Empat Belas

28 6 3
                                    

Ada banyak hal yang membuat Jae Won yakin dirinya tidak akan pernah bisa kembali menjadi seperti dirinya yang dulu. Saat dirinya divonis oleh dokter bahwa cidera yang ia derita akan membuat ia tidak akan bisa bermain dengan sempurna lagi, Jae Won merasa dunia seakan sedang menertawakan dirinya yang begitu percaya diri akan bakat yang ia miliki. Saat dirinya tahu bahwa cidera yang ia derita menyebabkan RCP atau lebih tepatnya Rotator Cuff Pain, dimana terjadi membengkakkan di sendi putar serta punggung sebelah kanannya, Jae Won mulai menyadari bahwa takdir memang tidak membolehkan dia untuk menjadi seorang pemain baseball. Tidak hanya itu, penderitaannya tidak berhenti sampai disitu. Jae Won kembali merasakan kesedihan yang mendalam saat mengetahui semua rahasia yang selama ini semua orang sembunyikan darinya. Seluruh keluarga besar Jae Won tidak ada yang pernah mencoba memberikan dia sebuah "tanda" atau apa pun yang mengarah kepada kebenaran tersebut, sampai akhirnya Jae Won sendiri yang harus mengetahui itu semua tanpa disengaja.

Kebenaran yang sampai sekarang masih Jae Won tunggu, ia akan terus menunggu sampai suatu hari nanti kesabarannya habis dan ia sendiri yang akan menanyakan langsung kepada mereka. Kepergian Ayahnya yang masih menjadi trauma untuk Jae Won membuat penderitaannya semakin bertambah. Jae Won tidak akan pernah menjadi dirinya yang dulu lagi. Ia belajar untuk menerima keadaan, akan tetapi, ia enggan untuk percaya dengan siapa pun. Jae Won tidak akan pernah membiarkan orang lain membaca dirinya, mengatur dirinya, dan membohongi dirinya lagi.

Keputusannya untuk menyerah pada hidup, menjadi pilihan yang terbaik untuk Jae Won.

Berulang kali ia mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri, mencoba untuk kembali merasakan sakit yang lebih perih dari penderitaan yang ia miliki, namun rasanya belum bisa menyaingi semua penderitaannya.

Jae Won terus menyakiti dirinya, terkadang mencoba untuk membunuh dirinya sendiri, akan tetapi, tidak bisa ia pungkiri bahwa Jae Won terlalu menyayangi orang-orang di sekitarnya. Ia menyayangi Ibunya lebih dari apa pun, sampai-sampai ia tidak tega membiarkan Ibunya hidup sendiri. Jae Won juga biar bagaimana belum rela meninggalkan orang-orang di sekitarnya. Alasan itu yang terkadang membuat Jae Won selalu berpikir beberapa kali sebelum dirinya ingin mencoba untuk mengakhiri hidupnya.

Selalu ada alasan yang membuat Jae Won berhenti untuk melakukan tindakan bunuh dirinya. Dan alasan tersebut tidak pernah berhasil membuat Jae Won menjadi lebih tegar dalam menjalani hidup. Ia hanya hidup untuk orang lain, bukan untuk dirinya sendiri.

Tapi sekarang, berbeda. Semuanya berbeda.

Sejak Lee Ji An hadir di dalam hidup Jae Won, semuanya berubah.

Rasanya tidak perlu lagi Jae Won jelaskan bagaimana pengaruh yang perempuan itu berikan kepadanya.

Sekarang, Jae Won memiliki alasan lain untuk tetap hidup dan mencoba untuk kuat.

"Jae Won-ah," panggil Ibunya.

Jae Won melihat Ibunya sudah berdiri di depan pintu kamarnya berpakaian dengan rapih. "Eomma? Kau rapih sekali," katanya dengan heran.

Young Yi berjalan menghampiri anaknya yang sedang berbaring di tempat tidurnya. "Aku ingin pergi ke makam Ayahmu," dia berhenti sejenak karena ragu. "Kau mau menemaniku?"

"Tentu saja," jawab Jae Won. "Eomma tunggu dulu ya. Aku ingin bersiap-siap dulu."

Dia langsung beranjak dari tempat tidurnya untuk mandi dan berganti pakaian. Tanpa menyadari ada raut wajah Young Yi yang menatapnya dengan senyuman tipis. Ia terheran melihat anaknya tidak terlihat begitu murung ketika diajak untuk pergi ke makam Ayahnya. Young Yi tahu, biar bagaimana juga, kepergian suaminya adalah sebuah trauma besar untuk Jae Won.

His Name is Kwak Jae WonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang