Delapan Belas

217 23 6
                                    

Kim Min Gyu menaruh tangannya di bagian kosong tempat tidurnya. Seharusnya dia sedang memelukmu kalau memang dirimu berada di sebelahnya. Itu sebabnya tangan Min Gyu mulai meraba-raba, mencari keberadaanmu, hingga perlahan Min Gyu dapat membuka kedua matanya.

Dan ruangan itu terlihat terang benderang karena gordennya telah dibuka. Tepat ketika Min Gyu membangunkan dirinya, kau muncul dengan membawa serta nampan berisi sandwich serta segelas susu.
Kau menghampiri suamimu yang mengucek matanya.

"Sarapan di sini saja, ya."

Min Gyu menghentikan kucekan matanya tatkala melihatmu yang sudah mengenakan pakaian rapi.

"Mau kemana?"

Tanya Min Gyu masih dengan suara serak khas bangun tidur. Kau yang sibuk menata meja kecil di depan Min Gyu hanya meliriknya sekilas.

"Konsultasi ke dokter, apalagi?"

Min Gyu hapal, kau jarang bersikap cuek begini. Jika iya, pasti ada sesuatu yang terjadi. Min Gyu menepuk dahinya, ia lupa kalau kemarin kau sudah memberitahunya bahwa kau akan pergi ke dokter hari ini.

"Aku boleh ikut, kan?"

Kau beranjak untuk mengambil tas kecilmu di lemari. Sementara Min Gyu memakan sarapan yang kau siapkan.

"Jangan bercanda, Kim Min Gyu. Pertama-tama isi perutmu dulu lalu mandi dan beristirahatlah."

"Kenapa?"

Tanya Min Gyu dengan nada tidak terima. Kau kembali duduk di sampingnya, matamu menangkap kembali beberapa luka yang menghiasi wajah tampan suamimu.

Refleks kau menyentuh pinggiran area wajahnya yang sakit, mengakibatkan Min Gyu mengerang.

"Kau dapat darimana luka-luka ini? Kau pulang jam berapa? Dan kenapa tidak membangunkan aku? Semalaman kau tidur sambil menahan sakit."

Bukannya menjawab, Min Gyu malah tersenyum mendengar rentetan pertanyaanmu. Kau seperti ibunya yang selalu khawatir setelah melihat anaknya berkelahi.

Min Gyu menarik lembut tanganmu yang berada di wajahnya kemudian mengecup bagian punggungnya. Sandwich miliknya telah tandas.

"Aku memang pulang terlambat. Tapi kau tidak usah khawatir, aku sudah memberikan salep. Sebentar lagi akan membaik."

"Baiklah. Pokoknya kau jangan pergi bekerja dengan keadaan seperti ini. Tetap di rumah, aku akan berangkat bersama sopir."

Kau berdiri, mencium dahi suamimu sesaat lalu berjalan meninggalkan ruangan. Sedikit kecewa sebab dirinya tak dapat menemani dirimu ke dokter, tetapi perlakuan manismu barusan, membuat Min Gyu beberapa detik menahan senyumnya selagi tubuhmu menghilang dari balik pintu.

Saat Min Gyu menyelesaikan kegiatannya meneguk susu, kau kembali dengan hanya memamerkan setengah badanmu menghadap dirinya.

"Dan kau tetap hutang penjelasan padaku, tuan Kim."

Suamimu tertawa pelan seraya mengangguk, istrinya benar-benar manis.

.

"Nyonya Kim, Anda menjalani laparatomi ketika Anda masih berusia delapan belas tahun, bukan? Sekarang usia Anda sudah menginjak dua puluh empat tahun. Dan setelah melihat sendiri bagaimana kondisi bekas laparatomi Anda, saya rasa tidak akan ada masalah jika Anda memutuskan untuk hamil. Anda tidak perlu khawatir."

Rasanya kau baru bisa bernapas dengan bebas kini, usai dokter memberikan penjelasan yang memang kau harapkan. Seandainya Min Gyu ada di sana, pasti dia sangat senang.

"Syukurlah. Aku hanya ragu-ragu, Dokter. Karena aku tidak mengerti tentang masalah seperti ini, jadi aku pikir mengapa aku tidak berkonsultasi saja."

"Saya paham, Nyonya. Laparatomi yang Anda jalani tidak sampai menyayat bagian rahim sehingga kehamilan bukan menjadi masalah. Tapi bagaimanapun juga, seorang wanita tetap harus menjaga baik-baik kandungannya."

Kim Mingyu Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang