seperti ini. Kau tahu siapa pacarku sebenarnya, hanya kau. Dan itu cuma bagian dari pekerjaanku saja."

Min Gyu menggenggam tanganmu lembut. Meski bukan pertama kalinya, ajaibnya kau seperti selalu bisa mendapatkan kekuatan tertentu saat Min Gyu memberimu kehangatan melalui sentuhan tangannya.

Seolah ketakutan yang sebelumnya menguasai dirimu, seketika lenyap dalam beberapa detik saja lalu berubah menjadi keberanian untuk berkata-kata, mengungkapkan segalanya.

"Kau tahu kan, Min Gyu? Fakta apa yang paling menyakitkan tentang hubungan yang dirahasiakan? Ketika kau harus menerima setiap situasi dimana kau mau tak mau siap bertindak sebagai orang lain padahal sebenarnya, kau adalah orang yang penting bagi seseorang. Karena ketidaktahuan mereka, mereka bebas menyebutmu sebagai ini itu dalam hidup mereka, sedangkan aku, bahkan aku harus berpura-pura tak mengenal siapa dirimu. Aku iri, Min Gyu. Jujur, kadang-kadang beberapa keadaan kayak menamparku secara tidak langsung. Aku diingatkan untuk bersikap tegas atas hubungan kita. Aku ingin, entah kapan itu, untuk setidaknya, sekali saja bersikap egois terhadap hubungan kita. Aku ingin mendapat pengakuanmu, siapa aku ini dan melakukan apapun yang selayaknya dilakukan pasangan pada umumnya tanpa takut sesuatu yang buruk terjadi sesudahnya."

Min Gyu semakin mengeratkan genggamannya saat melihat matamu yang mulai berkaca-kaca. Pasti sangat berat untukmu menjalani ini, Min Gyu tahu. Bukan hanya dirimu, dia juga merasakan tamparan itu. Pekerjaan Min Gyu sebagai idola menuntutnya bersikap ramah dan manis pada para penggemar, sekalipun itu sama saja menyalakan api kecemburuan dalam hatimu. Cemburu bukan karena Min Gyu menggoda gadis lain, cemburu yang timbul karena rasa iri tak bisa mengutarakan apa yang menjadi kenyataannya.

Ibarat, banyak perempuan mendeklarasikan kalau dirinya mendapat cinta Min Gyu sebagai penggemar, tapi kau jelas lebih dicintai olehnya sebagai gadis.

"Apa aku berhenti-"

"Tidak! Tidak begitu maksudnya. Ini yang aku tak suka kalau cerita denganmu. Kau akan menawari solusi yang ujungnya merugikan dirimu sendiri hanya demi hubungan kita. Aku tidak mau! Aku tahu perjuanganmu untuk menjadi idol dan paham kesulitan yang kau dapatkan sekarang, aku yak mau merusak semua pengorbananmu dan aku. Aku hanya..."

Detik itu juga, pertahananmu runtuh. Min Gyu berpindah posisi duduk lalu memelukmu. Dia suka bagaimana kau berusaha keras selalu mengerti dirinya sedangkan kau sendiri juga punya fase lelahnya. Min Gyu benci menjadi alasanmu sedih, terluka, menangis, namun di sisi lain, dia juga tak bisa kehilangan dirimu.

.

Min Gyu menggandengmu sampai di puncak bukit yang dipenuhi hamparan rumput hijau dan bunga berwarna-warni. Di tempat itu juga terdapat sebuah pohon yang rindang, kalian memilih duduk di sana, tepat di bawahnya. Selain indah pemandangannya, udaranya juga cukup sejuk sehingga membuat kalian nyaman.

"Mana tanganmu?"

Kau menjulurkan tanganmu yang tadi sempat digandeng Min Gyu. Dia mengaktifkan ponselnya lalu mengarahkannya pada tangan kalian yang bertaut dengan latar belakang bunga-bunga.

"Kenapa kau memfoto tangan kita?"

Min Gyu menyimpan ponselnya dan sedikit menghadapkan tubuhnya ke arahmu.

"Aku akan kirim foto itu padamu nanti. Terserah kau ingin mengunggahnya kapan di media sosialmu, apa captionnya. Yang jelas, kau bisa menuliskan apapun yang mewakili isi hatimu tentang kita. Aku tak bisa menjanjikan ini menghapus kesedihanmu, tapi paling tidak, kau akan lebih tenang sesudahnya."

Kau tersenyum mendengar ketulusan yang Min Gyu tunjukkan.

"Aku ingin mengapresiasi kesabaran dan pengertianmu selama ini. Kalau kau ada beban, bagi itu padaku. Kalau kau lelah, kau bisa bersandar padaku. Kau tidak perlu takut, kita cari solusi bersama karena kita berdua yang menjalani. Apapun itu, yang penting selain menyerah menjadi pasanganku. Aku akan berusaha semampuku. Janji jangan pendam semuanya sendiri lagi, hm?"

Kau mengangguk, lantas memeluk Min Gyu yang kini tersenyum lega. Entah disadari atau tidak, kedewasaan Min Gyu membuatmu ingin menangis.

"Kalau aku tidak bisa menandai akunmu, aku boleh kan mengambil penggalan lirik lagu yang pernah kau nyanyikan sebagai caption?"

"Apa saja sayang, yang membuatmu senang. Aku ikut senang."

Min Gyu mengacak rambutmu disertai senyum khas miliknya.

END

Walaupun yang sering kita bayangin jadi pasangan bias itu seneng, tapi mungkin aslinya lebih berat kali ya. Ya gimanapun juga bias kan jadi pusat perhatian banyak orang, sedangkan kita sebaliknya. Dan real life mereka, kita gak pernah tahu.

Oh ya, readers, aku mohon doanya buat pakdheku yang lagi sakit. Semoga cepet sembuh ya. Makasih😊.

Kim Mingyu Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang