Semua terjadi begitu cepat. Jae Won langsung menghubungi Ibunya untuk bersiap-siap pergi dengan dia dan Kyung Woo. Tidak lama kemudian, mereka bertiga langsung pergi bersama-sama ke panti jompo tempat nenek Ji An berada. Selama perjalanan, Jae Won berdoa supaya Ji An diberikan kekuatan. Ibunya yang menyadari kekhawatiran Jae Won, langsung menggenggam tangan anaknya.
"Ji An sendirian?" tanya Young Yi.
Jae Won mengangguk. "Karena itu aku membutuhkan Eomma untuk membantuku disana," jawabnya.
Young Yi menganggukkan kepalanya mengerti.
Perjalanan menuju panti jompo nenek Ji An terasa begitu cepat. Jae Won langsung mencari keberadaan Ji An bersama-sama dengan Young Yi. Sedangkan, Kyung Woo memarkir mobil dan dia berniat untuk mempersiapkan pemakaman nenek Ji An besok pagi. Mengingat ini sudah terlalu malam untuk menyiapkan pemakaman.
Jae Won berjalan menuju kamar jenazah, seperti yang Ji An beri tahu kepadanya di telepon tadi. Yang ia temukan pertama kali ketika sudah sampai di depan kamar jenazah adalah Ji An yang sedang berjongkok di depan pintu. Tangannya bergetar. Dia membenamkan wajahnya di lututnya.
"Ji An-ah..." panggil Jae Won perlahan. Ia juga berjongkok di hadapan Ji An, tangannya mengelus pundak perempuan di hadapannya dengan lembut. Berusaha menenangkannya.
Young Yi berdiri dan mengintip ke dalam kamar. Hanya ada sebuah tempat tidur dan ditiduri oleh nenek Ji An yang tubuh serta wajahnya sekarang sudah ditutup oleh kain putih. Ada dua orang di kanan dan kiri tempat tidur itu, perawat dari panti jompo.
Ji An menatap Jae Won dengan tatapan kosong. "Aku takut kesana," ucapnya.
"Tidak apa-apa, Ji An. Kita masuk bersama ya?" Jae Won mencoba untuk menenangkan Ji An yang tangannya masih bergetar.
"Ayo, Ji An. Kita masuk bersama," kata Young Yi yang kemudian mengajak Ji An untuk berdiri.
Akhirnya, mereka bertiga masuk bersama. Jae Won merangkul Ji An, dan Young Yi berjalan ke arah petugas panti jompo untuk membuka kain putih penutup wajah nenek Ji An.
Saat kain itu perlahan terbuka, Ji An langsung menyembunyikan wajahnya di dada Jae Won. Hatinya berdegup dengan kencang, ia tidak siap melihat neneknya. Ia tidak siap menerima kenyataan yang berkata bahwa neneknya telah pergi.
Young Yi memberikan kode kepada Jae Won untuk membujuk Ji An dan menenangkannya.
"Ji An-ah...tidak apa. Aku disini, kau tidak sendirian," bisik Jae Won di telingan Ji An sambil melihat wajah nenek Ji An yang sudah pucat. Kedua matanya terpejam dengan tenang. Hati Jae Won pun juga sedih, tapi ia tidak bisa ikut menangis. Ia harus menenangkan Ji An.
Ji An menggelengkan kepalanya. Enggan untuk melihat.
"Tidak apa-apa, Ji An. Halmeoni menunggu kau untuk melihatnya terakhir kali," bisik Jae Won lagi.
Perlahan, Ji An mengangkat wajahnya dan menatap Jae Won. Matanya berkaca-kaca menatap Jae Won yang sejak tadi terus merangkul dirinya.
Lalu, ia menoleh ke arah neneknya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Ji An langsung melepaskan dirinya dari rengkuhan Jae Won. Ia mendekati neneknya dan menangis. "Halmeoni...."
"Halmeoni...."
Ji An memeluk tubuh neneknya yang sudah dingin dan kaku dengan erat. Ia menangis dan memanggil-manggil Halmeoni dengan lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Name is Kwak Jae Won
FanfictionKIta bertemu saat menyerah adalah sebuah pilihan. Ketika mati lebih menggoda daripada ketakutan kita pada kematian itu sendiri. Kita tidak perlu banyak waktu untuk menghadapi ini semua, kita hanya perlu untuk saling melengkapi dalam menghadapi hidup...