Tiap detik yang dulu pernah kuberikan untuknya, rupanya sebuah investasi yang kulakukan untuk tiap detik yang sekarang selalu kurindukan tanpanya. Ini hanyalah sedikit cerita yang telah lama kalian pertanyakan. Silahkan didengarkan jika kalian masih ingin tahu.
--
Halo, namaku Lee Ji An. Kalian sudah pernah membaca sebagian kisahku bersama Kwak Jae Won yang rupanya masih menimbulkan banyak pertanyaan dalam benak kalian. Sebenarnya, aku sudah tidak ingin membahas sepenggal perjalanan hidupku yang bisa kubilang cukup sulit dan melelahkan. Namun, karena kalian banyak yang merindukan kisahku dan Jae Won, aku pikir tidak ada salahnya jika aku membagi kisah ini kepada kalian. Semoga setelah mendengar penjelasanku ini, tidak ada lagi yang masih penasaran ya.
Hmm, aku harus mulai dari mana? Aku bingung.
Ah, baiklah. Sepertinya aku harus menceritakan dari malam perpisahan kami yang aku yakin masih sangat membekas bagi kalian semua.
Pasti kalian bertanya-tanya apa yang aku lakukan setelah Jae Won meninggalkanku di pinggir sungai Han.
Menurut kalian, hal pertama apa yang muncul di dalam benakku saat itu?
Sulit untuk dipercaya memang. Tapi, aku sempat berpikir untuk..."apakah akan lebih baik jika aku meloncat saja ke sungai Han? Toh, sekarang aku sudah benar-benar tidak memiliki siapa-siapa lagi di hidupku. Aku sudah kehilangan semua orang yang aku sayangi. Kalau pun aku menghilang, tidak akan ada yang mencariku."
Bodoh sekali memang. Seorang Lee Ji An, yang tega membohongi laki-laki tidak berdosa bernama Kwak Jae Won dengan berlagak menjadi pahlawan yang melarangnya untuk membunuh diri, malah justru berpikir untuk melakukan hal itu pada diriku sendiri.
Sekarang setiap kali aku teringat bahwa diriku pernah berpikir untuk bunuh diri, aku hanya bisa tertawa dan berusaha memahami alasanku ingin melakukan hal bodoh tersebut. Keadaanku saat itu begitu kacau, penuh dengan rasa bersalah, merasa sangat tidak berguna, dan sendirian. Aku baru saja kehilangan satu-satunya anggota keluarga yang kumiliki, lalu beberapa hari kemudiannya aku juga harus kehilangan seseorang yang...rupanya sangat berarti untukku. Aku terlambat menyadari bahwa Jae Won sangat berharga dalam hidupku. Dan begitu aku menyadari itu, dia malah mengetahui semuanya lebih dulu.
Bukan dari mulutku, bukan dari pengakuanku kepadanya secara langsung.
Tidak ada yang bisa kusalahkan, selain diriku sendiri. Kyung Woo sama sekali tidak salah, dari awal ini semua bukan kemauannya. Aku yang memulainya lebih dulu. Jadi, satu-satunya manusia paling berdosa disini adalah aku.
Mataku yang merah dan sakit akibat terlalu lama menangis, menatap hamparan air yang sangat tenang mengalir di sungai Han sore itu. Hari mulai gelap, orang-orang mulai berdatangan dan menatapku yang saat itu sedang kacau dengan tatapan penuh kecurigaan. Mungkin beberapa dari mereka, bisa membaca pikiranku yang memang ingin meloncat di dalam air untuk mengakhiri hidupku.
Saat itu, semua memori yang pernah kulewati bersama Jae Won berputar seperti film di dalam kepalaku. Dari awal aku melihatnya, aku memergokinya yang sedang menyakiti dirinya sendiri, lalu saat pertama kali kami bertemu, hingga saat terakhir kami, semuanya muncul dan perlahan-lahan membuatku semakin takut untuk melangkah maju mendekati air sungai Han sore itu.
Aku kembali teringat akan janjiku pada Jae Won, janji untuk menjalani hidup yang lebih baik di kemudian hari. Aku teringat akan semua harapan yang pernah Jae Won berikan kepadaku kalau suatu hari nanti dia ingin melihatku bisa hidup dengan baik dan layak. Aku juga teringat akan tujuan utamaku untuk membohongi Jae Won dan bersekongkol dengan Kyung Woo, supaya aku bisa mendapatkan uang yang kelak nantinya akan kugunakan untuk memulai hidup baru yang lebih baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name is Kwak Jae Won
Fiksi PenggemarKIta bertemu saat menyerah adalah sebuah pilihan. Ketika mati lebih menggoda daripada ketakutan kita pada kematian itu sendiri. Kita tidak perlu banyak waktu untuk menghadapi ini semua, kita hanya perlu untuk saling melengkapi dalam menghadapi hidup...