Mengerti

157 12 6
                                    

Im Yoon Ah mengetuk pintu yang ternyata tidak dikunci itu lalu tangannya mendorong benda berbahan kayu tersebut sehingga terlihatlah sosok dirimu, putrinya yang sedang sibuk dengan komputernya.

Kau mengenakan headphone di kedua telingamu dengan kedua tangan yang sibuk mengotak-atik keyboard. Sementara ponselmu berada di atas kasur.

Pantas saja ponsel itu terus berbunyi tapi sang pemilik sama sekali tidak mengetahuinya. Yoon Ah menghela napas, kakinya bergerak masuk ke dalam kamarmu. Kemudian wanita itu meraih ponsel sang putri dan ditunjukkan padamu.

Tentunya kau langsung menghentikan aktivitas sambil melepaskan headphone yang sebelumnya kau pakai.

"Eomma? Ini sudah lama, ya?"

Yoon Ah menyodorkan ponselmu sembari mengangguk. Kau mengangkat panggilan video itu sedangkan Yoon Ah bergegas keluar.

"Ada apa?"

Tanyamu sedikit cuek sambil berpindah duduk di ranjang. Moodmu menjadi lebih buruk sekarang sejujurnya.

"Kau sibuk sekali, ya?"

Sosok yang menghubungimu memperhatikan dengan seksama polah tingkahmu. Begitu intens sehingga rasanya kau sedikit tidak nyaman.

"Hanya tidak dengar kalau ponselku berdering karena aku tadi menggunakan headphone. Maaf."

Setelah jawaban darimu terlontar, untuk beberapa saat tidak ada pembicaraan yang terjadi. Baik kau maupun Min Gyu seperti kehilangan topik untuk dibahas. Padahal biasanya kalian berselisih atau menggoda satu sama lain.

"Jika kau sibuk-"

"Aku merindukanmu."

Kalian berdua mengutarakan kalimat yang berbeda sehingga kalian terdiam lagi. Min Gyu tertawa kecil sementara kau mengalihkan pandanganmu.

Sebetulnya kau juga merindukan Min Gyu, hanya saja, sesuatu yang mengganjal dalam hatimu memaksa untuk mengedepankan ego. Sesuatu yang tidak bisa diceritakan begitu saja namun kau yakin Min Gyu bisa merasakannya.

"Kau tidak merindukanku, ya?"

Kau mendengus. Kau mengambil bantal untuk menutupi wajahmu yang mulai teraliri air mata.

Mengapa Min Ggu masih mempertanyakan jawabanmu? Mengapa lelaki itu tidak mengerti kalau kau sedang bertarung melawan egomu?

"Ya! Singkirkan bantalnya. Bagaimana aku bisa melihatmu, sayang?"

Min Gyu memprotes akhirnya karena kau acuh tak acuh kepadanya. Biasanya panggilan khusus itu dapat meluluhkan tapi sekarang tidak. Min Gyu mengacak rambutnya frustasi.

"Jadi hanya aku yang merindukanmu?"

Pada akhirnya kau frustasi karena strategi penghindaran yang coba kau terapkan. Kau kalah dengan apa yang merajai hatimu.

"Baiklah..."

Dirimu membuang bantal yang kau gunakan tadi, kini tampaklah wajahmu yang memerah dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tidak rindu padamu dan aku sibuk. Puas?"

Tapi bagi Min Gyu itu berarti sebaliknya. Seringai bangkit menghampiri wajahnya yang rupawan.

Aku merindukanmu juga dan aku menunggu teleponmu.

Min Gyu tertawa sementara kau menatapnya jengkel. Dalam suasana bertolakbelakang itu, Min Gyu mengamati dengan baik makna yang mungkin tersirat dalam gambaran ekspresi gadis kesayangannya.

Kali ini tawa Min Gyu berhenti dan pandangannya menjadi serius.

"Jangan ditonton kalau tidak suka."

Kim Mingyu Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang