Patah Hati

419 27 0
                                    

Mencintai seseorang dengan begitu tulusnya, memang tidak bisa menjamin kalau kita akan mendapatkan balasan serupa dari orang yang sama. Apalagi jika tiga kata ajaib itu tidak pernah keluar dari mulut kita, kecanduan itu hanya akan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa di hati.

Demikian pula yang pernah kau alami bertahun-tahun yang lalu. Sejak mengetahui jika laki-laki pujaanmu telah melabuhkan hatinya pada wanita lain, kau memutuskan untuk mundur. Bahkan tanpa sempat mengungkapkan perasaan itu. Kau memilih pergi sejauh mungkin dari lelaki itu, berharap dapat melupakannya.

Namun, niatan seperti itu tidaklah semudah pengucapannya. Dalam beberapa kurun waktu, kau masih harus berjuang. Menghapus memori tentangnya, jelas tidak mungkin bisa. Hanya mencoba menurunkan tahtanya dari dalam hatimu. Kalau menyingkirkannya terlalu mustahil, maka setidaknya kau bisa menggeser posisinya lalu memberikan kesempatan pada cinta yang baru untuk berkuasa.

Kau pikir itu sudah berjalan cukup baik, kau mengira kalau usahamu membuahkan hasil. Tapi hari ini, Tuhan memberitahumu kenyataan sesungguhnya. Dia terlanjur terkurung dalam hatimu dan melenyapkan perasaan sialan tersebut tak pernah segampang itu.

"Kim Min Gyu."

Untuk sekedar menyambut jabat tangan yang tengah dia sodorkan rasanya begitu berat. Tubuhmu seolah dikunci berkat tatapannya yang lembut dan syarat ketegasan dalam waktu bersamaan. Atau memang sejujurnya kau terlampau sulit mempercayai pemandangan sosok ini.

Ibumu memanggilmu pelan, memberi isyarat agar kau menjaga sikap di depan kedua belah pihak keluarga yang rencananya akan disatukan dalam lingkaran pernikahan. Tentu yang terlibat adalah dirimu dan Min Gyu. Akhirnya kau menyerah, kalian benar-benar berjabat tangan.

Sepanjang obrolan, kau tidak memperhatikan. Yang ada dalam kepalamu hanya dua kalimat. Bagaimana bisa ini terjadi dan bagaimana caranya melarikan diri dari situasi ini. Min Gyu menyadarinya, sekalemnya dirimu, kau tidak pernah mengabaikan orang-orang. Terkadang kau masih tersenyum sebagai bentuk respon.

"Jadi kapan pertunangan putra dan putri kita dilaksanakan?"

Sosok yang memperkenalkan dirinya sebagai ibu Min Gyu mengajukan pertanyaan di luar dugaanmu. Tidak. Ini tidak boleh terjadi, tapi kau tidak punya alasan bagus untuk menolak.

Pasti sebelum mengadakan pertemuan ini, mereka sudah berdiskusi sebelumya. Tentangmu yang masih sendiri sejak lama. Kau juga sudah lulus dari kuliahmu dua tahun yang lalu. Kau kini bekerja di sebuah perusahaan ternama di Seoul. Apalagi yang bisa kau jadikan perisai dari perjodohan ini.

Kau tidak bisa berpikir sekarang, tapi kau harus segera meninggalkan tempat itu. Kau perlu merenungkan semuanya.

"Ibu, kepalaku pusing. Bolehkah aku pulang terlebih dahulu. Nanti kita bicarakan lagi di rumah."

Ayah dan ibumu tampak bingung sejenak.

"Baiklah, kau boleh pulang. Biar ayah pesankan taksi-"

"Izinkan saya mengantarnya. Paman bisa mempercayai saya."

Sayang sekali ayahmu mengangguk antusias, keduanya tak memberimu kesempatan mengelak.

.

Kau terjebak dalam skenario yang kau ciptakan sendiri. Min Gyu benar-benar mengantarmu pulang. Sepanjang perjalanan, Min Gyu terus mencoba mencairkan suasana dengan mengajukan berbagai basa-basi ringan yang ternyata tak ditanggapi serius olehmu.

Kau tenggelam dalam pikiranmu sendiri yang berulang kali menyuarakan bahwa ini bukan hal yang benar. Mengapa kalian dijodohkan, bagaimana perasaan Min Gyu, banyak sekali pertanyaan yang mengganggumu. Sampai kau berada pada titik yang tak tertahankan, kau memotong kalimat Min Gyu secara tiba-tiba.

Kim Mingyu Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang