Cemburu

365 21 6
                                    

Ahn Ha Ni menaruh secangkir teh di atas meja yang sama dimana keponakannya tengah meletakkan kepalanya di sana. Ha Ni menarik kursi lain yang memang tersedia untuk diduduki pengunjung kafenya.

Melihat sang keponakan yang tampak murung, Ha Ni menghela napas panjang.

"Darimana?"

Tanpa berniat menatap lawan bicaranya, kau hanya menjawab pertanyaan tersebut dengan suara bervolume rendah.

"Rumah."

"Tujuan? Tidak mungkin kan kau mampir ke tempat Aunty hanya untuk merebahkan diri?"

Kini giliranmu yang menghela napas panjang, kedengarannya kau sangat putus asa.

"Aunty pernah tidak, merasa cemburu padahal Aunty tahu betul siapa yang Aunty cemburui? Rasa cemburu Aunty sebenarnya terasa tidak berdasar tapi Aunty tidak bisa membohongi diri sendiri dan akhirnya Aunty sendiri yang tidak nyaman?"

Ha Ni menatapmu serius, sedikit terkejut karena pertanyaan tidak biasa darimu.

"Kau cemburu pada siapa?"

"Teman perempuanku."

Ha Ni diam, berharap kau akan melanjutkan curahan hatinya.

"Aku tahu kami bertiga berteman. Tidak ada yang salah jika Min Gyu juga memperhatikannya. Tapi, entah mengapa, aku sangat tidak nyaman melihat itu sekarang. Dia seperti memberikan perhatian lebih padanya dibandingkan denganku.

Mungkinkah sebenarnya Min Gyu tak lagi mencintaiku? Karena menurut pandangan teman Min Gyu, Min Gyu sebenarnya memiliki tipe ideal gadis yang lebih mengarah pada teman perempuanku. Tapi perasaannya bertepuk sebelah tangan jadi dia memilih bertahan denganku dengan pura-pura masih mencintaiku?

Apakah aku ini keterlaluan, Aunty?"

Ha Ni masih merapatkan bibirnya. Dia seperti sedang diajak flashback dengan masa lalunya.

"Kau tadi tanya pada Aunty, apakah aku pernah mengalami rasa cemburu sebagaimana kau menyebutkannya tadi. Jawabannya iya."

Kau melongo.

"Bagaimana bisa? Aunty mencurigai Uncle dengan siapa?"

Bertubi-tubi dirimu menyajikan pertanyaan. Untunglah, Ha Ni bisa memahami kecemasan gadis di hadapannya.

"Dengan teman Uncle yang pernah ditolong saat temannya itu masih SMA. Sikap Uncle sangat baik sampai membuat Aunty meragukan cinta Uncle pada Aunty. Sebaik-baiknya orang, temannya tetaplah orang asing, bukan? Apa yang menyebabkan Uncle sebaik itu jika bukan karena perasaan? Demikian  pemikiran Aunty pada saat itu.

Bahkan berniat bercerai karena terlalu lelahnya dengan sikap tertutup Uncle tentang temannya itu. Ternyata, sebelum kami benar-benar berpisah, Uncle menceritakan segalanya pada Aunty. Dan yang kau lihat sekarang, hubungan kami baik-baik saja, kan?"

Ha Ni mengelus pundakmu.

"Saran Aunty, ceritakan saja pada Min Gyu. Apa yang menjadi beban pikiranmu. Tanyakan apakah alasannya memberikan perhatian lebih dibanding dirimu. Kau berhak melakukannya tapi kau tidak boleh menyinggung perasaannya.

Jika dia memberikan alasan yang bagus, kau harus menerimanya dan tak perlu khawatir. Jika menurutmu dia aneh, kau bersabarlah. Pasti pada saatnya, Tuhan akan membuka segalanya. Intinya, jangan sampai kau gegabah dalam mengambil keputusan yang akan membuatmu menyesal di kemudian hari.

Jangan seperti Aunty."

Kau melihat kearah pundakmu yang ditumpangi tangan sang Aunty. Datang ke kafe Ha Ni memberimu pencerahan. Tiba-tiba ponselmu bergetar. Sebuah notifikasi pesan telah masuk, berasal dari Min Gyu yang intinya tak bisa berkencan yang sejujurnya telah kalian sepakati beberapa hari yang lalu.

Kim Mingyu Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang