19

1.6K 372 36
                                    

Ting Tong

Sebuah suara deringan bel rumah menggema di seluruh ruangan, seorang wanita yang tengah sibuk menyiapkan makan malam kini sibuk melepas celemek yang menutupi sebagian pakaian gadis itu. Dengan segera Nara lalu membuka kan pintu yang masih tertutup rapat karna ia yakin bukanlah Renjun ataupun tetangganya yang ada di balik pintu tua tersebut.

"siapa?" Tepat setelah Nara membukakan pintu, tak ada orang satupun yang berdiri disana. Hanya ada sebuah bingkisan cantik di depan sana dengan sebuah kartu dengan tulisan.

Dari : Huang Renjun

Dengan cepat Nara mengambil bingkisan tersebut dan membawanya masuk ke dalam rumah. Jemarinya dengan lihai membuka bingkisan tersebut yang nyatanya terdapat sebuah kue cantik di dalamnya.

"Untuk apa ia membelikan kue padahal ia akan pulang sebentar lagi" batinnya pelan.

Nara menyendokkan kue itu dan memakannya dengan perlahan, tak ada sedikit pun kecurigaan yang terbesit dalam benaknya mengenai kue itu.

Ting Tong

Bel rumah kembali terdengar membuat Nara kembali meletakkan sendok nya dan segera menghampiri pintu.

Kriett

Deg

Nara tertegun ketika ia melihat sekrang gadis yang berdiri di depan pintunya dengan tatapan sulit diartikan.

"Sia?  Masuklah" ucap Nara yang segera mempersilahkan gadis itu untuk masuk.

Terbesit rasa takut ketika ia bertemu sengan Sia, Nara sangat tau ketika Sia dan Renjun saling menyukai dulunya.Tapi bukankah gadis itu yang menolak Renjun secara terang-terangan.
'Jauhi Renjun'

Sebuah kertas terpampang jelas di hadapan Nara membuatnya terdiam beberapa saat. Rasa takutnya terjawab dengan kertas yang Sia perlihatkan padanya.
Nara tersenyum lembut.

"Aku tidak bisa menjauhi calon suami ku sendiri" balas Nara dengan senyuman. Memang benar karna Renjun lah yang mengajak nya menikah dan itu telah di setujui antara dua belah pihak.

"Aku dan Renjun telah memiliki seorang anak dan ini bukan waktunya untuk aku dan Renjun memikirkan kata cinta yang tak berujung, kami telah memutukan dan itu adalah yang terbaik antara aku dan Renjun untuk masa depan ku dan juga Asta" jelas Nara lagi.

'Kumohon, aku dan Renjun saling menyukai'

"Tidak Sia, rasa setiap orang berbeda-beda bahkan bisa berubah kapan saja aku juga memohon padamu kali ini untuk tidak menganggu antara aku dan Renjun karna kami akan menikah dalam waktu dekat Sia, kumohon" manik mata Nara mulai bergetar menampung cairan suci yang dimiliki seorang wanita. Tangannya menangkup memohon pada gadis di depannya untuk menuruti permohonan nya.

Nara memegang kepalanya dengan begitu cepat saat ia merasakan pusing yang begitu hebat mendrra gadis itu.

"Akhh" Nara memekik dengan begitu keras saat Pusing itu semakin menyakit kan dari waktu ke waktu, badannya sontak melemas membuat Sia yang ada di hadapannya panik. Nara mencengkranm ujung meja dengan begitu erat. Rasa sakit yang begitu merajalela menguasai tubuhnya terasa sangat-sangat menyakitkan.

Brakk

Dalam kepanikan Sia yang ia sendiri tak tau harus apa,  ia terjengkit ketika ia melihat Nara yang terjatuh hingga sekitaran bawah perutnya terbentur meja di bawah membuat Nara kembali menjerit kesakitan.

"Aku pul ang" kalimat seorang pria dari arah pintu terbata, penglihatannya panik ketika ia melihat calon istrinya tengah terbaring kesakitan sambil memegangi perutnya.

[ √ ] EVANESCENT ¦ AMERTA S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang