Kau menaburkan bunga diatas pusara milik kedua orangtuamu juga milik ayah tirimu. Ayah kandungmu meninggal saat kau berusia sebelas tahun. Kemudian ibumu kembali menikah saat kau berusia dua puluh tiga tahun. Kini kau tak memiliki siapapun sebagai keluarga.
Kau bangkit dari posisimu, sehingga kau dapat dengan jelas memandang sosok pemuda yang sedari tadi mengantar dan menemanimu.
"Terimakasih sudah mengantarku. Aku permisi."
Pergelangan tanganmu ditahan yang otomatis juga membuat kakimu tidak bisa bergerak begitu saja. Tiba-tiba perasaan khawatir memenuhi hatimu, setelah sekian lama tidak mengobrol bahkan bersentuhan seperti ini selama beberapa tahun terakhir dengannya, rasanya begitu aneh.
Kim Min Gyu, lelaki yang mengantarmu itu melepaskan pegangannya. Dan sebagai ganti, dirinya menjangkau beberapa langkah agar dapat menghadap kepadamu sepenuhnya.
"Kau tidak akan kembali ke Amerika, bukan?"
Bahkan sekarang kalian menatap satu sama lain.
"Aku punya tempat tinggal dan usaha di sana. Tapi tidak dengan negara ini."
"Rumah Ibumu? Perusahaan yang dia kelola, apa semua itu tidak ada gunanya untukmu? Kau akan kembali dan membiarkanku mengelola segalanya di sini sendirian?"
Kau membuang pandanganmu ketika Min Gyu membuka kacamata hitamnya. Kau belum siap untuk langsung bertatapan dengannya.
"Kau bisa mempekerjakan karyawan untuk membantumu, bukan? Soal rumah, kau bisa menjualnya. Selesai. Kenapa kau membuat seolah-olah semuanya rumit?"
Kau mendengus, bermaksud untuk angkat kaki lagi.
"Tidak bisakah kau menjadi saudaraku yang baik?"
"Apa? Saudara? Saudara tiri maksudmu? Bahkan status itu sudah lenyap sejak ibuku tiada. Tidak ada kata saudara yang bisa mengikatmu dan aku sekarang. Sebaiknya kita jalani saja hidup masing-masing dengan cara kita sendiri."
Tiba-tiba Min Gyu menarik pinggangmu sehingga tubuhmu menempel di tubuhnya yang atletis. Rasanya kau ingin memprotes dirinya atas tindakannya yang tidak sopan itu.
Tapi apa ini? Mengapa kau kalah oleh rasa gugupmu? Melihat bagaimana pahatan wajah lelaki itu saat ini mampu menyedot kewarasanmu. Dahi yang terekspos, kedua alis tebal, mata yang lebar, hidung mancung dan bibir yang berisi, benar-benar membuatmu gila.
"Kalau begitu, haruskah kita menikah?"
Jantungmu serasa akan lepas dari tempatnya tatkala Min Gyu membisikkan kalimat yang demikian. Dulu menikah dengan Min Gyu adalah salah satu impianmu sebelum sebuah fakta menghancurkannya.
"Aku menyukaimu, Min Gyu."
Pemuda itu berhenti menghentak bola basketnya. Beberapa detik berjalan tanpa ada percakapan hingga suatu ketika dia bersuara.
"Kau tahu sendiri aku belum bisa membuka hatiku sampai sekarang."
Ucapnya dingin, kontras dengan tadi kala bercerita panjang lebar tentang aktivitas kesukaannya akhir-akhir ini.
"Aku mengerti. Aku mengatakan ini supaya aku lega dan tahu harus bersikap bagaimana. Setidaknya aku dapat memahami batasanku sebelum bertindak lebih jauh."
Itulah yang kau katakan pada Min Gyu sebelum ibumu mengirimmu ke Amerika. Nekad menyatakan perasaan pada laki-laki yang tidak mencintaimu kembali adalah penyesalan yang mengekangmu selama bertahun-tahun.
Mungkin akan berbeda jika kau tidak pernah bertemu Min Gyu lagi. Seharusnya kau tidak setuju saat ibumu meminta izin menikahi ayah Min Gyu, yang berarti laki-laki yang pernah tinggal di hatimu itu menjadi saudara tirimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Mingyu Imagines (Completed)
Short StoryCarat, ini kisahmu bersama Kim Mingyu❤❤. Update setiap Sabtu.