Malam Menegangkan

3.3K 175 5
                                    


(POV Author)


Mendengar hukuman apa yang diberikan Dimas untuknya, membuat Ning menelan ludah beberapa kali.

Dipandangnya wajah Dimas yang tengah menatap lurus ke arahnya. Wajah itu terlihat kaku, tanpa senyum. Membuat Ning yakin bahwa kali ini lelaki itu tak sedang bercanda.

'Memangnya sejak kapan Mas Dimas pernah bercanda?' Ning membatin.

Dimas sendiri merasakan aliran darah dalam tubuhnya mendadak lebih jadi lebih deras, melewati setiap pembuluh darah dalam tubuhnya, disertai jantungnya yang juga memompa keras.

'Sial. Apa yang barusan kukatakan? Tidur dengan Ning?' Dimas membatin sendiri.

Sekarang lelaki itu pun sadar, akan pentingnya untuk tidak mengambil keputusan saat sedang emosi. Seperti yang baru terjadi padanya saat ini.

Perasaan Dimas campur aduk. Antara menyesal sekaligus penasaran. Dan di antara dua rasa yang berkecamuk itu, rasa penasaranlah yang lebih besar menguasainya.

Penasaran membayangkan bagaimana rasanya tidur sambil memeluk tubuh Ning setiap malam. Menyentuh tiap jengkal tubuh gadis itu, serta merasakan hangat tubuh Ning yang luruh dalam dekapannya.

Darahnya kembali berdesir, sesuatu yang menyiksa itu lagi-lagi ia rasakan tiap kali keinginannya bangkit dan menuntut dituntaskan segera.

Dialihkannya wajah agar matanya terjaga dari melihat bibir Ning yang membuka. Bibir itu ... terlalu menggoda untuk dibiarkan begitu saja. Dan Dimas tahu ia tak akan bisa berhenti hanya dengan mencicipi sedikit.

Lelaki itu menyumpahi diri sendiri dalam hati, sembari menyalakan laptop dengan tangannya yang gemetaran.

"Pergilah mandi, Ning. Jangan sampai kasur mahalku itu jadi bau gara-gara kau tak mandi." Dimas berkata tanpa memandang wajah istrinya.

Lelaki itu tak menyadari, betapa pias wajah Ning saat ini. Gadis itu ingin menawar dengan hukuman yang tadi dengan hukuman lain saja, namun tak bernyali.

Akhirnya Dimas menoleh. Menyadari Ning yang masih diam di tempat dan tak segera beranjak pergi.

"Kenapa? Kau mau aku yang memandikanmu, Ning?"

Kedua mata gadis itu membuka makin lebar.

"Ti-tidak, Mas. Bukan begitu. Hanya ...."

"Hanya apa, Ning?" sahut Dimas. Jengkel pada sikap istrinya yang gugupan.

Wajah Ning tiba-tiba memelas.

"Mas, bolehkah kalau hukumannya diganti yang lain saja? Mmh ... maksud Ning, hukuman yang lebih berat pun tak apa."

Ucapan gadis itu membuat Dimas tersenyum kecut.

"Kau takut denganku, Ning?" tanyanya kemudian. Dan anggukan kepala Ning membuat lelaki itu makin berlipat-lipat kejengkelannya.

Ia mendengkus kasar, lalu berkata, "semakin kau takut padaku, semakin aku akan menyiksamu. Mandilah, sebelum aku yang memandikanmu, Ning."

Terasa gemetaran sekujur tubuh Ning, saat ia berbalik dan berjalan menuju kamar mandi untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh suaminya.

***

Sepanjang makan malam, Ning terlihat gelisah. Hal itu tak luput dari perhatian bu Wina, sang ibu mertua.

"Kamu kenapa, Ning? Sakit?" tanya bu Wina dari seberang meja. Ning tersentak, seolah ia baru saja ditarik paksa dari lamunan. Cepat ia menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan mertuanya barusan.

MEREBUT HATI SUAMIKU [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang