(POV Author)
Ingin rasanya Dimas memukul bantal, meninju dinding, atau apa saja asal bisa terbebas dari sesuatu yang menyiksa lahir batin seperti ini.
Beberapa kali ia menarik napas lalu menghembuskannya pelan dengan segenap perasaan jengkel.
Merasa seperti ada yang meniup-niup belakang lehernya, Ning pun terbangun. Beberapa kali mata bulat gadis itu mengerjab, sebelum akhirnya menyadari keberadaan sebuah tangan kokoh yang melingkari tubuhnya.
Ning tersentak, begitu pula Dimas. Tak mengira Ning yang sudah lelap tadi mendadak terbangun.
'Mungkin dia terbangun karena bisa merasakan ada jiwa yang gelisah sekaligus merasa tersiksa di belakangnya.' Dimas membatin kecut.
"Kenapa, Ning?" suara Dimas terdengar berat di telinga Ning.
Dan Ning baru ingat ia tadi telah tertidur di atas ranjang bersama suaminya. Tangan Dimas yang sedang melingkari perutnya ini membuat perasaan Ning jadi berdebar-debar.
Ditambah lagi deru nafas hangat di belakang lehernya yang berasal dari mulut Dimas. Membuat gadis itu jadi merinding sebadan. Ning tak pernah berada dalam posisi se-intim ini dengan yang namanya lelaki.
***
Rinai hujan di luar kian deras, dengan bunyi airnya yang makin keras pula memukul-mukul atap rumah.
Panji duduk tepekur di teras samping rumah yang terlindungi oleh canopy berbahan polycarbonate.
Sesekali matanya melirik ke atas, di mana kamar Dimas dan Ning tampak dari sini. Tak ada cahaya di sana, dengan gorden yang tertutup. Apa pun aktifitas dua anak manusia di dalam sana, tak kan ada yang dapat melihatnya, meski sudah bisa menebak kemungkinannya.
"Kok masih di sini toh, Le? Kirain sudah tidur." Suara bu Wina, ibunya_yang tiba-tiba muncul, membuat Panji sedikit terkejut.
Bu Wina menepuk pelan pundak putra bungsunya itu sembari tersenyum tipis.
"Mikirin apa?" tanya bu Wina lembut.
"Ndak mikirin apa-apa, Bu. Hanya belum mengantuk saja. Ini baru mau ke kamar, Ibu malah datang," elak Panji.
Seberapa kuat mengelak dan berusaha menutupi, tapi yang namanya feeling seorang ibu, tetaplah bu Wina bisa mengetahui apa yang tengah Panji berusaha sembunyikan darinya.
Perasaan pemuda itu kepada Ning.
Gadis yang selalu ditatapnya penuh cinta, mau tak mau harus diterimanya sebagai kakak ipar. Istri dari saudara laki-laki Panji sendiri.
Sedikit banyak bu Wina menyimpan perasaan bersalah pada Panji. Ibu dari dua orang putra itu tahu, Panji menaruh hati pada Ning dari sejak mereka masih remaja.
Dulu Ning pernah beberapa kali ikut ibunya datang ke rumah. Sekedar untuk bermain-main, juga sekalian membantu ibunya. Ning dan Panji kecil cukup akrab, karena keduanya kerap bermain bersama.
Pembawaan Panji yang supel dan ramah, membuat Ning merasa diterima. Hingga keduanya beranjak remaja, pertemanan yang disisipi perasaan suka oleh Panji untuk Ning terus terjalin.
Berbeda dengan Dimas yang pendiam dan lebih senang menyendiri. Ning kecil selalu takut pada Dimas, bahkan hingga sekarang pun tetap seperti itu.
Dan sejak Panji dikirim sekolah ke luar kota oleh orangtuanya, Ning pun hampir tak pernah datang lagi. Hanya jika ada hajatan dan mereka butuh tenaga tambahan saja baru Ning diajak oleh ibunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEREBUT HATI SUAMIKU [TAMAT]
RomantikaSebuah pernikahan beda kasta yang penuh lika-liku. Sanggupkah Ning meluluhkan hati suaminya, atau ia justru memilih melabuhkan hati pada yang berkenan menerima?