22• Dia kembali

44 18 1
                                    

Pak Tara bilang, Naya di keluarkan dari sekolah karena sudah tiga kali berturut masuk ruang BK dengan kasus yang sama. Yaitu, berkelahi hingga membuat lawannya bolak-balik masuk rumah sakit. Dan di karenakan, Naya sudah di tengah semester kelas 12, kemungkinan beberapa sekolah akan menolak untuk menerima Naya sebagai murid baru. Oleh karena itu jalan keluarnya adalah home schooling selama beberapa bulan ke depan.

Meksipun demikian, Naya masih tak menyangka kalau dia bisa senakal itu. Bahkan ia tak mengingat setiap kejadian saat ia masuk ruang BK. Mendadak semuanya terlupakan dari ingatannya.

Setelah mendapatkan izin untuk pulang, akhirnya Naya segera pulang di antar Pak Tara. Sementara, Arkan, laki-laki di beri tugas pak Tara untuk membersihkan rumah Naya dan membuang semua benda yang bisa membuat Naya ingat terhadap lukanya. Arkan bahkan mereset ponsel Naya, supaya perempuan itu tidak dapat melihat pesan-pesan lamanya.

Setibanya di rumah, Naya di sambut dengan meriah oleh Arkan. Bahkan saat perempuan itu membuka pintu duluan, Arkan menyemburkan party popper yang menyebabkan Naya dan Pak Tara reflek memejamkan mata serta mengelus dadanya karena terkejut.

”Welcome back home, Naya!” Naya masih mengelus dada. Perempuan itu sedikit kebingungan, kenapa ada Arkan di rumahnya, dan bagaimana dia bisa masuk?

”Lo ngapain di rumah gue? Kok Lo bisa masuk? Kunci rumah gue kan cuma satu.” Arkan stagnan, laki-laki itu langsung menatap pak Tara sambil memberi isyarat untuk segera membantunya. Mendadak Arkan kehilangan kata-kata untuk membuat alasan.

”Pak Tara, jangan diem aja pak,” celetuk Arkan.

”Gini Nay, Om sengaja suruh Arkan beresin rumah kamu. Kamu tahu? Beberapa hari yang lalu rumah kamu itu kerampokan, dan mereka acak-acak rumah kamu.” Naya mengerutkan dahinya. Pagi tadi Arkan bilang kalau Naya habis kerampokan, dan sekarang, Pak Tara bilang, kalau rumahnya kerampk juga. Ini rampoknya orang sama atau gimana? Kok bisa tiba-tiba Naya di rampok berturut-turut?

”Beberapa hari yang lalu emangnya aku pergi kemana? Seinget aku, setelah aku pulang kerja, aku selalu di rumah rumah kayak biasa.” Pak Tara tertegun. Dia harus memutar otak lagi untuk membuat alasan yang logis agar Naya dapat percaya.

”Kamu pasti lupa, beberapa hari yang lalu kamu izin sama om untuk nginep di rumah temanmu.” Naya menaikan sebelah alisnya. Teman? Sejak kapan Naya punya teman di sekolah? Seingat Naya, hampir satu penghuni sekolah membencinya dan suka membicarakan dari belakang. Penyebabnya karena masalah sepele, katanya Naya terlalu arogan dan sedikit liat karena hobi mengendarai motor sport.

”Om yang lupa kayaknya, dari awal masuk SMA Pelita Bangsa, aku memutuskan untuk gak berteman dengan siapapun kecuali Axel. Itupun dari sekolah yang berbeda.” Pak Tara semakin di buat tak bisa berkata-kata. Bagaimana sekarang? Meksipun Naya menghilangkan beberapa memori di kepalanya, tapi itu tak mengubah apapun. Dia tetap Naya yang dingin dengan nada bicara yang ketus.

”Kayaknya ini efek pukulan balok dari perampoknya deh, Nay. Makanya lo sampe lupa gitu.” Naya menatap Arkan sejenak. Tapi, perempuan itu tak mau ambil pusing dan memilih untuk membiarkannya saja.

”Udah Nay, lo gak usah banyak mikir. Rumah lo udah gue beresin biar lo bisa istirahat.” Naya mengangguk kecil.

”Oh iya, Nay. Minggu depan kamu udah mulai home schooling. Dan untuk beberapa barang di loker sekolahmu, biar om yang bawa——” belum selesai bicara, namun Arkan sudah memotong ucapan Pak Tara.

”Saya aja, gapapa Pak,” katanya.

”Nah, yaudah. Nanti biar Arkan yang antar barang kamu ya?” Naya melirik Arkan sejenak sebelum akhirnya mengangguk.

🔸🔸🔸

Sebagai gantinya, tim kepolisian yang mengurus kasus Elang, memutuskan untuk memanggil Axel dan beberapa teman Naya yang pernah terlibat dengan Elang setelah mendapatkan surat diagnosa Naya dari rumah sakit.

About UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang