Istri

885 41 0
                                    

Min Gyu tersenyum manis melihatmu masih nyenyak tidur. Dia berjalan ke arah ranjang kemudian duduk di pinggiran. Tangan besarnya mengguncang tubuhmu agar bangun. Biasanya, kau akan bangun dengan cepat. Kali ini, kau hanya menggeliat sebentar lalu menarik selimut lagi.

"Sayang, bangun. Mentang-mentang pulang ke rumah ibu jadi bebas bermalas-malasan?"

"Aku masih lelah, Min Gyu. Semalam tidak tidur-tidur kan, masih mengantuklah."

Jangan salah paham dulu, kau dan Min Gyu tidur terlambat karena kalian mengobrol berdua sampai jam sebelas malam. Padahal kalian juga baru sampai di Indonesia sekitar jam tujuh malam.

Min Gyu mendekatkan kepalanya ke wajahmu. Dia menciumi hampir tiap bagian wajahmu mulai dari kening, mata, hidung, pipi dan terakhir bibir, membuatmu mengerang. Min Gyu semakin gemas menyaksikan ekspresi merajukmu.

"Pintar beralasan ya. Ayo bangun, anak kita biar mengehirup udara segar, sayang."

Kau memang sedang hamil enam bulan, wajar kalau perutmu terlihat lumayan buncit. Tadinya kau ingin memohon ke dia sekali lagi, tapi begitu mencium bau wangi khas sabun favoritmu, kau akhirnya bangun.

Kau agak menarik pundak Min Gyu sambil mengendus bau sabun itu, yang diendus heran sekaligus terkekeh dengan sikap anehmu. Pasalnya selama hamil, kau jarang mengidam ini itu, makanya kadang Min Gyu bingung sendiri.

"Kenapa?"

Kau menepuk pundak Min Gyu pelan.

"Ini bau sabun favoritku, kau sudah mandi ya, makanya wangi begini."

Kau merindukan aroma sabun ini. Sewaktu tinggal di Korea, kau tak bisa mendapatkan sabun favoritmu.

"Ya, jelas. Kalau begitu, ayo bangun. Kita jalan-jalan sekitar komplek sambil kau peluk aku sepuasnya, baunya awet kok."

Min Gyu tidak menduga kalau niatnya bangun pagi dan langsung mandi bisa berefek membangkitkan antusiasmu. Barangkali kau juga mau keliling bersamanya sebab dokter memang menyarankan, meskipun tak boleh sampai kelelahan.

"Lima menit lagi, aku janji. Aku akan bangun dan menyusulmu."

"Benar ya? Awas kalau berbohong. Aku keluar dulu, aku tunggu."

Min Gyu pun pergi setelah kau membujuknya, taktikmu berhasil. Begitu keluar, Min Gyu bertemu kedua orantuamu. Ibumu sedang belanja pada tukang sayur keliling, sementara ayahmu menyapu halaman, menggantikan pekerjaan ibumu yang tertunda.

"Pagi ayah, ibu."

"Pagi Min Gyu. Tidur nyenyak atau dikerubuti nyamuk?"

Goda ayahmu yang dibalas tawa canggung Min Gyu. Ibu-ibu yang tengah berkumpul untuk berbelanja di sana langsung mengalihkan perhatiannya kepada Min Gyu. Ya siapa yang tak senang kalau pagi-pagi melihat pemandangan segar seperti wajah Min Gyu, wajah-wajah visual yang tak kalah dari aktor drama. Mereka bisik-bisik beberapa detik.

"Wah, menantunya ke sini ternyata."

"Tampan sekali. Mirip artis."

"Tingginya itu."

"Senyumnya ya ampun."

"Beruntungnya punya menantu sepertinya."

"Namanya siapa ya?"

Demikian sekelumit kalimat-kalimat yang ditujukan pada suamimu. Mereka tak tahu saja kalau Min Gyu memang idola dulu, sekarang sudah pensiun. Min Gyu hanya senyum manis, namun suasana malah tambah heboh.

"Saya bantu, ayah. Buang di mana?"

Ayahmu menggeleng, enak saja mantu tampan jauh-jauh dari Korea disuruh bersih-bersih, apalagi tetangga sedang memperhatikan mereka pula.

Kim Mingyu Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang