Delapan

29 5 1
                                    

Ini mual sekali rasanya. Aku tidak alergi dengan obat ini kan?

Pikiran Jae Won selama dua hari mengkonsumsi obat yang dia dapatkan dari dokter beberapa hari lalu. Sebelumnya, dia belum pernah meminum obat ini. Kata dokter, memang ada dua obat tambahan untuk mengurangi rasa sakit dan memperkuat otot delta Jae Won supaya tidak terlalu sering merasa nyeri jika dia melakukan aktivitas berat. Obat baru ini ternyata membuat Jae Won merasa mual yang begitu parah. Anehnya, dia tidak bisa memuntahkan rasa mualnya.

Itu yang menjadi alasan Jae Won kembali ke rumah sakit kemarin malam. Selain merasa tidak nyaman dengan obat tambahan itu, dia juga takut kalau ternyata dirinya yang memang alergi. Setelah menceritakan keluhannya kepada dokter, akhirnya obat Jae Won diganti dengan obat yang berdosis lebih rendah.

Ketika ia sudah mendapatkan obat baru, tiba-tiba sesuatu menangkap penglihatannya malam itu.

Ada sosok yang sedang terduduk sendirian di bangku rumah sakit. Perempuan itu tidak sedang menonton televisi seperti orang-orang disekitarnya yang juga duduk di bangku lainnya. Perempuan itu sedang menulis sesuatu di dalam buku catatan kecil. Wajahnya yang menurut Jae Won sebenarnya cantik, masih terlihat lelah. Kantung mata perempuan itu masih ada. Bahkan lebih gelap dari yang terakhir kali Jae Won lihat. Perempuan bernama Lee Ji An itu, selalu terlihat sendiri dan lelah.

Apakah dia baik-baik saja? Dia sudah makan belum ya?

Neneknya sakit?

Jae Won lupa kapan terakhir kali dia bisa begitu peduli dengan orang yang tidak begitu dia kenali, tapi semenjak dia sering melihat Lee Ji An dalam hidupnya, pikiran Jae Won selalu sama.

Apakah dia baik-baik saja? Mengapa dia selalu terlihat lelah?

Lee Ji An.

Perempuan kecil yang selalu memperhatikan Jae Won dari jauh. Perempuan yang mengetahui kebiasaan buruknya dan mungkin tahu juga apa yang sedang Jae Won rencakan kemarin di kamar ganti laki-laki. Perempuan yang tidak berusaha untuk mencari perhatian kepada Jae Won, membuatnya penasaran.

Lee Ji An berani membicarakan soal keinginan bodoh Jae Won untuk mati. Dia masih ingat, saat mereka berdua bertemu di stasiun kereta bawah tanah malam itu. Ji An berani menyebut dirinya makhluk hidup yang ingin menjadi mayat tanpa terdengar menyebalkan. Tidak ada kepura-puraan yang Jae Won temukan dari perempuan itu selama beberapa kali mereka bertemu.

Ini lucu bagi Jae Won.

Dia berpikir, mungkinkah sekarang Ji An akan melakukan hal yang sama seperti dirinya?

Memikirkan orang lain dan merasa penasaran dengan hidup seseorang.

Mungkinkah Lee Ji An juga memikirkan Jae Won seperti yang sedang dia lakukan sekarang? Bertanya-tanya, apakah dia baik-baik saja? Mengapa dia selalu terlihat aneh dan menyedihkan? Mengapa dia ingin bunuh diri?

Sebenarnya, sangat mungkin bagi Ji An bertanya-tanya sendiri tentang Kwak Jae Won yang aneh itu. Tapi, terakhir kali mereka bertemu, pertanyaan pertama yang akhirnya Ji An tanyakan padanya hanyalah sebatas, "Apakah kau akan baik seperti ini denganku di sekolah?"

Jae Won ingin tertawa mengingat wajah Ji An yang tetap terlihat datar saat menanyakan pertanyaan itu kepadanya.

Wajar sekali, Ji An menanyakan itu pada Jae Won.

Mengapa kau menanyakan itu padaku Lee Ji An-sshi? Dari semua pertanyaan yang dapat kau tanyakan padaku.

Namun, pertanyaan kedua yang Ji An tanyakan, tidak selucu yang pertama.

His Name is Kwak Jae WonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang