Lima

43 11 5
                                    

"Halmeoni, sore nanti aku harus bekerja karena ada jadwal membersihkan beberapa lapangan olahraga. Tidak apa-apa kan?" tanya Ji An.

Neneknya sedang merapihkan beberapa baju yang baru saja Ji An angkat dari jeruman, tertawa karena mendengar pertanyaan cucunya. "Tidak masalah, aku ini lebih kuat darimu. Tapi, sebelum kau pergi, jangan lupa untuk meminum teh ginseng yang tadi aku buat ya," katanya.

Sebenarnya Ji An tidak pernah meminta neneknya untuk membuatkan teh ginseng. Dia merasa tidak enak harus terus merepotkan neneknya yang sudah tua. Dia khawatir kalau neneknya terlalu lelah, penyakitnya bisa kambuh. Teh ginseng buatan sang nenek sangat lezat dan membuat Ji An merasa lebih segar. Dari kecil, Ji An selalu meminta untuk dibuatkan itu dan sampai sekarang, neneknya masih rajin membuatkannya.

Akan tetapi, neneknya tak lagi sekuat dulu. Ji An harus mengurangi kebiasaan-kebiasaan manjanya dan menjaga kesehatan sang nenek yang selalu sabar merawatnya dan menyayanginya.

"Baiklah, tapi Halmeoni...sudahlah, jangan terlalu sering repot-repot membuatkanku teh. Kau juga tidak perlu melipat ini semua. Lebih baik, Halmeoni beristirahat sambil menunggu sup kacang merah yang sudah kubuat matang," kata Ji An dengan lembut.

Sang nenek meraba pipi Ji An. Matanya yang sudah tidak bisa melihat apa-apa lagi, seakan bisa melihat perubahan yang terjadi pada cucunya. "Kau semakin kurus, jangan terlalu memaksakan dirimu untuk bekerja. Istirahatlah jika kau ingin, Ji An."

"Tidak, aku tidak apa-apa. Yang seharusnya beristirahat itu, Halmeoni."

Mereka terus beragumen sampai akhirnya sup yang Ji An buat matang dan mereka memakan sup bersama-sama. Tetap diisi dengan perbincangan hangat yang membuat Ji An merasa, setidaknya hari ini neneknya tetap sehat dan masih bisa menemani dirinya hidup di dunia yang membosankan.

*

Ternyata tugas Ji An ketika dia tiba-tiba dipanggil untuk datang ke sekolah dan membersihkan beberapa tempat, bukan lapangan tetapi kelas-kelas yang mulai berdebu. Hari ini tidak ada latihan sama sekali, hanya saja siang tadi baru rapat semua guru di sekolah bersama kepala sekolah dan orang-orang dari lembaga olahraga yang ingin merekrut murid-murid kelas dua belas.

Ji An membersihkan ruangan rapat yang menyisakan banyak sekali kotoran dan kue-kue yang tersisa karena belum sempat termakan di meja saat rapat. Ia langsung mengambil kue-kue sisa itu dan memasukkannya ke dalam kantungan plastik. Neneknya pasti akan sangat senang besok pagi terbangun dengan melihat ada banyak kue yang bisa dia makan di meja.

Dia merapihkan meja dan bangku yang masih berantakan di ruang rapat dengan teratur, Ji An mengelap meja yang kotor serta merapihkan kertas-kertas yang berserakan. Satu persatu ia ambil kertas yang berserakan di meja atau pun di lantai tanpa memperdulikan apa saja tulisan yang tertulis di kertas-kertas itu. Hingga, kedua mata Ji An melihat sebuah kertas yang menarik perhatiannya. Ia meraih kertas itu dan langsung membacanya dengan cepat. Mumpung sedang tidak ada orang yang ada di sekitarnya.

Hasil pemeriksaan milik siapa ini?

Matanya membaca semua tulisan yang ada di kertas itu tanpa melewati satu kata pun. Ada istilah-istilah kedokteran yang Ji An tidak mengerti artinya apa, tapi yang dapat dia pahami dari kalimat-kalimat yang ada di kertas itu adalah hasil pemeriksaan tersebut tidak memberikan yang kabar baik.

Pasien mengalami cedera pada di beberapa bagian sendi putar dan bahu sebelah kanan. Rotator Cuff Pain (RCP) yang di derita oleh pasien masih bisa dicegah dengan meminum obat dan melakukan beberapa terapi.Dikarenakan otot delta pasien sudah membengkak, pasien diharapkan untuk mengurangi semua kegiatan yang memaksakan pergerakan pada lengan dan bahu kanan. Otot delta yang sudah membengkak jika dipaksakan untuk bekerja dapat menyebabkan penyobekan otot dan kecacatan pada pasien.

His Name is Kwak Jae WonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang