HOLLA READERS.
SEBELUM MEMBACA PASTIKAN KALIAN SUDAH FOLLOW AKUN AKU YA, DAN JANGAN LUPA VOTEE.
—HAPPY READING—
"Mama seneng deh, makin hari, kalian semakin dekat. Tidak canggung seperti awal awal kembalinya, Kiara."
Tania, wanita paruh baya itu menatap lekat sosok Rey dan Kiara yang kini bergabung di meja makan, bersama dengan keluarga Alexander lainnya.
"Apalagi Papa, lebih seneng Mah."
"Biasa aja," tukas Rey yang merasa kedua orangtuanya berlebihan. Padahal selama ini keduanya terlihat baik-baik saja di depan orang tuanya.
"Betul tuh, perasaan Reta lihatnya mereka sama aja. Kak Kiara kan emang selalu baik, terus akur juga sama Abang. Walaupun Abang ngeselin, Reta yakin kok kalau sama kak Kiara gak ngeselin." celetuk Reta, adik dari Rey yang masih duduk di bangku sd itu.
"Bisa aja nyinyirnya, cil." cibir Rey terhadap adiknya itu.
"Sudahlah Rey, tidak perlu berdebat di meja makan. Kiara memang harus mendapatkan tempat terbaik disini, dari segi apapun itu." celetuk wanita paruh baya yang sudah memutih rambutnya —Renata ibu dari sosok Devan. "Kamu itu harus bisa menjaga Kiara, membuat Kiara bahagia, pokoknya omah mau kalian itu langgeng. Hanya Kiara yang boleh menjadi menantu di keluarga ini, selain itu gak boleh. Omah gak mau, cucu omah mengikuti jejak ayahnya yang kurang pintar memilih pasangan. Alexander dan Arsenio harus bersatu."
Semua orang di meja makan menghentikan aktivitas makannya, saat mendengar penuturan dari Renata. Terutama sosok Devan yang dirinya mengerti akan perkataan ibunya. Walaupun sudah hampir dua puluh tahun dirinya berumah tangga, ibunya tetap tidak sepenuhnya merestui dirinya dengan pilihan hatinya, Tania.
"Omah, bisa gak jangan bahas hal ini di meja makan." tukas Rey menatap serius sang nenek. "Menurut Rey pilihan Papa itu tepat, Mama yang terbaik disini. Seandainya pun, Papa jadi dengan pilihan omah. Belum tentu ada Rey dan Reta disini. Rey gak terima kalau omah selalu merendahkan Mama!"
"Tepat katamu, dengan didikan mu yang seperti ini terhadap ku, Rey?"
Rey hendak menjawabnya kembali, namun terhenti saat tangannya di gapai oleh seseorang yang kini mengelus pelan tangannya. Lantas dirinya menoleh, rupanya Kiara yang kini mengisyaratkan untuk diam saja.
"Ma, ini bukan waktunya berdebat. Setidaknya jangan buat Kiara tidak nyaman." ujar Devan yang kini nampak menahan kekesalannya terhadap sang ibu. Seandainya tidak ada menantu nya, mungkin sudah beda cerita.
"Reta? Ajak kak Kiara ke kamar kamu ya? Mama, Papa, Abang sama Oma mau ngomong penting disini."
Reta mengangguk pelan, sebelum akhirnya mengajak Kiara ke lantai atas. Walaupun sebenarnya Kiara berat hati meninggalkan meja makan dengan situasi seperti sekarang.
Rey menatap nanar punggung Kiara yang semakin menjauh, sebelum akhirnya menatap lekat kembali kearah neneknya. "Omah kenapa sih, kelihatannya gak suka banget sama Mama dari dulu. Omah gak bisa ya berjalan kedepan tanpa mengingat masalalu? Omah juga gak sadar, kalau tadi Kiara gak nyaman dengan situasi barusan."
"Omah salah apa sih Rey? Omah cuma menyuarakan keinginan terbesar omah."
"Ck, Mama ngomong di situasi yang tidak tepat. Lagi pula Mama gak bisa mengubah keadaan." Tukas Devan penuh amarah.
"Mas, udah, Rey kamu juga ke dalam susul Kiara sana." tutur Tania dengan pelan berusaha menghentikan pertikaian yang ada.
Rey hanya mampu berdecak sebelum akhirnya melenggang pergi kearah atas. Persetan dengan keadaan selanjutnya yang akan terjadi setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
REYNARA [XS-2 NEW VERSION]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART PRIVAT, HARAP FOLLOW SEBELUM MEMBACA] SEQUEL MAYRA XS-01 Rey dan Kiara selalu bertolak belakang. Terpisah selama belasan tahun, tidak membuat keduanya saling mendambakan. Melainkan, keduanya harus saling membenci karena permusuhan dia...