Kim Min Gyu dapat bernapas dengan lega begitu dirinya menyaksikan dirimu hanya berdiri sendirian di rooftop. Setidaknya kau tidak berupaya memanjat pinggirannya dengan wajah gelisah seperti tahun lalu.
Tapi, apa yang membuatmu sanggup bertahan melawan paparan sinar matahari di siang bolong begini, alih-alih merebahkan diri atau apapun yang biasanya rutin kau lakoni. Pasti ada sesuatu, pikir Min Gyu.
Pantas saja, pesan terakhir darinya tidak terbaca, juga panggilan yang berulang kali masuk dalam ponselmu tak mendapat respon apapun. Tepat ketika Min Gyu ingin menghampirimu, kau menoleh ke arah lelaki jangkung tersebut. Kau segera mendekatinya dengan setengah berlari, lalu memeluk tubuhnya erat seolah tak pernah bertemu bertahun-tahun lamanya.
Min Gyu menghadiahimu senyum manis miliknya lantas membalas pelukanmu tak kalah erat. Untuk beberapa detik Min Gyu membiarkanmu beristirahat di dadanya yang selalu bekerja tak beraturan acap kali berdekatan denganmu. Semoga saja kau tidak menyadarinya, batin Min Gyu.
Sementara kau mengambil kesempatan ini untuk menghirup aroma tubuh Kim Min Gyu yang membuatmu candu. Hangat dan menenangkan, tak berubah sejak dulu.
Min Gyu kembali menyimpan tubuh mungilmu setelah kalian bertatapan beberapa saat dengan senyuman saling menghias. Bahkan kau merasakan bibirnya menyentuh kepalamu berkali-kali..
Min Gyu mengajakmu turun dari rooftop. Kalian berpindah ke arena bermain di sebuah taman tak jauh dari apartemen tempatmu tinggal. Kau dan Min Gyu duduk di sebuah ayunan yang tersedia di sana.
"Enak tidak?"
Gelak tawa langsung menggema kala Min Gyu melihat mulutmu dipenuhi dengan oleh-oleh berupa makanan khas China yang dibelinya sebelum meninggalkan Shanghai.
"Enaklah. Kau selalu memberikan yang terbaik untukku. Tapi, apa nama makanan ini? Rasanya manis sekaligus lengket."
"Nian Gao. Itu terbuat dari tepung ketan dan gula, tentu saja manis."
Sepertimu.
Kau mengangguk paham tanpa berhenti mengunyah.
"Jangan lupa gosok gigi, nanti sakit gigimu."
Min Gyu mengusap lembut surai hitam sebahumu. Baginya, kau tampak seperti anak-anak yang harus ekstra dijaga. Kau melemparinya senyuman khasmu, yang diam-diam mampu melelehkan hati lelaki itu.
"Baiklah, dokter cerewet. Aku akan menggosok gigi sepuluh kali setelah ini, kau puas?"
Min Gyu kembali terpingkal. Walau jarak usia kalian hanya satu tahun, kau tidak pernah marah kalau Min Gyu memperlakukanmu seperti anak-anak. Orang yang tidak kenal dengan baik siapa kalian akan mengira bahwa Min Gyu mengejekmu karena mungkin perilakumu seperti anak-anak.
Namun faktanya tidak begitu. Ada alasan khusus mengapa dia bersikap demikian terhadapamu. Bahkan bagimu, itu merupakan bentuk perhatian dari Min Gyu yang layak kau syukuri.
"Tumben kau ke rooftop? Kau tidak menulis?"
Dulu, kau bercita-cita menjadi seorang guru. Kita semua tahu, untuk bisa mencapai titik tersebut, kau harus kuliah lebih dulu. Sayang sekali, kondisi perekonomian keluargamu tidak mendukung saat itu. Jadi, kau mau tak mau kau harus bekerja.
Tetapi entah mengapa, setiap kau mendapat pekerjaan, kau selalu menerima semacam tekanan, baik dari pemilik atau rekan tempatmu bekerja. Ada saja yang membuatmu merasa tidak nyaman sampai akhirnya, kau memilih menjadi pengangguran.
Kondisi itu diperparah dengan perceraian kedua orangtuamu. Kau tidak memihak atau memilih tinggal dengan salah satu dari mereka. Kau pergi meninggalkan rumah berhari-hari, sampai kau sempat berpikir untuk mengakhiri hidupmu.
Puji Tuhan, Min Gyu memergoki perbuatanmu dan berhasil mencegah niat burukmu itu. Dia yang merasa iba akhirnya memintamu untuk tinggal bersamanya. Kau jelas menolaknya, kau tak ingin merepotkan orang lain.
Min Gyu tak kehabisan akal, dia menawarkan sebuah kesepakatan. Dimana kau bisa melakukan apapun yang menjadi keahlianmu untuk menghasilkan uang. Sehingga, uang tersebut dapat kau gunakan untuk membeli tempat tinggal.
Dan kau berhasil, berkat semangat yang Min Gyu bagikan. Kau menjadi penulis tetap untuk sebuah platfrom buku elektronik terkemuka dengan gaji yang cukup menjanjikan. Bahkan yang bisa ditebak, kau mampu membeli apartemen yang kini kau tinggali.
"Aku bosan."
Tapi Min Gyu tidak mudah percaya. Kau memang jarang keluar, wajar kalau kau merasa bosan. Namun, Min Gyu menangkap ada masalah lain yang sebenarnya sedang kau sembunyikan.
"Itu saja? Kenapa tidak memberitahuku, aku akan mengajakmu pergi."
"Aku tidak tahu kau akan pulang lebih cepat, kau bilang akan pulang besok!"
Sahutmu ketus. Benar juga, Min Gyu kan sengaja memberimu kejutan. Seminggu yang lalu dia berkata padamu akan melaksanakan tugas dari rumah sakit tempatnya bekerja di Shanghai. Dan akan pulang besok, yang faktanya itu adalah kebohongan yang Min Gyu buat sendiri. Dia pulang lebih cepat sehari dari yang ia janjikan.
"Maafkan aku, ya."
Kau menggeleng.
"Jangan seperti itu. Kau sudah melakukan segalanya untukku dengan sangat baik. Justru, seharusnya akulah yang berterimakasih padamu. Karenamu, aku tidak melakukan kebodohan itu dulu. Kalau kau tidak menyelamatkanku saat itu, aku tak tahu, apakah aku masih bisa menghirup oksigen sebebas ini sampai sekarang?"
Kau mengambil tangan besar Min Gyu untuk menggenggamnya.
"Terimakasih banyak."
Satu hal lagi yang membuat hati Min Gyu teriris. Bahwa setelah kedua orangtuamu bercerai, ayah Min Gyu menikahi ibumu. Yang berarti kalian adalah saudara tiri. Min Gyu melingkari pundakmu dan menaruh kepalamu di dadanya, lagi.
Min Gyu telah berusaha menjalankan semua peran yang kau butuhkan. Bukan hanya sebagai dokter, teman atau kakak. Mungkin juga, sebagai seorang laki-laki yang mencintai seorang gadis, tanpa pernah kau ketahui.
END
Maaf ya readers, aku bikin kalian jadi saudaraan sama Mingyu. Tapi saudara tiri kok tenang aja🤣🤣. Sebenernya aku pengen banget punya kakak cowok. Gimana rasanya dilindungi disayangi sama saudara yang lebih tua. Tapi faktanya, malah aku yang jadi kakak, guys. So, mungkin aku lebih pantes di posisi itu kali ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Mingyu Imagines (Completed)
Short StoryCarat, ini kisahmu bersama Kim Mingyu❤❤. Update setiap Sabtu.