Chapter 9

343 102 6
                                    

09| SAFE HAVEN

"Engh." Aku mengerang samar meskipun seluruh tubuhku meronta. Jika biasanya aku tahu rasa sakit, sekarang rasa sakit muncul berkali-kali lipat dan terasa membunuh. Sesuatu layaknya jarm panas seperti terbenam di dalam kulit dan melelehkan tulang. Aku mengerang kesakitan kemudian menyentakkan kesadaranku yang tinggal separuh.

"Dahyun! Kau sudah sadar?"

Taehyung sudah muncul, memegangi tanganku sedangkan aku berjuang menarik napas. Jujur saja, aku tidak dapat merasakan apa-apa selain panas dan sakit di tiap titik di tubuhku atau bahkan leherku yang layaknya kaku di tempat.

"Tae.."

"Tenanglah, aku akan panggilkan dokter."

Tidak berapa lama, mereka mengerumuniku. Ada yang memeriksa irama jantungku, denyut nadi dan juga luka yang membakar ini. Mereka menyorot senter ke sepasang mataku dengan cepat. Setelahnya, aku mulai dibiarkan dan kulihat dokter mengobrol dengan Taehyung. Tidak berapa lama, orang tuaku pun masuk dan bergegas mendekati ranjang yang kutempati. Mereka panik, ketakutan, dan terlihat pucat.

.

.

Sinting. Yah, sangat sinting. Aku berhasil lari dari jeratan maut lagi. Jika sebelumnya maut terasa menggoda dan juga bermain-main terhadapku. Maut yang sekarang terasa seperti terkaman hiu dengan gigi runcing dan siap meremukkan raga. Yah, aku harusnya benar-benar beruntung karena dapat tersadar setelah rentetan teror horor tersebut. Bahkan tancapan gigi, suara melenguh dan juga darah yang terhisap di pembuluh dariku, semuanya sangat membekas. Aku tidak takut mati tapi aku takut proses menemui ajal ataupun rasa khawatir dengan reaksi keluargaku kalau sampai nyawaku terenggut.

Sinting, aku masih hidup sekarang.

Aku dapat penanganan terbaik. Aku juga diberitahu untuk izin tidak masuk kuliah dalam beberapa hari. Mereka menjelaskan Jungkook yang sudah membantuku agar dapat ditangani di rumah sakit bahkan Jungkook pula yang menyelamatkanku dari vampir maniak itu. Mereka sudah menahan si vampir dan menjeratnya dengan pasal berlapis serta akan dikerangkeng di penjara bawah tanah khusus di pusat kota. Tetapi aku masih ketakutan—gigi tajam itu terus membuatku kulit leherku berdenyut.

"Jungkook.." Aku berhenti, meminta ayah menghentikan laju kursi roda yang aku tempati kala melihat pria itu baru muncul di dekat pintu. "Terima kasih."

"Kau .. sudah membaik? Kau akan pulang?" tanyanya lantas memandang kedua orang tuaku. Mereka berdua mengangguk. Jungkook pun merunduk agar tinggi kami dapat sejajar. "Apakah masih terasa sakit? Maaf aku tidak datang tepat waktu .. kau pasti sangat menderita."

"Aku membaik, Jung. Tidak perlu khawatir toh dokter bilang lukanya tidak parah."

"Tetap saja."

"Terima kasih sekali lagi."

Jungkook berdeham singkat dan menegakkan posisi berdirinya. Entah sejak kapan aku jadi begitu bergantung kepada Jungkook. Bahkan dibanding orang lain, Jungkook selalu bersedia memasang tubuh untuk jadi perisaiku. Meskipun kadang dia mengomel, tapi tangan-tangannya bergerak gesit sembari mengobati. Kadang dia juga jadi gusar, tapi dia selalu membantu terlebih dahulu dibanding siapapun. "Istirahatlah sekarang dan pastikan kau aman."

"Tentu," kataku. Aku menoleh ke arah wajah ibu di sebelahku. "Ngomong-ngomong di mana Taehyung? Tadi aku melihatnya, Eomma."

"Dia sudah dipanggil oleh petugas balai."

"Oh? Ada apa?"

Jungkook berdeham lagi. "Kau tahu? Dia lalai dalam tugas. Setiap malaikat penjaga, meskipun vampir sekali pun harus menanggung hukuman kalau kedapatan lalai dalam menjaga pasangan manusianya. Jadi, dia harus dibawa ke balai untuk menanggung itu semua."

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang