Chapter 15

271 81 6
                                    

15 | WARM IN YOU

Jungkook itu hangat, layaknya boneka beruang besar. Kalau aku cukup malu, aku mana mau dekat-dekat dengannya. Tetapi, berhubung malam ini aku memang tengah dalam mode sedih-sekali-aku-sendirian-butuh-kasih-sayang-hiks. Jadilah aku oke-oke saja bergelayut di sisi tubuhnya lantas menyandar di tubuhnya. Lengan Jungkook besar nan kekar namun sangat hati-hati waktu merangkul tubuhku, membawaku ke dalam kehangatan tubuhnya. Jungkook itu seperti selimut tebal, aku betah semalaman suntuh menempel dengannya. Meski agak panas dan sesak, Jungkook terus bertahan bersamaku.

"Kau boleh menangis."

"Tapi aku tidak mau menangis di dekatmu," kataku, setengah merajuk. Cukup memalukan datang kemari tanpa maksud jelas atau bahkan terlihat santai. Aku juga malu aku malah tidak mau lepas dari tubuh Jungkook, seperti aku tertarik pada kehangatan yang absolut, berasal dari tubuhnya ini.

"Ini hanya aku."

"Jung.."

"Menangis saja, serius, Dahyun. Kalau ditahan, itu akan jadi beban hatimu sendiri. Kalau mau cerita, silakan. Tapi kalau tidak pun, ya sudah, kita diam saja seperti ini." Suara Jungkook mengalun merdu layaknya melodi ninabobo. Jungkook menaruh sejuput rambutku di belakang telinga dan bernapas pelan, seakan paham aku memang butuh ditemani.

Beberapa menit berikutnya, aku tersedu-sedu sampai sulit bernapas. Jungkook meraup tubuhku, yang terasa lebih kecil dalam dekapannya. Hangat. Hangat sekali. Bahkan malam hari yang beku akan langsung meleleh kalau dihadapkan dengan Jungkook. "Dahyun, maaf kalau aku juga bersikap buruk sampai membuatmu tertekan. Aku akan berusaha .. aku akan berusaha untuk membantumu kalau kau mau."

Aku terus terisak, meremas bagian depan kasusnya dan mulai terasa basah karena uraian air mataku. Aku terisak pelan, mendekap dadanya lebih erat.

Setelah cukup tenang, meski napasku seperti orang baru lari marathon, aku pun mendongak. Jungkook tersenyum tipis dan mengusap sisa air mataku dengan ibu jarinya yang lembut. "Kau tidak pernah melihatku sebagai pria, kan? Baiklah, tidak apa, tapi lihat aku sebagai sahabatmu, oke? Kau boleh menangis sesukamu karena aku tahu, itu akan terasa berat kalau ditanggung sendirian." Bodoh! Apakah dia tidak tahu efek kata-katanya? Tentu saja, aku kembali menangis dengan bibir mengerucut bagaikan bebek yang merajuk.

Aku mengusap hidungku kasar. "Apa maksudmu? Aku tidak pernah melihatmu sebagai pria?"

"Aku .. entahlah. Apakah kau pernah melihatku selain sebagai sahabatmu?"

"Hm, mungkin?"

"Apakah aku cukup menarik untukmu? Membuat hatimu berdebar?"

Aku sangat berdebar sekarang, batinku menyahut namun aku hanya dapat terdiam.

Jungkook tersenyum. "Aku tahu, keadaannya akan lebih nyaman seperti ini, jadi yah, tetap datang kepadaku kalau kau sedih, aku akan ada di sini." Ia meraih tubuhku lagi, membungkusku dalam pelukan paling hangat yang dapat aku terima.

.

.

Makan sarapanmu.Hari ini aku tidak ada kelas jadi aku akan langsung ke tempat Taehyung. Terima kasih karena sudah menampungku semalaman, ayo, aku traktir ramyun lusa nanti.

Setelah menaruh surat itu di atas meja makan, aku bergegas menarik koperku kemudian keluar dari rumah Jungkook. Embun masih menempel dengan hawa dingin masih menusuk. Sesaat aku menginjak taman, seseorang sudah menoleh dari posisi membungkuknya.

"Eh? Dahyun?"

"Ka—kau.."

Ji menaruh selangnya kemudian tersenyum. Pagi ini senyumannya bahkan mengalahkan matahari yang belum sepenuhnya muncul. "Aku dengar kau menginap jadi aku tidak mau menganggu kalian. Kau akan pergi? Apakah Jungkook sudah bangun?" tanya malaikat itu.

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang