Chapter 22

215 69 5
                                    

22| WAY TO YOU

Tiga hari berikutnya, aku sudah diperbolehkan keluar rumah sakit. Ada tatapan aneh ditujukan kepadaku yang baru bertemu dengan Direktur Kim. Mungkin ada gosip aneh menyebar, mungkin ada rumor kurang mengenakkan. Apa pun itu, memang ada baiknya aku keluar lebih cepat dari sana. Apalagi, aku harus mengejar ketertinggalan materi di kelas. Oh ya, Taehyung terus menemuiku secara rutin meski jarak di tengah kami mengaga bagaikan jurang kasat mata.

"Nah, apakah kau butuh sesuatu lagi?" tanya Jungkook setibanya di depan gedung penthouse Taehyung.

Aku menghela napas dan menggeleng. "Terima kasih sudah repot-repot mengantarkanku kemari, Jung."

Jungkook tergelak, kemudian tertawa kering. "Apa maksudmu? Jangan bersikap seolah aku orang asing. Jangan lupa hubungi aku kalau sesuatu terjadi." Setelahnya, ia menyerahkan dua tas kecil berisikan pakaian bersihku yang beres dimasukkan ke sana dan belum sempat terpakai.

Akhirnya, aku berbalik, melihat Jungkook untuk melambai kemudian mendekati tepian jalan untuk menghentikan taksi. Sebenarnya, ada banyak hal yang ingin aku bahas dengan Jungkook, termasuk bagaimana dia bisa begitu tenang di saat aku takut dia takut setengah mati dengan nasibku. Keracunan? Huh? Selama ini, aku mungkin pernah keracunan dua sampai tiga kali tapi tidak sampai separah ini.

"Ah, aku ingin berbaring." Setelah merenggangkan otot, aku kembali memacu langkah menuju gedung besar di depanku.

.

.

Dari arah kamar, Taehyung berjalan perlahan. Sepertinya dia beres mandi dan tengah serius menekuni tablet di genggamannya. Taehyung bergabung di kursi bersamaku, kemudian menyodorkan tablet ke dekatku. Aku menaruh sendok yang tadi sempat terjepit di bibir. "Apa?"

"Jangan berpikiran untuk ke Evigheden. Itu terlalu berbahaya," jelasnya.

Aku melebarkan mataku. Oh, astaga. Aku melihat berbagai berita yang termuat di sana bersama dengan bebrapa foto. Jujur, makan malam tadi hampir naik ke mulutku kalau saja aku tidak mampu menahan diri. Ada berbagai sosok di sana namun keadaannya mengenaskan. Aku belum mau muntah dengan memalukan di hadapan Taehyung.

"Tapi.."

"Itu bunuh diri, namanya. Evigheden punya populasi vampir terbesar. Tidak peduli betapa kau percaya akan keberuntungan, itu tidak akan berhasil." Taehyung dalam mode serius setengah memikat dan setengah menakutkan. Akhirnya, aku menatapnya tanpa berkedip. "Serius, jauhi ide itu."

Aku terbatuk pelan. "Aku.. aku tidak sungguh-sungguh ingin ke sana, kok." Setelah memutuskan agar tidak menatapnya lebih lama—aku merasa bulu kudukku naik—akhirnya, aku meneguk minum. "Berbahaya, ya."

"Kita akan cari cara, tapi sekarang.. biarkan kau fokus dengan kesehatanmu. Di sini lebih baik, apalagi kita dekat dengan rumah sakit."

"Jadi, dia itu ayahmu, kan?"

Taehyung nampak tegang. Beberapa detik, aku meliriknya agak mendengus, kemudian mengepalkan tangan. "Ya."

"Kalian agak mirip."

"Apa maksudmu?" Suara Taehyung sedingin es membeku, jadi aku kembali bergidik. Namun, keinginanku sudah di ujung lidah—bertanya saja tidak cukup.

"Yah, dari wajahnya, kalian mirip. Kurasa, dia mengkhawatirkanmu juga."

"Mustahil," ia tergelak. "Dia hanya ingin rumah sakitnya maju, dan siapa pun yang terihat di matanya, menyangkut denganku, dia berusaha agar tidak terlibat begitu jauh."

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang