Vampire's Fever

235 74 4
                                    

VAMPIRE'S FEVER – SPIN OFF

Tidak ada sejarah jelas bagaimana penyakit itu menyebar luas.

Yang pasti, semuanya jadi lemah dan tersiksa. Jika biasanya para vampir terbiasa dengan rasa haus yang mencekik, kali ini, rasa haus itu berkali lipat sama melumpuhkan nurani mereka. Vampir memang tidak punya emosi, namun menyangkut kebutuhan naluriah—darah—maka mereka dapat merasakannya teramat buas.

Jika satu vampir itu terkena penyakit tersebut maka akan ada korban-korban berikutnya yang berjatuhan. Selalu begitu—bagaikan mata rantai tidak terputus. Jika satu vampir sudah terindikasi sebagai carrier dengan tingkat akut maka seluruh keluarganya dapat dipastikan akan mengalami penyakit serupa.

.

.

"Maka dari itu, aku mau mendirikan rumah sakit. Kita dapatkan keduanya; membantu manusia sekaligus membantu vampir dengan penyakit mematikan tersebut. Memang vampir tidak dapat meninggal layaknya manusia tapi untuk seumur hidup, selamanya, sampai keabadian, maka mereka akan terus tersiksa. Bukankah itu lebih menyakitkan daripada kematian itu sendiri?" ujar Direktur Kim yang terkenal sangat lugas. Dari caranya berdiri, pakaian klinis yang dikenakan sampai tutur katanya yang mengalir lembut bagai mata air pegunungan, Direktur Kim menjadi panutan para dokter di sana. "Aku mau membantu, itu saja."

"Dan bagaimana jika para manusia mengetahuinya? Apakah mereka akan setuju?"

"Aku akan mendiskusikan dengan dewan dari Perserikatan. Lagipula, kemungkinan mereka tahu begitu kecil, para pasien kita yang adalah vampir akan berusaha senormal mungkin di sini. Mereka akan tampil dengan wajar dan tidak akan pernah mengincar manusia manapun. Apalagi sampai menyakiti, jadi jangan khawatir," ujarnya. Pria itu mengedarkan pandangan ke arah lain. Dalam aula suasana jadi terpecah. Ada yang tegang, ada yang antusias tapi tidak sedikit yang nampak gelisah di kursi mereka. Berhubungan dengan manusia, berbaur dengan manusia selalu jadi PR besar mereka. Apalagi ini rumah sakit di mana akan ada banyak aktivitas termasuk tranfusi darah yang melibatkan manusia pula. Jelas, ini mengkhawatirkan untuk sebagian besar mereka yang masih tahap "belajar" untuk mengendalikan rasa haus dan tidak menyerang para manusia lemah.

"Dok, apakah kau yakin ini aman? Maksudku, para vampir yang sakit pasti akan lebih buas."

"Aku akan memberikan penyuluhan kemudian menugaskan banyak staf pengaman. Aku jamin pula gedung manusia dan vampir terpisah meskipun masih dalam satu kompleks rumah sakit. Sebagai informasi, pembangunannya hampir rampung, awal tahun depan sudah dipastikan dapat beroperasi dengan banyak tim dokter handal, termasuk kalian."

.

.

Taehyung sudah muak kalau ada yang menyinggung soal ayahnya; Direktur Kim. Bahkan tiap nama itu disebut, akan ada rentetan pujian yang mengekorinya; Pria Cerdas, Pria Handal, Kebanggaan Kami. Jujur, hidup dalam bayang-bayang sang ayah, membuat Taehyung tertekan. Apalagi dengan makin maju dan berkembangnya rumah sakit ayahnya, bahkan mendapatkan banyak perhatian dan prestasi tersendiri. Taehyung? Dia bersyuku tidak menyerang siapapun dengan brutal sejauh ini. Taehyung sadar, kalau duduk berhadapan dengan ayahnya, Taehyung hanya didesak pertanyaan yang sama; apa yang akan kau lakukan, Nak? Apakah kau berniat kembali ke Evigheden dan menebus semua kesalahanmu?

Yah, ayah tidak akan pernah lupa; Taehyung yang pergi dari Evigheden dan menolak mentah-mentah tawaran keluarga kerajaan untuk menjadikan Taehyung menantu mereka. Tidak sebatas itu, Taehyung lebih memilih jalan hidupnya sendiri, berbaur dengan manusia, kadang muncul di rumah sakit, kadang menderita, dna kadang keluyuran ke banyak tempat.

Beban tanggung jawab yang diberikan ayahnya hanya membuat Taehyung stress. Sekarang, dia merasakan itu di sekujur tubuhnya yag kaku ini.

Taehyung membenahi lengan kemejanya, memandang datar dokter yang merupakan satu dari perkumpulan dokter senior di rumah sakit ayahnya. Taehyung mencebik. "Jadi tidak ada perkembangan, kan?"

"Jujur saja, Tuan Muda. Kau yang terlemah, dan aku sangat khawatir kau mungkin akan mengalami yang lebih buruk sampai sepuluh tahun kedepan."

"Tapi kabar baiknya—itu tidak akan membunuhku."

Dia tercekat, nampak terkejut dengan kata-kata tajam dari bibir Taehyung. "Um, ya."

"Katakan kepada ayahku untuk tidak memantauku terus, itu mengangguk. Satu lagi, jangan pedulikan aku kalau aku datang. Berhenti menyambutku dengan banyak orang, dan berhenti membuatku jadi pusat perhatian yang tidak perlu," tukas Taehyung.Dia tercekat, nampak terkejut dengan kata-kata tajam dari bibir Taehyung. "Um, ya."

"Katakan kepada ayahku untuk tidak memantauku terus, itu mengangguk. Satu lagi, jangan pedulikan aku kalau aku datang. Berhenti menyambutku dengan banyak orang, dan berhenti membuatku jadi pusat perhatian yang tidak perlu," tukas Taehyung. Banyak gadis jadi menyingkir setelah tahu dirinya putra Direktur Kim. Ada banyak orang yang berusaha mendekatinya seolah dia adalah tiket agar lebih dekat dengan sang ayah. Taehyung muak. Dia hanya ingn hidup sebagaimana dia inginkan, mengapa sangat mahal?

"Oke—oke.."

Taehyung mengangguk lantas turun dari dipan. "Aku akan menghubungimu kalau perlu," gumamnya seraya mencapai pintu. Taehyung memandang lorong rumah sakit dengan tatapan sendunya, kemudian berjalan pelan. Tidak ada yang mengira bahwa satu keluarganya jadi vampir, dan tidak ada yang mengira bahwa dia bersusahpayah sebagai vampir. Kalau memang dia makin lemah, bukankah bagus? Berarti dia tidak punya cukup kekuatan untuk memikirkan hal seperti manusia dan darah mereka, kan? Itu bagus. Insting memburunya akan mati dan Taehyung akan lebih suka duduk-duduk santai saja sembari menghitung hari sampai hari di mana dia benar-benar dapat memejamkan mata.

"Tuan Muda, mobil Anda sudah siap," kata satu orang asisten barunya. Dia juga vampir dan nampak patuh.

Taehyung mengenakan bagian penutup hoodienya kemudian mengikuti pria berjas tersebut. Manusia terlihat di mana-mana, bahkan berpapasan dnegannya. Taehyung mematikan indra penciumannya, berjalan dengan langkah tegap. Selama ini, tidak pernah ada yang curiga dengannya, tidak pernah ada yang terusik dengannya. Baguslah. Taehyung memandang sekitar, kemudian di depan bangunan besar bercat putih itu, dia pun masuk ke dalam mobil hitam.

"Tuan Muda, apakah ada hal yang kau inginkan?"

Taehyung duduk dengan sikap tubuh kaku kemudian memandang keluar jendela mobilnya. Jalanan tengah padat, dan Taehyung makin mengutuk keberadaan manusia yang terus tersebar di mana-mana. Tanpa takut. Tanpa ragu. Sedangkan dia dan bangsanya harus bersembunyi dan terus membiasakan diri dengan aroma menusuk dari manusia itu. "Kurasa tidak. Aku .. aku tidak tahu."

"Anda sepertinya tengah murung. Apakah pemeriksaannya tidak berjalan lancar?" tanyanya lagi.

"Begitulah, entahlah," jawab Taehyung dengan cepat. "Aku hanya tidak senang tiap datang ke sana." Aku hanya mengingat wajah ayah. Aku benci melihatnya dan mendengarkan banyak orang memujinya bagaikan dia penyelamat, di saat dia adalah satu vampir terkuat pula. What a irony. "Antarkan aku ke penthouse saja, mulai sekarang aku akan tinggal di sana."

"Tapi.."

Taehyung mendelik dengan tatapan tajam. "Kau mau membangkang? Begitu? Apakah perintahku tidak lagi penting?" cercanya. Taehyung menyandar dengan napas berat. "Sepuluh tahun lagi aku baru dapatkan penawar. Sepuluh tahun bertahan bolak-balik ke sana dengan sisa tenagaku, menyedihkan."

"Ayah Anda—"

"Jangan katakan apapun," tukasnya lantas meringkuk.

[]

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang