9

9.3K 2K 954
                                    

22 Mei 2022, Japan

Sungchan terdiam di depan leptop berwarna hitam di meja belajarnya bersama Shotaro, kembarannya. Tepat setelah Sungchan mendengar berita tentang kakaknya yang masuk Rumah Sakit untuk pemulihan mental halusinasi Hyunjin membuat Sungchan mengambil sebuah kotak dalam lemari Hyunjin. Karna Hyunjin sempat mengatakan padanya jika terjadi sesuatu pada nya atau Yuta saat di Korea ia meminta Sungchan untuk membuka sebuah flash disk yang Irene kirim padanya untuk di buka. Hyunjin sebenarnya juga tak tahu apa yang ada dalam flashdisk tersebut karna Irene yang melarang nya membuka sebelum mendapatkan izin darinya namun karna Irene yang menghilang Hyunjin memberikan amanah flashdisk itu pada Sungchan untuk berjaga-jaga.

"Ni-chan, apa yang akan kita lakukan sekarang?" tanya Shotaro pada sang kakak yang masih menatap tajam layar leptop miliknya.
"Aku tidak tahu siapa orang-orang yang ada di dalam video itu tapi dilihat dari foto-foto yang Mama kirim yang lain, orang ini adalah salah satu teman-teman dekat Kak Renjun" jelas Sungchan.

"Apa kita akan menyusul Otousan dan Ni-chan ke Korea?" tanya Shotaro lagi.

Sungchan terdiam beberapa saat memikirkan keputusan apa yang akan ia ambil selanjutnya.

"Shotaro, apa kau ingat  kartu kredit Otousan yang pernah kita curi saat smp untuk membeli mainan dulu?" tanya Sungchan pada adiknya, Shotaro terlihat berfikir sejenak lalu keluar meninggalkan tempat duduk nya dan menarik bangku tersebut ke depan sebuah lemari. Dengan perlahan Shotaro berdiri dan mengambil sebuah box mainan yang tersimpan diatas sana.

Tangannya degan gesit mengeluarkan satu persatu mainan mencari sebuah mainan yang ia gunkana untuk menyimpan kartu kredit milik Yuta yang mereka ambil untuk membeli mainan edisi terbatas.

"Ketemu" Shotaro berteriak sambil mengeluarkan sebuah kartu berwarna silver dari sebuah mainan mobil box disana.

"Ni-chan, jika ketahuan Otousan akan marah bukan?" ucap Shotaro yang memberikan kartu kredit itu pada Sungchan.

"Pesan pemberitahuan dari kartu ini akan muncul di ponsel Otousan yang putih, sedangkan Otousan tak pernah lagi memakai ponsel ini dan jika kita memakai kartu kredit milik kita maka Otousan akan tau dengan cepat" Jelas Sungchan pada Shotaro membuat anak itu kembali  mengangguk.

"Sekarang pergi dan berkemaslah besok pagi kita akan menyusul Otousan dan Ni-chan ke Seoul" Minta Sungchan pada Shotaro membuat anak itu mengangguk sedangkan Sungchan sontak meninggalkan kamar adiknya sendiri untuk ikut berkemas malam itu juga.

......

Brakk

"Aku meminta mu untuk membuang wanita itu ke jurang bukan membawanya ke Rumah Sakit bodoh" Seorang pria tengah memukul temannya dengan begitu keras saat mengetahui suatu kabar dari nya.

"Kau sudah membunuh Renjun apa itu kurang puas untuk mu?" tanya dengan tajam pada pria yang masih berdiri di hadapannya.

"Bukan kah aku baik hati? aku membantu Renjun untuk menghilangkan semua bebannya" ucap nya dengan malas membuat Jisung balik memukul pria di hadapannya.

Bugh

"Ya sadarlah, kau sudah ketelaluan" ucap Jisung sambil mencengram kerah pakaian pria yang ia duduki di bawahnya.

"Aku keterlaluan? bukankah kau ikut andil dalam tragedi kecelakaan malam itu?" ucapnya dengan nada sinis membuat Jisung kembali melayangka pukulan pada pemuda itu.

"Kau yang mengancamku pembunuh" ucap Jisung dengan wajah yang mulai memerah menahan ledakan emosinya,

"Aku pembunuh? ingatlah jika kau yang menyetir mobil itu hingga membuat Renjun terpental Park Jisung jadi bukankah kau pembunuhnya"

Tepat setelah itu Jisung melepaskan cengkramannya dan beranjak berdiri.

"Bukan bukan aku yang membunuh hyung tapi kau" ucap Jisung dengan deru nafas yang mulai tak terkontrol.

"Aku bisa saja melaporkan mu ke kantor polisi  dan kau akan hidup di balik jeruji besi seumur hidupmu Park Jisung" ucapnya sambil berdiri dan menghampiri Jisung dengan  sebuah seringaian mengerikan.

"Tidak tidak kumohon jangan lakukan itu aku akan melakukan semua yang kau minta tapi jangan lakukan itu kumohon" ucap Jisung sembari mendekati sahabat nya itu.

"Tentu saja kau hanya melakukan satu hal ini dan aku akan melepaskan mu" ucapnya dengan menatap tajam pelan Jisung.

"Bunuh Aunty Irene dan kau akan bebas kali ini"  

deg

Jisung terdiam setelah mendengar kalimat itu keluar dari mulut sahabatnya, 

"Kau tak perlu berfikir terlalu banyak karna masa depan mu ada di tanganku Park Jisung"

"Ini yang terakhir"

tepat setelahnya Jisung mengatkan itu ia langsung  meninggalkan pria itu sendirian disana.

Jisung benar-benar menuruti permintaan orang itu untuk membunuh Irene. Malam itu juga Jisung segera menghampiri sebuah Rumah sakit yang ia gunakan untuk merawat ibu dari seorang Huang Renjun. Dengan langkah cepat Jisung mulai menyusuri sebuah koridor Rumah sakit menghampiri sebuah ruangan terpencil di salah satu Rumah sakit.

Langkahnya tiba-tiba mematung di depan ruangan yang berisikan Irene di dalamnya. Kaki nya terlihat gemetar tak mampu menahan rasa sesak dalam batinnya. Memorinya bersama Renjun sejak kecil berputar begitu saja dalam pikirannya.

"Hiks hyung maafkan aku" lirihnya dengan perlahan dan beranjak kembali memasuki kamar itu.

Deg

kosong

Jisung menatap ruangan itu tak percaya, ranjang yang harusnya di tempati oleh Irene kini tak berpenghuni sedikitpun.

"Dia benar-benar akan membunuhku jika tau tentang ini"

[ √ ] EVANESCENT ¦ AMERTA S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang