24• Naya is superhero

90 19 3
                                    

Dua hari lagi, Axel akan kembali ke Berlin. Karena urusannya sudah hampir selesai. Tapi, laki-laki itu masih merasa belum bisa pergi ke Berlin dengan tenang usai mengetahui beberapa hal buruk pernah menimpa sahabat baiknya.

Dia bahkan jadi ingin menetap di Bandung lagi kalau bisa. Tapi, rasanya mustahil. Sebelum ia menetap, pasti ajudan ayahnya akan menyeretnya ke bandara untuk kembali.

Maka dari itu, karena ia tidak bisa terus menerus di sisi Naya, Axel akan menghabiskan dua hari terakhirnya bersama Naya.

Ting nong!

Ting nong!

Ting nong!

Selang beberapa detik kemudian, pemiliknya membuka.

Tapi begitu tahu wajah si tamu, pemiliknya segera menutup pintu rumahnya kembali.

”Nay, dua hari lagi gue balik ke Berlin. Lo gak mau salah perpisahan dulu gitu?” Naya membuka pintunya kembali.

”Hati-hati di pesawat. Bye.” Naya kembali menutup pintunya, namun dengan cepat Axel menjorok kan kakinya.

Axel lalu membuka lebar pintu Naya dan masuk ke dalam. ” Kalo ada tamu tuh, di sambut dengan ramah dan baik kek.” Naya melipat tangannya di atas dada, dia memperhatikan Axel yang tak mau diam karena mengelilingi rumahnya.

”Ternyata masih sama, belom ada yang berubah,” Katanya sembari berjalan ke arah dapur.

Axel kemudian pergi menghampiri kulkas dan membukanya. Tara! Kulkasnya kosong melompong, hanya ada air botol saja di dalam.

”Kulkas lo selalu kosong, emang selama ini lo makan apa?” tanya Axel yang mengambil satu botol air mineral dari dalam kulkas, laki-laki itu meneguknya sejenak.

”Makan yang bisa di makan.” Axel mendengus.

”Kalo gitu, kita harus belanja.” Axel lantas menyambar tangan Naya dan pergi untuk belanja.

Aneh ya, giliran sama Axel, Naya itu nurut tanpa komplain sepatah kata pun, tapi bila sama Arkan, dia secara terang-terangan akan menghajar Arkan bahkan bisa sampai mimisan.

dasar Naya.

🔸🔸🔸

Sedari tadi, Naya hanya pasrah mengekori Axel yang mendorong troli belanjaan. Bahkan setiap beberapa bahan makanan yang Naya anggap tidak penting, asal di masukkan saja oleh Axel.

”Xel, lo belanja sebanyak ini di saat uang gue lagi pas-pasan,” celetuk Naya yang mengembalikan beberapa makanan yang tak penting seperti camilan.

”Udah, jangan bawel. Lagian ini kenang-kenangan dari gue. Gue gak mau tau ya, badan lo gak boleh kekurusan karena itu jelek. Kalo semisal laper, ya makan dong. Bukannya di tahan dan ganti minum air, itu mah bukan bikin kenyang tapi bikin kembung,” celoteh Axel seperti ibu-ibu yang sedang mengomeli anaknya yang memutuskan untuk ngekos di luar kota.

”Oh iya, Nay. Lo butuh pembalut——” Naya melenggang pergi meninggalkan Axel.

”Nay, mending beli sekalian. Mumpung lagi banyak diskon nih, punya lo yang bersayap apa enggak?” Naya kemudian kembali untuk membekap mulut Axel. Perempuan itu segera membawa Axel pergi dari rak bagian pembalut.

Sialan memang si Axel. Dia benar-benar membuat Naya menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana.

Kanaya akhirnya menarik laki-laki itu menjauh dari etalase pembalut.

”Lo aneh deh, mumpung kita udah di sini. Kenapa gak sekalian beli aja?” tanya Axel dan Naya hanya bisa mendenguskan napas kasar.

”Xel, gue harus ke toilet, mendadak kebelet.” Axel mengangguk dan perempuan itu melenggang pergi meninggalkannya.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang