17• Lupa

216 45 5
                                    

Usai kejadian sore tadi, Naya memutuskan untuk menutup toko lebih awal dan mengantar Arkan pulang. Setibanya disana pun, Arkan masih menyusahkan Naya. Laki-laki itu merengek tak membiarkan Naya pulang. Katanya, dia butuh teman dan kesepian di rumah karena mamanya sedang ada urusan bisnis di luar kota.

Dan ya, akhirnya Naya pasrah. Perempuan itu merasa kasihan. Mengingat kondisi Arkan sedang tidak baik.

Dan karena kondisinya yang sedang tidak baik, Arkan menggunakan kesempatan emas ini. Laki-laki itu sengaja mengeluh kesakitan agar menarik perhatian Naya.

”Naya, gue butuh tangan lo.” sembari berbaring di sofa, Arkan mengulurkan tangannya. Berharap Naya memberikan tangannya, ya kalau sampai di tolak, Arkan akan merengek seperti bayi atau mengeluh sakit saja.

”Buat apa?”

”Ngisi daya, gue masih lemes banget.”

”Tapi gue bukan listrik——” Naya tercekat ketika Arkan menarik tangannya cukup kencang sehingga tubuhnya jatuh menimpa Arkan di bawahnya.

Tubuh Naya stagnan begitupun Arkan, namun laki-laki itu tak ingin terlihat kaku. Padahal ya, jantungnya seperti mau meledak, perutnya juga geli, rasanya tuh menyenangkan sekali menggoda Naya.

Pokoknya Naya = Happy mood.

Sayang ...” lamunan Naya buyar, perempuan itu reflek menyentil dahi Arkan dengan kencang. Tak!

”Lo selamet karena lo lagi gak enak badan, coba kalo sehat. Udah gue hajar lo sampe mimisan!” pekik Naya segera bangkit dari tubuhnya, membuat Arkan tertawa terpingkal-pingkal.

Duh Naya, baru begitu saja pipinya sudah merah seperti pantat bayi. Bagaimana kalau di lamar di depan orang banyak? Pasti jadi manusia batu dia. Haha

Galak banget, untung sayang.” Naya terkekeh geli, perempuan itu kemudian duduk di bawah.

Naya mengulurkan tangannya. ”Batas waktunya sampai lo tidur, habis itu gue mau pulang.” Arkan tersenyum riang, dengan cepat dia menggenggam tangan Naya dan menempelkannya di dada.

Naya tertegun saat Arkan meletakan tangannya di atas dada, entah di sengaja atau tidak, tapi Naya bisa merasakan detak jantung laki-laki itu. Berdegup dengan cepat.

Namun Naya berusaha untuk bersikap biasa-biasa saja, ia tidak mau menunjukkan rasa gugupnya di hadapan Arkan atau laki-laki itu akan salah kira.

Lebih baik diam saja, sampai dia tidur. Itu jauh lebih baik.

Tak memakan waktu, rupanya Arkan cepat terlelap. Mengetahui hal itu, Naya berusaha untuk menarik tangannya secara pelan agar laki-laki itu tidak bangun.

”Kenapa lagi tidur tenaganya malah kuat banget?” gumam Nayabyang kesulitan menarik tangannya. Arkan justru menggenggamnya erat, seolah tangan keduanya itu di beri perekat sehingga Naya kesulitan.

”Woi, Arkan ... kalo lo cuma pura-pura tidur di hadapan gue biar bisa pegangan, habis lo!” bisik Naya.

Tak lama kemudian ponselnya berdering, terdapat sebuah panggilan masuk.

'Om Tara'

”Halo?”

Kamu ada di rumah?”

”Enggak om, Naya masih di rumah temen Naya yang mau sekarat”

Kok bisa?”

”Dia habis di kejar-kejar anjing, oh ya, kenapa om nelpon?”

”Om pengen tau kondisi kamu. Kamu udah baik-baik saja? jangan terlalu porsir badan kamu buat kerja. Kasian, kamu baru aja sembuh”

”Jangan khawatir, om”

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang