Teman

171 18 0
                                    

Tepukan tangan menggema di sebuah ruangan besar dimana suatu pertunjukan baru saja rampung. Tirai tertutup dan para penonton segera membubarkan diri mereka meninggalkan tempat tersebut. Sedangkan dirimu memilih menuju ke backstage , berniat menemui seseorang.

Dan memang benar, lelaki tinggi itu tengah berbincang bersama rekan sesama pemain dalam pertunjukan musikal tadi. Binar ceria terlukis pada wajahnya tidak dapat ditutupi. Jangan lupakan senyum semanis gula miliknya yang mampu menarik perhatian siapapun yang melihatnya.

Kau memilih diam di tempatmu berdiri. Menunggu sampai dia mempunyai kesempatan memisahkan diri dari teman-temannya. Kau menyaksikan mereka sibuk mengambil gambar bersama serta bergantian.

Hingga sosok itu akhirnya menghampirimu. Kau memberinya senyuman lebar tapi dia membalas dengan ekspresi berlawanan. Bahkan kala kau menjabat paksa tangannya, tetap tidak berubah.

"Selamat, Min Gyu. Pertunjukkan musikalmu berjalan dengan baik dan lancar. Aku sebagai salah satu penonton merasa puas."

Dengan lembut, Min Gyu menyambut jabat tanganmu.

"Bagaimana dengan penampilanku sendiri? Apakah kau juga menyukainya?"

"Suka. Kau tampak profesional walau harus kuakui aku menunggu penampilanmu yang lainnya."

Min Gyu akhirnya menyunggingkan senyumnya, tangannya lolos dari tautanmu dan beralih mengacak rambutmu gemas.

"Ayo kita pergi sekarang."

.

Seminggu sebelumnya, Min Gyu berjanji untuk mentraktir dirimu jika pertunjukan musikalnya selesai dilaksanakan. Itulah mengapa kini kalian telah duduk berseberangan di restoran favorit Min Gyu sembari menyantap menu masing-masing.

"Min Gyu, kau tak apa-apa?"

Min Gyu yang sedari tadi hanya menusuk-nusuk steak pesanannya, menoleh padamu.

"Memangnya aku kenapa?"

Jawab Min Gyu cuek. Dia tidak biasa bersikap begitu, tapi hei, ini momen yang seharusnya menyenangkan hatinya bukan? Tidak seperti saat Min Gyu masih bersama teman-teman dalam pertunjukkan musikalnya, berbeda sekali dan kau merasakannya.

Ada sesuatu yang tidak beres dengan lelaki yang hanya berjarak satu bulan darimu itu. Kau menaruh peralatan makan kemudian meneguk minumanmu. Min Gyu pelan-pelan memasukkan makanannya ke mulut.

"Min Gyu, aku mengenalmu tidak sehari dua hari, kau tahu itu. Kupikir ini hari yang membahagiakan untukmu, kau selalu menunjukkan kegembiraanmu setiap kali kau berhasil menyelesaikan apa yang menjadi tugasmu. Kau telah berkarya dengan baik hari ini, tapi yang kuperhatikan, kau terlihat tidak senang dan lebih banyak diam. Ada apa?"

Min Gyu menghentikan kegiatan makannya, pandangannya tertuju pada meja makan kalian. Dia sedang dilanda kebingungan. Min Gyu sebisa mungkin terlihat biasa saja tetapi faktanya kau peka akan keadaannya.

"Ceritalah kalau kau tidak keberatan."

Tanganmu menumpu pada tangan Min Gyu, dia melirikmu. Kini, Min Gyu seolah mendapat kepercayaan diri.

"Aku senang karena kerja kerasku berbuah keberhasilan. Aku tidak bohong. Tapi tidak tahu mengapa, akhir-akhir ini aku merasa terganggu dengan sebuah ketakutan."

Kau semakin penasaran sebab Min Gyu berada dalam mode serius.

"Ketakutan? Apa yang kau takutkan?"

Khawatir. Kala Min Gyu mendongak agar bisa beradu pandang denganmu, kau menyadari kesan itu.

"Aku takut ditinggalkan."

Alismu terangkat.

"Sebanyak apapun aku berkarya, akan tiba masanya dimana aku ditinggalkan oleh penggemarku. Termasuk dirimu, mungkin."

Pernyataan macam apa ini? Mengapa Min Gyu menyimpan ketakutan seperti itu?

"Kenapa bisa begitu? Bukankah sebaliknya?"

"Kau tidak mengerti. Idola akan terus berkarya selama mereka memperoleh dukungan dari penggemar. Idola meroket juga berkat penggemar. Aku tidak mencemaskan popularitasku, aku hanya takut kalau perlahan-lahan aku kehilangan penggemar karena mereka akan fokus pada kehidupannya sendiri. Dan saat itu, aku tak akan punya kesempatan menunjukkan penampilanku lagi."

Sedikit demi sedikit kau menyerap maksud dari kalimat-kalimat Min Gyu. Kau mengusap lembut punggung tangannya. Ketakutannya cukup masuk akal.

"Siapa bilang? Coba pikirkan, jika tidak ada idola, apakah akan ada penggemar? Jika tidak ada karya, apa yang akan mereka dukung? Intinya, keduanya saling membutuhkan dan tidak bisa dipisahkan.

Min Gyu, akan tiba masanya, baik penggemar atau idola, untuk fokus pada kehidupan nyatanya. Kita jelas tidak bisa menghindarinya. Tapi, tidak dengan kenangan. Apa saja karya yang sudah kau buat, tidak akan hilang begitu saja dari ingatan penggemar. Karya itulah yang membuatmu tidak terlupakan.

Kau jangan khawatir. Meskipun nanti aku fokus pada kehidupanku, aku akan tetap mengingat dan merindukan suara berat dan keceriaan dari Kim Min Gyu ini. Aku mungkin akan menunggummu menghasilkan karya-karya yang lain sekalipun kau sudah pensiun dari grupmu."

Bibir Min Gyu merekah, pipimu sampai dicubit olehnya.

"Apa kau baru saja menenangkanku, gadis jelek?"

Kau meringis tapi langsung tertawa karena mendengar julukan itu. Kau tidak jelek, tidak ada orang yang terlahir jelek. Kau cantik sebenarnya, terlebih dengan apa adanya dirimu, Min Gyu selalu menekankan itu padamu acap kali kau merasa minder terhadap dirimu sendiri.

Panggilan gadis jelek disukai Min Gyu karena setiap ia mengatakannya, kau akan tersenyum sangat manis guna melunturkan julukan yang dia berikan. Menurut Min Gyu itu sangat lucu.

END

Kali ini kalian ada dalam friendzone guys. Agak nyesek-nyesek gimana gitu ya😂. Tapi mendinglah daripada udah friendzone, digoshting pula. Dua kali lipat gak tuh sakitnya😂. Yang ngalamin hal yang sama, stay strong guys. Kalian akan ketemu sama orang yang tepat diwaktu yang tepat pula.

Kim Mingyu Imagines (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang