07| HIS
Mendadak ada memunggungiku. Karena malam hari dan ruangan gelap, aku tidak dapat melihatnya secara jelas. Tapi yang pasti dia punya punggung kokoh dan cukup menggiurkan untuk disentuh. Rambutnya berwarna ash grey, nyaris putih namun itu yang terlihat mencolok. Aku mengepalkan tangan seraya memberanikan diri mendekatinya. Ini hanya mimpi. Tidak ada yang terluka di dalam mimpi. Aku akan terbangun dengan damai setelah ini.
"Kau tahu? Kau pembunuh!"
"Pembunuh!"
"Pembunuh sinting!"
Suara berhamburan dari sekitar, membelah dari retakan dinding. Suara terus memantul layaknya ratusan orang berteriak bersamaan. Aku ambruk di tempatku, nampak putus asa menggapai pria yang masih kokoh memunggungiku. Tolong.
"Pembunuh!"
"Kau membunuh mereka!"
Aku terceka napasku. Meski aku berupaya menutup telingaku, seraya berusaha mendekati sosok itu tapi dia seperti teramat jauh. Sosoknya layaknya sinar, sekuat apapun aku dekati dan gapai, dia tidak mungkin tergapai. Pembunuh! Suara itu menyatu dengan ruangan, memerangkapku yang tersaruk-saruk.
"Pem—"
Aku tersentak. Keringat dingin sudah menguyur tubuhku bagaikan air dingin. Aku meneguk ludahku dalam dan merasa sesuatu berdenyut di leherku. Ketika aku menengok ke sisi ranjang, hanya ada bekas cekungan menandakan sosok itu sudah terbangun. Mimpi mengerikan. Seumur-umur aku jarang bermimpi apalagi mimpi detail layaknya aku berada di arena horor. Aku juga jarang sampai gagal menyadarkan diriku—selalu menjadi pemegang kendali. Tadi, seakan aku adalah boneka dikendalikan tali-tali.
Berguling pelan, aku memaksakan diri untuk bangun namun aku terhuyung lagi ke tepian ranjang. Di mana ini? Ingatan semalam bagaikan air bah tanpa ampun menyesaki kepala. Aku bersama Taehyung. Setelah dari Balai Khusus, aku bermalam dengannya. Tidak, kami tidak melakukan apapun karena aku terlalu lelah seperti energi tersedot dua ratus kali lipat di hari itu. Mungkin ada hubungannya dengan gigitan Taehyung, atau hal lain tapi aku luar biasa remuk kemari sampai aku perlu bermalam dengannya karena tidak sanggup pulang atau ibu akan khawatir.
.
.
Taehyung menaruh segelas susu di depanku. Dia masih mengenakan apron warna hitam. Bahasa tubuhnya santai tapi aku tahu dia mati-matian menahan agar bibir tetap terkatup atau akan langsung menekan leherku di tempat. "Kau butuh sarapan."
"Aku pikir kita di hotel."
"Aku tidak mau orang berpikiran aneh apalagi kau nampak sempoyongan jadi aku bawa kau ke penthouseku sekalian. Siang ini aku akan cari hunian dekat dengan rumahmu," jelasnya. Taehyung menyugar rambutnya pelan dan tersenyum. "Aku tidak akan jauh darimu."
"Hm, itu terdengar .. aneh." Tanpa banyak bicara, aku meneguk susu yang Taehyung siapkan. Setelahnya, aku menyeka sudut bibirku seraya membiarkan Taehyung kembali berkutat dengan kompor dan wajannya. "Apa yang kau masak?"
"Aku akan buat pasta krim dan juga roti panggang. Kau harus makan sebelum ke kampus."
Aku menghela napas. "Sebenarnya aku tidak berniat kuliah hari ini."
Taehyung sontak berbalik. Sebelah alisnya naik. "Oh ya? Mengapa?" Ia memunggungiku lagi, membuatku melipat bibirku. Apa ya alasannya yang cocok? Sakit? Mual? Setidaknya aku harus menghubungi Jungkook pula. Taehyung agak berdeham kemudian sibuk meraih panci untuk merebus pastanya. Aku tahu dia tidak akan makan jadi agak aneh juga melihatnya memasak dengan lihai seperti itu.
"Apakah kau rela memasak untukku? Maksudku, belajar memasak?"
"Aku pernah ikut kursus, selain itu, ya aku bersiap kalau-kalau aku memang harus menghadapi manusia."
"Berapa lama kau sanggup bersama manusia?"
"Setengah jam?"
Jawaban itu mengirimkan sensasi tidak nyaman di leherku sampai membuatku perlu mengatur napas. Tentu saja instingku memperingati keras bahwa meskipun Taehyung terlihat normal dan santai, dia tetaplah vampir. Seperti vampir pada umumnya, dia selalu haus. Bayangan aku berakhir di atas meja dengan Taehyung menancapkan taringnya di leherku, menyentuh pinggangku kemudian berbagi napas panas denganku, itu cukup meresahkan. Aku tercekat. "Seriuslah."
Taehyung tertawa pelan. Ia melirik jahil. "Aku tahan seharian demi kau." Setelahnya, Taehyung membuka rak piring untuk menaruh pasta yang yang sudah matang dan beres ditiriskan. Ia sibuk dengan wajan karena membuat tumisan jamur.
Selama ia terus memasak, aku terus berdebat dalam hati; apakah aku harus cerita soal mimpiku? Apakah aku harus bertanya kepadanya apakah ini efek karena dia menghisap darahku jadi aku merasakan mimpi asing? Apakah aku harus jujur saja agar tidak terus terbebani?
Ini aneh. Proses menjadi pasangan dengan penjagamu tidak pernah rumit sampai melibatkan alam bawah sadar. Aku bahkan jarang melihat seseorang termasuk kedua orang tuaku nampak dilibatkan secara emosional dengan malakat penjaga mereka.
Karena aku pengecualian?
Ini misterius. Aku bahkan tidak tahu apa takdir yang Semesta siapkan karena menunjuk Taehyung sebagai penjagaku di saat menurutku paling masuk akal adalah aku harus melindungi diriku sendiri dari Taehyung.
"Jangan buat vampir ini jadi gemar memasak terus menerus. Ayo makan atau kau bisa pingsan."
[]
Hai, Cherish, terima kasih udah setia nunggu cerita ini. Yuk, tinggalkan vote dan komennya ya supaya aku lebih semangat. Nah, rencananya cerita ini emang rada dark gitu, tapi aku usahain untuk nggak terlalu musingin. Let's have fun sama Taehyung si vampir ganteng hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)
FanfictionSejak kecil Dahyun sadar bahwa ia kerap menarik masalah. Tidak terhitung berapa sering Dahyun terjebak di situasi hidup dan mati. Ibu Dahyun mengatakan bahwa malaikat penjaga Dahyun sosok yang arogan hingga dia tidak menunjukkan sosoknya atau melaku...