2

13.5K 2.5K 1.9K
                                    

"Na Jaemin, apa-apaan dengan absen les kamu" JI -hyun berteriak dengan kasar pada Jaemin yang duduk di hadapannya dengan menunduk.

"Maaf ma"

"Mama bayar mahal untuk les kamu supaya nilai kamu naik tapi kamu malah astaga Na Jaemin" Ji - hyun mendesah kasar di akhir kalimatnya saat batinnya telah lelah untuk menghadapi putranya.

"Coba saja Renjun masih ada aku sudah pasti memintanya mengajari otakmu yang pas-pasan itu Na- Na" Ji - hyun berujar dengan lemah sembari meninggalkan putranya yang masih menunduk di sofa ruang kerjanya.

Jaemin mendongak ketika sang ibu telah meninggalkanya di ruangan itu sendirian, bibirnya terukir sebuah senyuman lembut seperti biasanya.

"Ini juga demi Jaemin sendiri kok ma"

Tak terlihat sedikitpun rasa sesak pada ekspresi anak bermarga Na itu saat ibunya baru saja menyinggung mengenai otaknya yang memang tidak sepintar Renjun dalam bidang akademisnya. Dimasa saat Renjun masih ada Na Jaemin hampir setiap hari pergi bersama Renjun agar Renjun membantunya untuk menjelaskan materi materi yang tak ia mengerti di sekolah hingga membuat nilai-nilainya sedikit lebih baik.

Jaemin mulai beranjak berdiri meninggalkan ruangan itu dan segera menyambar salah satu kunci mobil yang berderet rapi dan hanya meninggalkan 2 celah kosong yang tak terisi kunci. Jaemin memasuki sebuah mobil berwarna hitam dan segera melaju untuk pergi mengunjungi teman-temannya yang telah berkumpul di sebuah tempat untuk membicarakan seputar kematian Renjun.

Mobil nya terhenti di depan sebuah cafe dengan nuansa hitam di luarnya.  " Cafe Namsan " tempat dimana Renjun dulu menghabiskan sebagian waktunya di tempat itu untuk bekerja kini di gunakan mereka untuk berkumpul membahas masalah yang tak berujung di dalamnya.

Terlihat Haechan, Jeno, Jisung, dan Chenle telah duduk dan sibuk sendiri dengan ponsel masing masing membuat Jaemin menghembuskan nafasnya kasar.

"Ngobrol, jangan main hp sendiri-sendiri" ucap Jaemin saat ia segera duduk di samping Jeno dengan bangku kosong yang telah siap disana.

Keempatnya lalu meletakkan ponselnya satu persatu dan menatap satu sama lain.

"Udah ada kabar dari polisi?" tanya Jisung untuk membuka obrolan diantara mereka. Jeno menggeleng pelan,

"Polisi masih belum nemuin petunjuk apapun karna gada sidik jari apapun kecuali darah milik Renjun , bahkan plat nomor mobil itu udah di palsukan dan satu lagi sopir yang ngendarain itu udah kabur ga tau kemana logika nya gini gada satupun petunjuk yang tersisa di mobil itu yang udah jelas kalo kecelakaan ini di sengaja sama orang yang benci sama tu anak" jelas Jeno panjang lebar karna dirinya yang mengeluarkan banyak uang untuk mencari informasi dari kepolisian.

"Kalo lu Chen? Gimana sama cctv jalanan udah ketemu siapa yang hapus?" tanya Jeno pada Chenle yang bertugas mencari siapa  yang bertugas memegang cctv jalanan.

"Ada lima penjaga satpam yang udah gua pastiin tapi penjaga itu udah resign tepat hari itu juga dan itu terjadi di malam yang sama setelah kecelakaan, dan kabar baiknya gua nemu identitas salah satu dari mereka berlima untuk kedua kalinya" ucap Chenle yang mengeluarkan sebuah amplop coklat dari kantong celananya. Dan meletakkanya diatas meja.

Jeno menatap tajam amplop itu gelisah, dengan perlahan ia mencoba meraih amplop yang dikeluarkan Chenle.

Srett

Haechan mengambil amplop coklat yang hampir dirampas oleh oknum bernama Lee Jeno itu.

"Untuk saat ini, lo rahasia in ini sendirian inget kejadian sebelum nya kan" ucap Haechan yang segera mengembalikan amplop coklat itu kepada Chenle.

[ √ ] EVANESCENT ¦ AMERTA S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang