12: si pecinta luka

209 45 27
                                    

🔸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🔸

Pagi ini Arkan sudah standby di depan rumah Naya sejak pagi buta, sengaja. Laki-laki itu tak akan menyerah untuk meluluhkan hati Naya. Paling tidak, sampai gadis itu tidak kasar dan mau menganggapnya teman.

Maaf ya ma, Arkan bohong dulu. Ada hati yang sedang di perjuangkan!

Cukup lama, Kira-kira ada lah setengah jam Arkan berdiri di depan dung Naya seperti odang yang minta sumbangan. Bukannya Arkan tidak mau menghubungi perempuan itu, hanya saja dia ingin membuat kejutan.

Uh, Arkan sampai hafal logat marah Naya seperti apa.

Jauh-jauh lo.“

Lo mau mati ya?!“

“Mau gue buat Lo mimisan?!“

“Lo bukan temen gue.“

Bugh!

Yang terakhir itu, damagenya bukan main. Habis marah terbitlah tinjuan maut.

Tak lama kemudian, Arkan mendengar suara pagar terbuka. Sontak laki-laki itu langsung merapikan seragam dan tatanan rambut nya agar terlihat wow di mata Naya.

Good Morning!“ perempuan itu nyaris terjungkal saat Arkan tiba-tiba muncul di balik pagar.

“Woi! Lo mau mati ya?!“ dengan cepat Naya menarik kerah laki-laki itu dengan mata menyala.

Arkan cengengesan, iya kan? Pasti marahnya selalu mengancam ingin membunuhnya. Kayak berani jadi pembunuh saja deh. “Gak jadi kayak babi hutan deh, Naya cantik banget kayak Elsa Frozen kalo marah.“ Naya mendesis pelan sebelum akhirnya melepaskan cengkramannya.

“Ngapain lo di sini?“

“Mau nebeng.“ Bian membulatkan mata, nebeng? Dia gila atau apa? Bukankah Arkan punya jemputan? Biasanya juga di antar mama, dia kan anak Mama.

“Lo gila?“ Arkan mengangguk. “Gila karena hari ini lo cantik banget. Pake pelet apa sih?“ Naya berdecih pelan.

“Basi.“

Arkan menggaruk tengkuknya yang gatal kemudian memeluk lengan Naya tanpa persetujuan. “Gue nebeng ya? Kalo lo gak kasih gue tebengan, gue bakal nempel-nempel terus sama lo.” Naya meronta, berusaha menyingkirkan laki-laki yang memeluknya seperti ulat. Membuat perempuan itu risih bukan main.

“Lepas! Lo gila ya? Cepetan lepas!“ Naya memekik, namun semakin ia  berusaha untuk melepaskannya maka semakin kuat pula genggamannya.

“Bonceng gue biar gue lepasin lo.“ mendesah kasar, Naya tak punya pilihan selain mengiyakan kemauan laki-laki gila tersebut.

Lihat saja, Naya akan membuat Arkan menyesal pernah di boncengnya. Ya, kurang lebih harus siap mental saat di bonceng nanti.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang