Chapter 1

855 113 6
                                    

01| Sang Malaikat Penjaga

Aku meniup lututku sembari menurunkan sedikit ujung rok. Huh, jika ibu tahu aku bisa terkena masalah. Aku pun berusaha bangkit meskipun rasa nyeri terasa menggigit bagian kulitku yang agak membuka karena goresan tadi. Yah, aku dan dunia memang tidak pernah cocok—sehari aku bisa mendapatkan satu dua lebam, tiga empat memar, bahkan kalau sedang apes, aku bisa mendapatkan luka di sekitar wajah atau leher.

"Jatuh lagi?"

Aku terkesiap kemudian memandang sosok tersebut. Jungkook dari jurusan Tari Kontemporer. Tubuhnya tinggi dan besar jadi tidak sulit mengenalinya meski berada dia baru keluar dari kerumunan. Aku berdiri, menekuk bibirku. "Yah, begitulah."

"Sudah kubilang seharusnya hati-hati."

"Tapi memang tangganya licin, tahu!" Aku terperejat sewaktu Jungkook sudah membungkuk di hadapanku. Uh? "Apa yang kau lakukan, Jung?"

"Ayo naik ke punggungku, kita akan obati di Unit Kesehatan dekat sini."

.

.

Jungkook tersenyum puas menatap mahakaryanya. Memang kalau dipikir-pikir Jungkook ini agak berbakat untuk mengobati. Bukan hanya karena sentuhan tangannya lembut dan cekatan, dia juga punya tiupan magis sehingga aku dapat menahan nyeri sesaat dia meniup bekas lukaku dan memberikan sedikit alkohol di sana. "Nah, cobalah untuk berjalan."

Aku mengangguk gesit, mengangkat tubuhku kemudian berdiri. Meski masih terasa perih, aku nampak senang karena setidaknya luka itu tidak terlihat mencolok layaknya barusan. "Terima kasih, Jung. Kau yang terbaik."

"Tentu. Untung saja aku punya firasat tadi, aku sudah tahu kau ternyata jatuh lagi hari ini."

"Hish, ini jadi sangat umum ya?"

"Kau? Terluka? Yah tapi cobalah untuk tidak melukai dirimu lain kali."

"Aku tidak berusaha melukai diriku! Sudah kubilang tangganya licin!" Ketimbang sakit, aku jusru malu karena menjadi pusat perhatian adik-adik tingkat bawahku. Tidak sebatas itu, aku juga malu karena beberapa orang berkumpul panik sewaktu adegan dramatis itu terjadi. Ngomong-ngomong aku ingin menyalahkan sosok itu; malaikatku. "Dia belum datang juga, kurasa aku memang sendirian."

Jungkook tergelak, singkat. "Apa maksudmu? Dia pasti datang."

Sebelum membahas lebih lanjut mari aku ceritakan sedikit soal dunia kami. Di sini, sewaktu kau menginjak usia 18 tahun akan ada sosok 'magis' yang menemanimu dan menjagamu. Kami menyebutnya mailakat penjaga. Konon setelah perpecahan antara kaum manusia dan kaum yang punya "kelebihan" di atas manusia, seperti Goblin, Gumiho, Vampir, Werewolf, dan sebagainya, manusia pun mempunya hak istimewa untuk didampingi dengan makhluk serupa ibu peri tersebut.

Tidak, jangan bayangkan mereka adalah wanita dengan senyuman simpul. Kebanyakan adalah sosok misterius, kadang bisa menghilang, kadang bisa muncul dan kadang menjadi sangat tertutup. Mereka bisa berubah wujud menjadi manusia tapi kebanyakan punya tampilan yang berbanding terbalik dari kaum manusianya sendiri. Ibaratnya adalah kembaran kami yang berbeda jauh namun masih punya ikatan kuat dengan manusia itu sendiri. Jungkook punya, kakakku punya, ayahku punya dan ibuku punya. Mungkin di benakmu mereka jadi semacam penganggu, tapi menurutku mereka lebih mirip satu polisi yang terus mengawasi dan akan bertindak jika kami dihadapkan dengan mara bahaya. Jika pernikahan sudah cukup romantis untukmu maka 'dipasangkan' dengan malaikat penjaga adalah momen tak kalah sakral. Seperti mendapatkan satu belahan jiwa yang semula terenggut dari dirimu sendiri.

Aku? Belum punya. Aku juga heran kemana sosoknya bahkan apakah dia lupa untuk menjagaku?

"Hah, kalau begini aku bisa-bisa jadi yang 'Tidak Beruntung' dan harus memilih malaikat penjaga yang lain."

Yah, jika satu malaikat penjaga berhasil dengan tugasnya yakni memastikan si manusia sampai di batas umurnya dan menyebrangi Sungai Kematian dengan selamat, maka malaikat itu akan ditempatkan di satu balai khusus dan bisa kembali bekerja jika ada yang menunjuknya. Biasanya mereka dipilih untuk menjadi backup para pejabat penting karena harus ekstra berhadapan dengan banyak bahaya serta ancaman. Aku bukan orang penting, keluargaku sederhana dan aku sadar menujuk malaikat penjaga dengan prosedur itu akan membutuhkan banyak uang bahkan melebihi biaya kuliahku sekarang.

"Sudahlah, kita bersabar saja, oke?" bujuk Jungkook pelan. Dia merangkulku karena katanya lapar sehingga kami mampir di kantin dekat fakultasku kemudian duduk menyantap iga panggang berbumbu pedas.

Jungkook makan dengan lahap, nyaris seperti orang kelaparan. Kadang dia juga bicara dengan siapapun yang berpapasan dengannya karena teman-teman Jungkook memang setenar itu selama di perkuliahan ini.

Aku meraih pisauku dan mengerucutkan bibir. Pikiranku sudah terbang jauh dari tempatku berada. Ke mana sosok itu? Mengapa tidak datang juga?

[]

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang