4

10.8K 2.3K 159
                                    

"Papa Papa!" Hyunjin berteriak di seisi rumah ketika ia baru saja sampai ke korea, Suaranya menggelegar menyebut Chanyeol.

"Ngapain kamu teriak-teriak" sebuah suara berat dari tangga membuat Hyunjin segera menoleh dan mendapati sang Ayah yang terlihat santai dengan pakaian tebal yang ia kenakan karna musim dingin yang sedang menghampiri Negara itu kali ini.

"Mama hilang Pah" ucap Hyunjin setelah ia berdiri di depan Chanyeol membuat Chanyeol memutar bola matanya malas.

"Hilang dari mananya paling juga Mama mu cuma ngehamburin uang sama temen-temen sosialitanya" jawab Chanyeol singat dan segera menuruni tangga meninggalkan Hyunjin yang berdiri di belakangnya sekarang.

"Engga Pah Mama hilang, Hyunjin mohon Pah ayo cari Mama" ucap Hyunjin yang menghampiri kembali sang Ayah.

Brak

Chanyeol mendorong Hyunjin kebelakang membuat Hyunjin terdorong kebelakang hingga membentur sebuah meja ruang tamu, cairan berwarna merah mulai menetes dari dahi pria itu. Hyunjin berusaha berdiri dan menghampiri ayahnya lagi tak mempedulikan luka yang baru saja ia dapati. Ia telah kehilangan Renjun dan ia tak mau kehilangan orang yang ia sayang untuk kedua kalinya.

"Pah, Hyunjin mohon mama dalam bahaya sekarang" ucapnya yang mulai menangis dan terus memohon pada sang ayah agar mau mencari keberadaan Irene.

Dengan amarah yang membuncah Chanyeol mencengram erat kerah yang Hyunjin kenakan membuat Hyunjin menunduk takut.

Bugh

"Apa peduliku pada ibumu, sejak awal aku tidak pernah menerimanya di rumah ini dan asal kamu tahu jika ibumu yang telah membuat putra ku menderita" ucap Chanyeol setelah ia memukul wajah Hyunjin menggunakan slah satu tangannya.

"Ya, memang Mama yang salah tapi Mama dia be-"

Bugh

"Berhenti membela ibumu anak bodoh" Chanyeol berucap kembali setelah ia baru saja memukul perut Hyunjin karna membela sang ibu.

Srett Brakk

Rasa sakit menjalar di semua penjuru tubuhnya saat sang ayah menghempaskan tubuhnya begitu saja ke lantai dan meninggalkan nya sendirian disana.

Hyunjin menangis,

"Tunggu kakak Jun, kakak pasti bakal bawa dia dihadapan kamu" Hyunjin berujar dengan sangat lirih, kakinya segera bernjak berdiri untuk segera keluar dari Rumah itu. Rumah yang menyimpan jutaan kenangan pedih dan rahasia yang tersimpan di dalamnya. Menciptakan para tokoh yang menyedihkan dengan penuh derita masing-masing.

"Tugguin kakak sama Mama dan kehidupan kita akan jauh lebih baik"

Hyunjin keluar dengan tertatih menuju sebuah mobil berwarna putih yang telah menungu nya disana. Ia sontak memeluk sang Ayah ketika Yuta masih menatapnya bingung karna putranya yang keluar dengan penuh lebam dan darah.

"Otousan " lirihnya sebelum ia benar-benar ambruk dan menangis di pelukan sang Ayah dengan darah yang terus keluar dari dahi nya.

"Kamu disini dulu, Otousan akan men-"

"Mama, Ayo temuin Mama" ucap Hyunjin pada Yuta yang hendak keluar dari mobil. Ia tak mau kedua Ayahnya bertengkar hanya karna dirinya.

Yuta melepas pelukan putranya lalu menangkup kedua pipi anaknya, matanya yang biasanya tajam kini melembut menatap kedua mata anaknya dalam.

"Tenang, kita pasti bisa selesaiin ini semua demi adik kamu ngerti" ucap Yuta yang memeluk kembali Hyunjin agar dapat menenangkan dirinya sendiri.

"Sekarang kita ke Rumah sakit terlebih dahulu, kita obati luka kamu" ucap Yuta dan segera meminta sopir di depannya untuk segera pergi ke Rumah Sakit untuk mengobati luka-luka yang dialami Hyunjin.

Sedangkan di sisi lain lebih tepatnya di kediaman Seo terlihat ramai karna jam makan malam telah tiba, Ten, Sia, dan juga Yeri kini tengah asik memasak di dapur, sedangkan sang kepala keluarga dan putranya kini tengah berada di teras rumah menikmati angin malam dan seputung rokok disela jari milik pria berkulit Tan itu.

"Berhentilah merokok pelan-pelan itu tidak baik bagi tubuhmu" ucap Johnny pada putranya yang terlihat menikmati hisapan demi hisapan rokok yang masuk ke dalam paru-paru pria itu.

Haechan tersenyum, sorot matanya terfokus pada sebuah tiang listrik di sebrang rumahnya. Jari telunjuknya menunjuk tiang itu dengan perlahan membuat sayng Ayah mengikuti arah pandang putranya.

"Disana"

"Disana terakhir kalinya Haechan liat senyuman dia, senyuman yang ngga akan pernah Haechan lupain seumur hidup Haechan" Pria itu menunduk, jemari nya turun dan kembali mendekatkan jemarinya ke mulut untuk kembali menghisap rokonya kembali.

Haechan membuang kepulan asap itu dengan dalam,

Tes

Haechan sontak mengusap air matanya saat ia merasa sebuah aliran di sisi pipi nya membuatnya segera menunduk dan mematikan ujung api rokok yang ada di sela jarinya.

"Di kursi ini juga Renjun menyatakan pada ku jika dia berhenti untuk berlari"

Dua Tahun Yang Lalu

Haechan yang mengerti segera mengangguk, tangannya meraih sebuah selimut tebal yang tergeletak diatas sofa dan menarik Renjun keluar dari rumah, keduanya kini tengah duduk di teras dengan selimut tebal yang membalut tubuh Renjun.

"Lo udah mulai cape lari?" tanya Haechan yang duduk di pagar teras sedikit jauh dari kursi kayu yang di duduki Renjun.

Renjun terdiam mengerti maksud dari Haechan padanya.

"Gua behenti...."

"Berhenti buat terus milih lari... "

Ucapan Renjun membuat Haechan menatapnya bingung,

Renjun berhenti? Maka mimpinya akan hilang...

Renjun berhenti? Maka ia menyerah....

Renjun berhenti? Maka ada maksud lain yang ingin Renjun lakukan...

Haechan mengadahkan kepalanya menatap langit-langit teras berusaha menampung air matanya agar tidak turun begitu saja.

"Yeobo masuklah makanan siap" Suara Ten menggema hingga luar membuat Johnny segera bangkit.

"Ayo masuk nangisnya lanjut di kamar kamu aja, ayo buruan masuk kita makan malem" ucap Johnny pada Haechan membuat Haechan sontak mengangguk.

Terlihat Sia, Ten, dan Sia telah duduk du kursi masing-masing yang tengah menunggu Haechan dan Johnny untuk duduk. Haechan sontak duduk di tengah-tengah antara adik dan tunangannya sedangkan Johnny segera duduk di samping Ten. 

Johnny segera memulai makan terlebih dahulu karna dirinya yang tertua dan menjabat sebagai kepala keluarga di rumah itu.

"Selamat makan"

Sebuah kursi kosong kembali menemai keluarga Seo, Kursi yang setiap harinya selalu terdapat makanan tanpa ada yang menyentuhnya. Sebuah kursi yang melarang semua orang untuk duduk disana kecuali dirinya. 

[ √ ] EVANESCENT ¦ AMERTA S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang