21• Menghapus masa lalu

52 19 1
                                    

Beberapa hari setelah kejadian, Naya memilih untuk mengurung dirinya di rumah. Dia bahkan mengunci rumahnya agar tidak ada seorang pun yang dapat masuk, rumahnya pun selama beberapa selalu gelap seperti tak berpenghuni. Dan hal itu membuat Arkan dan juga Pak Tara kian khawatir.

Pernah sekali, Arkan coba membobol masuk rumah Naya untuk memastikan kondisinya baik-baik saja, tapi tahu apa yang terjadi? Naya justru menghajar Arkan habis-habisan dan mengusir laki-laki itu dari rumahnya.

Naya bersikeras kalau dia baik-baik saja dan memang ingin sendirian untuk beberapa waktu ke depan.

Belum usai masalah video ganti bajunya yang di unggah Elang, kini penderitaannya jadi bertambah karena ia melihat Elang bunuh diri di hadapannya. Suara nyaring pelatuk yang menebak kepala Elang terdengar sangat jelas di telinga Naya. Dan suara itu membuatnya terngiang-ngiang. Bahkan kepalanya nyaris pecah mengingat kejadian di pemakaman.

Suara pelatuk pistol di tambah darah bercucuran yang keluar dari kepala Elang membuat Naya nyaris gila.

Naya menatap dirinya di pantulan cermin kamar mandi, sangat berantakan dan pucat. Rambutnya yang acak-acakan, kantung mata yang menghitam serta bibir kering yang pecah-pecah membuat penampilan Naya persis seperti seorang sandera.

Perempuan itu diam beberapa detik di depan cermin, memandangi dirinya yang sudah sangat kacau, matanya kembali menitihkan air mata untuk kesekian kalinya. Entah sudah tangisan ke berapa ini, tapi yang pasti, Naya tidak pernah merasa seburuk ini sebelumnya.

”Bego! Lo emang bego, Nay! Tolol! Kenapa gak mati aja sih?!” Naya yang sedang memaki dirinya di depan cermin, seolah mendapat bisikan untuk melakukannya.

Maka tanpa pikir panjang, Naya langsung memukulkan tangannya.

PRANG!

Kaca di hadapannya pecah dalam sekali tonjok. Bahkan Naya tidak merasa sakit sama sekali saat darah bercucuran dari tangannya. Yang ada perempuan itu makin menggila.

”ARGH!” Naya mengacak-acak rambutnya frustasi, dia ambruk ke lantai. Memukuli dirinya serta menjambak rambutnya dengan kasar.

Sesekali dia menjerit frustasi saat bayang-bayang Elang terngiang di kepalanya, membuat Naya merasa tidak tenang.

Naya lalu memukuli kepalanya dengan kencang, sesekali dia membenturkannya ke dinding dan berharap jika semua ingatan pahit yang bersarang di kepalanya cepat menghilang.

Selang beberapa menit kemudian, Naya menjerit dengan sangat kencang. Dia mengerang kesakitan pada bagian kepalanya. Rasanya seperti mau pecah.

”E-enggak Lang, lo gak boleh mati. H-harusnya gue yang lo tembak, argh!” detik selanjutnya, perempuan itu ambruk tak sadarkan diri di kamar mandi.


🔸🔸🔸



”Keadaan Naya sudah  baik-baik saja, dia kekurangan cairan dan tampak stres atas kejadian yang menimpanya. Hal itu menimbulkan trauma baginya, jadi saya sarankan untuk tidak membiarkan pasien sendiri,” Jelas seorang dokter wanita yang selesai memeriksa keadaan Naya.

”Apa ini berjangka panjang dok? Apa Naya bakal kayak gini? Saya bener-bener gak tega liat kondisinya, baru tiga hari aja udah kayak gini,” ungkap Arkan yang tampak khawatir melihat keadaan Naya.

”Seperti yang saya bilang, jangan biarkan Naya sendiri. Terus dampingi pasien sampai psikis nya berangsur membaik.” Arkan mengangguk

”Kalau gitu, saya permisi. Jika ada apa-apa segera panggil saya.” Arkan kembali mengangguk.

Dokter perempuan itu segera pergi meninggalkan Arkan sendiri di ruangan.

Arkan lalu duduk, menunggu sampai Naya sadar. Ternyata benar saja kekhawatirannya. Meninggalkan Naya sendiri sama saja membiarkan Naya membunuh dirinya. 

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang