Chapter 8

352 105 16
                                    

08| OUR DUTY

Akhirnya aku ke kampus. Meskipun tadi aku sempat pulang untuk mandi dan berpakaian, ibu nampaknya lebih sibuk dengan urusannya sendiri dan sambungan telepon. Ia agak heran karena aku sampai dengan wajah lesu alih-alih kesakitan, mungkin ia paham aku setidaknya belum terluka hari ini. Syukurlah. "Aku berangkat, Eomma!"

Setibanya di lapangan kampus, aku cepat menyeka keringatku. Masih ada waktu satu setengah jam lagi jadi aku mungkin akan duduk-duduk santai di pelataran sambil menunggu Jungkook. Sejak kemarin, aku berusaha menghubunginya bahkan pagi ini juga tapi sambungan teleponnya selalu sibuk.

"Jungkook-ah!"

Pria itu terlihat mencolok, membelah kerumunan para gadis-gadis yang memadati koridor fakultas di sebelah fakultasku. Jungkook mendekatiku agak tergopoh-gopoh. "Apakah kau terluka?" tanyanya dengan cepat kemudian memindai tubuhku.

Aku cepat meninju lengannya. "Apa maksudmu? Tentu saja tidak."

"Belum."

Aku memutar bola mataku kemudian berjalan bersama Jungkook. "Kita ke food court?" Jungkook menganggku kemudian berjalan di sebelahku. Sebenarnya tadi pagi aku hampir terpeleset di kamar mandi karena panik dan juga ingin buru-buru pergi dari rumah atau ibu punya kesempatan menahanku dan bertanya-tanya soal kemarin. Aku juga nyaris membenturkan kepalaku di dekat pintu bus yang aku tumpangi, tapi tidak apa toh aku tidak terluka, kan?

Jungkook berjalan seperti biasanya. Tapi aku sebagai sosok yang berada di sisinya, aku dapat melihat tatapan tertarik dari banyak gadis-gadis terutama senior kampus kami. Mereka akan terang-terangan berbisik kemudian memperhatikan Jungkook tanpa berkedip seakan Jungkook tidak dapat menyadari itu semua.

"Penggemarmu semakin banyak tuh," ledekku di sisinya, agak berbisik.

"Apa maksudmu? Aku bukan artis atau siapapun yang punya penggemar.."

Aku mencebik pelan dan kami memiliki satu meja panjang dengan kursi memanjang dekat jendela terbuka. Pagi ini, aku sengaja mengurai rambutku agar kulit leherku tidak terlihat siapapun. Meski tidak meninggalkan bekas, aku tetap merasa kulitku tipis dan transparan di titik tersebut jadi aku menutupinya dengan rambut. Aku tidak bisa fokus kalau ada sesuatu yang terasa di leherku karena aku otomatis mengingat Taehyung. Jelas, itu kurang bagus!

"Ada yang berbeda," katanya dengan mendadak. "Apakah kau berdandan?"

"Apa maksudmu? Tentu saja tidak, hari ini aku sibuk."

Jungkook mengerjap pelan kemudian kami mulai memilih akan makan dari kedai yang mana. Jungkook sudah seperti sahabat suka dukaku, jadi mungkin dia agak merasakan sesuatu. Dengar-dengar, siapapun yang sudah dipasangkan dengan malaikat penjaganya akan terlihat berbeda. Tapi, hei, aku bahkan bukan dipasangkan dengan malaikat seperti mereka. Apakah aku juga terlihat berbeda.

"Bagaimana kelanjutan pria itu?"

Aku tergelak cepat. "Pri—pria yang mana?"

"Yang vampir itu."

"Oh, dia .." Aku meremas tanganku, menimbang-nimbang dalam hati apakah aku harus jujur atau tidak. Jungkook terus duduk memandangku lurus dengan ekspresi seriusnya, seolah tahu. "Aku dan dia .. sudah .. bersama."

"Apa maksudnya, Dahyun?"

"Kami yah, begitulah," jawabku. Bodoh! Bicara dengan benar! Aku langsung berdeham. "Kau tahu, aku berusaha untuk menerimanya. Mungkin akan mengerikan untuk kau bayangkan tapi siapa yang tahu?" kataku kemudian terkekeh kering. "Mungkin dia vegetarian dan tidak suka darah manusia."

SPARKLING & DAZZLING BLUE | kim th (Full-Length Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang