12

11.2K 2K 164
                                    

Seperti apa yang Yuta katakan kemarin, Siang ini Sungchan Shotaro , Irene, Dan Yuta akan pergi ke Rumah sakit dimana Hyunjin di rawat untuk menjalani prosedur Psikodrama untuk Hyunjin. Bersyukurnya semalam Irene berhasil sadarkan diri dan segera mendapatkan penanganan hingg akhirnya Irene berhasil sembuh meski ia harus menggunakan korsi roda untuk sementara waktu.

Irene memaksa Yuta agar dirinya bisa ikut hadir di terapi Hyunjin. 

"Mama, aku merindukan Mama" Sungtaro yang sejak semalam selalu menempel pada Irene terus mengatakan kata-kata Rindu pada sang ibu hingga sering kali Sungchan menegur sang adik agar menjauh dari sang ibu agar sang ibu bisa beristirahat.

"Taro, berhentilah bersikap seperti itu pada Mama dan biarkan Mama beristirahat" ucap Sungchan ketus pada Sungtaro membuat anak itu berdecak sebal.

"Bilang saja Ni-chan iri padaku" balas Shotaro pada kakak nya membuat Sungchan hanya memutar bola matanya malas.

Tak lama setelah nya akhirnya mereka sampai di Rumah sakit yang cukup besar dimana Hyunjin berada di dalamnya, Yuta sontak memimpin jalan mereka dengan ia yang mendorong Irene dengan begitu hati-hati. Mereka sontak memasuki sebuah Ruangan yang tak besar dengan sebuah jendela tembus pandang yang angat besar memenuhi dinding. Di balik kaca itu terdapat banyak Dokter yang telah duduk berjejer dengan sebuah buku di tangan mereka masing-masing dan di depan mereka juga terdapat seorang dokter dan Hyunjin yang telah duduk berhadapan.

"Apa dari pihak keluarga telah siap?" tanya seorang Dokter pada Yuta. 

"Siap silahkan dimulai" ucap Yuta setelah mendapat sebuah isyarat anggukan dari Irene. Sang Dokter lalu mengangguk dan memberikan intrupsi pada Dokter lain jika terapi kali inisiap untuk dimulai.

Hening

"Nakamoto Hyunjin disini aku akan berperan sebagai Mama mu dan anggota keluarga mu yang lain mengerti?" ucap Dokter Kim pada Hyunjin membuat Hyujin mengangguk mengerti setelahnya.

"Hyunjin, bukankah aku memintamu untuk fokus pada pelajaran kuliah mu?"

"Berhentilah merengek padaku dengan hal-hal yang sepele, apa kau pikir aku tidak sibuk bekerja?" ucap Sang Dokter kim yang memang telah memegang kendali akan semua proses yang berjalan.

"Kau bahkan tak memiliki bakat yang bisa kau perlihatkan pada teman-teman kerja ku lalu untuk apa kau selalu begitu kau sudah dewasa kan, lebih baik aku mengurus Renjun yang kau tau sedang dalam masa sulitkan"

"Sungguh merepotkan, apa kau tak sadar jika kau sangat merepotkan yang selalu keluar masuk negara orang tanpa pernah berfikir biaya yang keluarkan" sang Dokter Terus menerus menyerukan kalimat yang sangat begitu sensitif bagi Hyunjin.

"Dan lagi, untuk apa kau berfikir hingga berhalusinasi tentang Renjun padahal kau sendiri yang menyakiti anak itu bukankah itu terlihat memalukan?"

Hyunjin hanya diam menatap sang Dokter yang entah sejak kapan penglihatannya berubah menjadi Irene yang duduk disana sambil mengatakan kalimat-kalimat itu.

"Apa Mama pernah berfikir tentang ku sedikit saja?" tanya Hyunjin pada sang Dokter yang ia lihat telah berubah menjadi Irene.

"Aku juga anakmu, aku putra kandungmu tapi kenapa kau lebih memikirkan Sungchan, Shotaro , dan Renjun yang hanya sebagai anak sambungmu Ma aku iri pada mereka!" Hyunjin berucap dengan nada bergetar menahan tangis yangsiap pecah kapan saja. 

"Mama tau kenapa aku hobi pergi kesana kemari ke luar negeri? karna aku bingung mencari tempat yang bisa kuanggap sebagai Rumah, Ketika aku di Jepang aku sangat iri pada Sungchan dan Shotaro yang selalu bisa dekat dengan Otousan sedangkan ketika aku berada bersama Mama aku dibuat iri dengan perlakuan mu setiap malam antara aku dan Renjun apa mama berfikir aku tidak tahu ketika Mama selalu hadir di setiap olimpiade Renjun, selalu mengecup dahi anak itu saat ia tertidur pulas, saking Mama memikirkan anak itu Mama sampai tidak ada di acara wisuda ku, apa aku sebodoh itu hingga Mama tidak mau hadir? Apa karna tidak sepintar Renjun iya ma?" Hyunjin terus berucap tanpa kendali pada Dokter yang ia lihat sebagai Irene tanpa ia sadari jika Irene menyaksikan hal itu di balik ruangan yang ada disana.

"Aku juga mau ma, aku juga mau kasih sayangmu untuk Renjun sama untukku bahkan aku mau di pukul seperti Renjun dan bersedia mendapati musuh agar kau menyayangiku sama seperti Renjun Ma!"

"Kumohon" Hyunjin menunduk, tangis nya telah pecak sembari menyebutkan kata memohon agar sang Ibu juga meyayangi dirinya seperti yang lain.

"Ni-chan apa kau baik-baik saja?"

Hyunjin mendongkak, 

Si kembar.

Hyunjin mendapati si kembar yang telah berdiri di hadapannya dengan tatapan khawatir, karna emosi yang telah membuncah itu mengakibatkan amarahnya pada si kembar ikut meluap.

"Shotaro ? Sungchan?" panggil Hyunjin yang menatap sang Dokter tajam, kini penglihatannya kembali berubah karna ilusi. Di ruangan tersembunyi itu Sungchan dan Shotaro berperasaan takut ketika sang kakak akan memulai membicarakan mereka. Mereka takut jika kakak yang selama ini mereka berdua anggap sebagai kakak kandung mereka ternyata menaruh benci pada mereka.

"Ni-chan" Shotaro berucap dengan begitu lirih membuat Sungchan sontak menepuk punggung sang adik agar tenang.

"Apa kalian baru saja bertanya jika aku baik-baik saja?" tanya Hyunjin membuat tawa Hyunjin meledak begitu saja membuat para dokter yang hadir disana bersiap memberikan obat penenang untuk anak itu.

"Semua permasalahan ini tercipta karna Ibu kalian kau tau itu!" Nada Hyunjin begitu tinggi dengan suara membentak membuat sang adik menatap tak percaya pada kakaknya yang berbicara dengan begitu lantang di luar sana.

"Jika Ibumu tak berselingkuh dengan Otousan maka Mama tak akan bercerai dengan Otousan dan aku tidak akan pernah mengenal Renjun, aku tidak akan pernah menyakiti anak itu dan mungkin saja kehidupanku tak akan semengerikan ini" Hyunjin begitu histeris menjelaskan semua emosinya.

"Ibu mu adalah awal kehancuran hidupku bodoh!"

Bugh

Tepat setelah mengatakan itu Hyunjin memukul sang dokter dengan begitu keras membuat suasana yang tadinya menegang berubah menjadi ricuh.

 Sang dokter yang siap dengan obat penenang segera menyuntikkan cairan itu ke dalam tubuh Hyunjin membuat anak itu perlahan demi perlahan melemas.

Irene, Yuta, Sungchan, dan Shotaro yang sejak awal melihat itu masih terdiam dengan pikiran masing-masing bahkan Irene yang masih menangis sejak awal karna kalimat yang Hyunjin lontarkan.

"Ni-chan, apa berarti keberadaan kita adalah takdir pahit untuk Ni-chan?" Shotaro yang berucap seperti itu membuat Yuta yang merasa bersalah segera memeluk anak terakhirnya erat.

"Keberadaan mu tidak salah, ini semua murni kesalah Otousan jadi jangan salahkan diri kalian mengerti" ucap Yuta yang terus menenangkan  Shotaro dengan begitu pelan.

Seorang pria dengan pakaian Dokter membantu Hyunjin untuk kembali ke ruangan dengan sebuah brankar yang telah tersedia sejak awal.

"Hyung, aku baik-baik saja jadi jangan merasa bersalah"

[ √ ] EVANESCENT ¦ AMERTA S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang